Liputan6.com, Jakarta - Analis intelijen militer menghabiskan banyak waktu meneliti gambar yang tak terhitung jumlahnya dari berbagai sumber, seperti drone dan sistem pengawasan. Sebuah program otomatis yang dikembangkan oleh ilmuwan saraf kognitif, Dr. Anthony Ries, dapat membuat proses tersebut jauh lebih cepat.
Ries bekerja untuk sebuah fasilitas penelitian Angkatan Darat AS yang disebut "The MIND (Mission Impact Through Neurotechnology Design) Lab". Fasilitas tersebut baru saja mulai menguji sebuah program yang dapat menafsirkan gelombang otak.
Sederhananya, proram itu dapat membaca pikiran manusia. Dalam tes belakangan ini, program tersebut menghubungkan seorang prajurit ke EEG yang terhubung ke salah satu komputer dan memintanya untuk melihat serangkaian gambar pada layar dengan tingkat satu gambar per detik. Setiap gambar termasuk ke dalam salah satu dari lima kategori, yaitu perahu, panda, stroberi, kupu-kupu dan chandelier.
Komputer tersebut pada akhir percobaan mengungkap bahwa tentara memilih untuk berfokus pada gambar yang termasuk ke dalam kategori perahu. Bagaimana komputer tersebut mengetahuinya? Dengan memerhatikan perubahan gelombang otak subyek.
Tentara yang diuji memproduksi pola gelombang otak yang berbeda setiap kali ia melihat sesuatu yang dianggap "relevan." Sementara itu, analis dapat menggunakan sistem untuk melihat gambar besar yang dipotong menjadi bagian yang lebih kecil--disebut chip--untuk secara cepat menemukan item menarik.
"Setiap kali tentara atau analis mendeteksi sesuatu yang mereka anggap penting, itu memicu respons deteksi ini. Hanya chip yang berisi fitur yang relevan dengan tentara tersebut pada saat itu --sebuah kendaraan, atau sesuatu yang luar biasa, seseorang yang menggali di pinggir jalan, hal-hal semacam ini-- yang memicu respons tersebut untuk mendeteksi sesuatu yang penting," jelas Ries, dalam keterangannya, yang dikutip dari Engadget, Selasa (10/11/2015).
Untuk saat ini, ilmuwan tersebut berencana untuk terus meningkatkan sistem dan menambahkan fitur baru, termasuk kontrol mata. Bahkan, ia sudah menguji kemampuannya pada saat yang sama dengan meminta seorang prajurit untuk memainkan video game sederhana pada komputer yang terpisah. Subjek diinstruksikan untuk menembak gelembung pada sekelompok gelembung lainnya dan membidik warna yang sama hanya dengan menggerakkan bola matanya, yang mana ia berhasil melakukannya.
(why/dew)
Militer AS Kembangkan Program Pembaca Gelombang Otak
Dengan memerhatikan perubahan gelombang otak subyek, Laboratorium Militer AS mengembangkan sebuah program untuk menafsirkannya.
diperbarui 10 Nov 2015, 07:18 WIBIlustrasi otak
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Top 3 Tekno: Fitur Keamanan Knox ada di Smart TV Samsung hingga Mode Repair di iOS 17.5
Hamas Kirim Perwakilan ke Mesir untuk Bahas Gencatan Senjata dengan Israel
Ekonomi Digital Indonesia Diprediksi Tembus Rp 2.300 Triliun di 2025, Kripto Digadang Jadi Kunci
Harga Bitcoin Turun Jelang Keputusan Suku Bunga The Fed
Top 3: Nathan Tjoe-A-On Dianggap Gendong Indonesia di Laga vs Irak Piala Asia U-23
Potret 10 Figur Publik Tanah Air Hadiri Opening Bulgari Plaza Indonesia, Ada Mikha Tambayong hingga Dokter Reisa
6 Resep Gulai Daun Singkong Ala Rumah Makan Padang, Gurih dan Sedap
Pasangan Suami Istri Tewas Tertabrak KA 333 Siliwangi di Sukabumi
Rencana Pernikahan Rizky Febian dan Mahalini Ditanggapi Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah
Usai Kalah dari Irak di Piala Asia U-23, Menpora Janjikan Hal Ini Jika Timnas Indonesia Lolos Olimpiade 2024
PPP Minta MK Konversikan Suaranya Jadi Kursi di DPR Meski Gagal Capai 4 Persen
Cepu Kedua Kasus Boeing Meninggal Mendadak Usai Suarakan Kekhawatiran tentang 737 MAX