Areal Longsor Luas, SAR se-Jawa Bergerak ke Banjarnegara

Selain luasnya timbunan tanah, pencarian dilakukan dengan cara manual karena alat berat belum bisa memasuki lokasi longsor Banjarnegara.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 14 Des 2014, 13:25 WIB
Tim SAR menemukan 19 jenazah, puluhan lainnya masih belum ditemukan di longsor Banjarnegara, Jateng, Sabtu (13/12/2014). (Antara Foto/Idhad Zakaria)

Liputan6.com, Semarang - Luasnya areal pencarian dan kondisi rumah yang sudah tertimbun material longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mengakibatkan Tim Search and Rescue (SAR) Semarang mengalami kendala. Kepala Kantor SAR Semarang Agus Haryono pun meminta bantuan Kantor SAR Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.

"Hari ini tim rescue dari tiga Kantor SAR tersebut bergerak menuju lokasi bencana. Pencarian dilakukan dengan cara manual karena alat berat yang sudah didatangkan belum bisa memasuki lokasi longsor," kata Agus, Minggu (14/12/2014).

Berdasarkan informasi yang dihimpun Liputan6.com, longsoran Bukit Telaga Lele yang setinggi 80 meter dengan lebar mencapai 60 meter menimbun puluhan rumah di Dusun Jemblung pada Jumat 12 Desember 2014 pukul 17.30 WIB.

Kini, timbunan material longsor ini mencapai puluhan hektare dan berubah menjadi areal lumpur yang sangat luas dan dalam. Luasnya areal longsor inilah yang membuat tim evakuasi gabungan kesulitan melakukan pencarian korban.

Sementara keterlibatan banyak pihak dalam menangani longsor Banjarnegara memang diakui mengakibatkan data korban yang berhasil dievakuasi simpang siur. Untuk mengantisipasi kebingungan masyarakat karena data yang simpang siur tersebut, disepakati sesuai dengan jumlah yang didata oleh Posko BPBD Kabupaten Banjarnegara.

Para personel SAR Semarang juga sudah memanfaatkan 2 alat yang bisa mendeteksi keberadaan detak jantung dan suara manusia yang tertimbun.

"Kami memanfaatkan teknologi life locater, alat ini digunakan karena mampu mendeteksi napas dan detak jantung korban yang ada di dalam timbunan material longsor. Satu lagi alat yang kita gunakan yaitu aqustik device, alat ini sama fungsinya untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan. Hanya saja alat ini sensor yang digunakan peka terhadap gerakan suara atau teriakan suara yang ada di dalam timbunan," kata Agus.

Hingga saat ini Kepala Badan Penanggulangan Nasional Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, jumlah korban tewas mencapai 20 orang. Sebanyak 16 di antaranya sudah teridentifikasi dan 4 lainnya belum diketahui identitasnya.

Selain itu, sebanyak 88 orang dinyatakan hilang. Palang Merah Indonesia (PMI) pun menurunkan para relawan untuk proses evakuasi. Setelah membuka posko di lokasi kejadian, PMI yang menerjunkan 15 orang relawan, juga melakukan pendataan kerusakan maupun korban-korban di lokasi longsor Banjarnegara. (Ans/Mut)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya