Ini Daerah Paling Parah Terkena Dampak Kekeringan

Pemerintah berusaha mengantisipasi dampak kekeringan dengan berbagai cara.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 06 Agu 2015, 10:15 WIB
Sawah Kekeringan (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) akhir-akhir ini sibuk merapatkan barisan untuk membahas dampak kekeringan berkepanjangan atau El Nino, termasuk hari ini (6/8/2015). Diperkirakan ada sejumlah daerah yang menjadi lumbung produksi padi paling parah terkena imbas dari El Nino.

Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman sebelum Rakor Antisipasi Dampak El Nino mengungkapkan, pemerintah berusaha mengantisipasi dampak kekeringan dengan berbagai cara.

"Ini rapat antisipasi dampak kekeringan, caranya kita sudah kirim pompa, bangun irigasi dan embung," ujar dia saat ditemui di kantor Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis pagi.

Menurutnya, dampak kekeringan akan melanda beberapa daerah, termasuk di Pulau Jawa. Dia menyebut paling parah dari imbas kekeringan yakni penurunan produksi padi bakal terasa di 3 wilayah.

"Paling parah di Indramayu, Bojonegoro, dan Demak. Tapi kita sudah mengambil langkah antisipasi. Dengan cara itu tadi," ucap Amran.

Sayangnya, ketika ditanyakan mengenai apakah rapat ini akan menetapkan keputusan impor pangan atau tidak, Amran bergeming. "Kita antisipasi kekeringan dulu," katanya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro membeberkan rentetan imbas dari El Nino terhadap ekonomi Indonesia. Padahal pemerintahan Joko Widodo tengah berjuang mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia supaya mencapai 5,3 persen demi mengejar target 5,2 persen tahun ini.

"El Nino berpengaruh besar terhadap inflasi, sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia bergantung dari konsumsi. Konsumsi kuncinya ada di daya beli dengan salah satu indikator inflasi dan inflasi ditentukan pangan yang bergejolak," tegas dia.

Salah satu komoditas pangan yang rentan terhadap gejolak harga, kata Bambang adalah beras. Sambungnya, tanaman padi sangat mengandalkan kebutuhan air banyak. Namun produksi padi terancam merosot apabila terjadi kekeringan.

"Produksi beras turun bisa menyebabkan harga tinggi jika tidak bisa di-manage dengan baik. Sehingga mengerek inflasi. Jadi intinya kita harus mewaspadai El Nino," jelasnya.

Bambang mengaku, El Nino diperkirakan akan terjadi sepanjang Agustus sampai Desember 2015 dan berpotensi mengganggu musim panen yang akan berlangsung pada September-Oktober ini. Dari data Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dia menyebut, dampak kekeringan terparah akan melanda Pulau Jawa.

"Yang akan terkena banyak dampaknya di Jawa. Tapi produksi padi ada di 6 provinsi, yakni 3 provinsi di Pulau Jawa, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta 3 provinsi di luar Jawa yaitu Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan," terang dia.

Namun, Pemerintah mengaku belum mengetahui seberapa dalam dampak El Nino terhadap ekonomi Indonesia. "Gangguan kekeringan lebih banyak di Jawa. Sedangkan di Luar Jawa enggak terlalu banyak terganggu. Mudah-mudahan itu bisa menetralkan dampak dari El Nino," tandasnya. (Fik/Ndw)

XXX

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya