Persoalan Seksisme di Bandung Jadi Sorotan Publik

Gerakan progresif dalam pembangunan di Kota Bandung nampaknya tidak dibarengi dengan sensitivitas terhadap persoalan gender

oleh Rina Nurjanah diperbarui 26 Mar 2015, 17:52 WIB

Citizen6, Jakarta Beberapa waktu ini muncul beragam kritikan yang dilontarkan para akademisi yang berdomisili di Kota Bandung, terkait isu gender di wilayah tersebut. Bermula saat Iklan Layanan Masyarakat dalam kampanye #SayangBandung dan ciapan yang ditulis oleh Walikota Bandung yang berpandangan seksis.  

Iklan yang mengajak warga Bandung untuk membuang sampah pada tempatnya ini menampilkan sosok Iis disertai tulisan "Pilih mana, bayar denda karena nyampah atau traktir aku?".

Tentu saja, pemilihan kata dan gambar tersebut memicu emosi pihak-pihak yang menilai bahwa hal tersebut merujuk pada pelecehan bahkan prostitusi. Penggunaan perempuan sebagai daya tarik dalam iklan itu bahkan disponsori oleh Pemkot Bandung merupakan bentuk State-Sponsored Sexism yang harus dihentikan. 

Foto dok. Liputan6.com

Persoalan kedua adalah ciapan Walikota Bandung dalam ajakannya untuk melakukan kerja bakti sangat seksis dan tidak peka terhadap isu-isu keadilan gender. Dalam kicauannya, Ridwan Kamil menggunakan kata "mahmud" yang ketika ditanyakan oleh followernya adalah singkatan dari "Mamah Muda". Penggunaan kata mojang geulis dan mahmud yang diserukan untuk menyediakan makanan bagi para pemuda yang melakukan kerja bakti bukan saja sebagai bentuk sexual distribution of work bahkan juga sebagai pelecehan.

Nyatanya, humor yang seringkali juga kita lontarkan terkadang memang abai dan tidak peka terhadap persoalan gender. Protes yang dilakukan oleh para akademisi di Kota Bandung ini juga bertujuan untuk mengingatkan walikotanya agar sensitif terhadap persoalan tersebut. 

Bagaimana menurut Anda?

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya