DPD: Tak Mudah Ubah Watak, Ahok Harus Punya Jubir

Ahok diminta untuk meniru mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 08 Mar 2015, 15:14 WIB
Gubernur Ahok memberikan keterangan kepada wartawan usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (27/2/2015). Kedatangan Ahok terkait kisruh dana siluman di APBD 2015 DKI Jakarta (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Upaya mediasi antara Pemerintah Provinsi DKI dengan DPRD Jakarta terkait kisruh APBD 2015 di Gedung Kemendagri pada Kamis 5 Maret 2015 berujung kisruh. Gaya komunikasi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dinilai buruk sehingga upaya mediasi itu jauh dari solusi.

Menanggapi hal ini, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) DKI Jakarta AM Fatwa menilai tindakan Ahok yang mudah terpancing emosi dan gaya bicaranya yang meledak-ledak sudah menjadi bawaannya sejak lahir.

"Saya kenal baik dengan beliau, dan memang dia bilang, ini sudah bawaan. Kalau kita mau ubah watak pribadi Ahok nggak mudah. Tapi proses usia, pengalaman, ia akan belajar, bisa berubah. Tapi mungkin prosesnya lama," ujar Fatwa dalam sebuah diskusi di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur, Minggu (8/3/2015).

Ia sempat mengusulkan agar Ahok mengangkat juru bicara untuk membantunya berkomunikasi kepada masyarakat dan memperbaiki citranya sebagai pejabat publik. Adanya juru bicara dinilainya sebagai hal yang lumrah dalam instansi.

"Ya supaya Ahok itu perlu juru bicara. Umumnya instansi ada juru bicaranya, jadi tidak semuanya mendadak begitu. Jadi ada yang harus disampaikan langsung oleh gubernur, tapi nggak semua, ada juga yang telah dipersiapkan jubir, humasnya yang khusus untuk itu," jelas dia. ‎

Ia pun mencontohkan, sosok almarhum Ali Sadikin yang juga berwatak keras dan kerap memarahi jajarannya saat menjadi Gubernur DKI Jakarta. Namun ia mempunyai juru bicara andal yang membantunya berkomunikasi kepada masyarakat maupun instansi pemerintahan lainnya.

"Jubirnya Pak Ali Sadikin namanya Syariful Alam. ‎Syariful Alam itu memang dia orang terlatih secara profesional dari pegawai Departemen Penerangan. Dia dari sipil. Dan Ahok saya sarankan juga seperti itu. Ia harus punya juru bicara untuk membantunya berkomunikasi dengan siapapun," beber Fatwa.

Ia mengatakan, pengangkatan juru bicara saat itu, merupakan keinginan langsung dari Ali Sadikin. Kala itu Ali menyadari dirinya berwatak keras membutuhkan bantuan seorang juru bicara untuk membantunya berkomunikasi dengan berbagai pihak selama menjabat gubernur.

"Memang keinginannya dan memang waktu itu beliau sadar, masyarakat itu complicated sekali, dan bawaannya dia kan seperti itu (keras). Padahal waktu itu masih 6 jutaan. Sekarang 12 juta. Lebih complicated sekarang," ujar dia.

Dengan banyaknya permasalahan DKI, Fatwa menilai, sulit bagi Ahok merespons seluruh permasalahan Jakarta. Dengan juru bicara, Ahok dinilai akan lebih fokus bekerja dan menyelesaikan berbagai permasalahan itu tanpa terganggu respons negatif atas ucapannya.

"Pak Ahok nggak bisa layani semua itu. Saya lihat dia sedang rapat, dia malah lihat-lihat BlackBerry-nya membaca pesan dari masyarakat. Saya kira itu kan bisa di-handle jubir atau stafnya. Saya sendiri punya staf 2 yang tanggung jawab keluar masuk telepon karena saya nggak sanggup tanggulangi. Saya cuma parlemen, gimana seorang gubernur," tandas Fatwa. (Ali/Ado)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya