Para Seniman dan Tokoh Agama Serukan 'Jaga Jakarta Damai'

Dalam rangka mengkampanyekan 'Jaga Jakarta Damai Setiap Hari', kain putih sepanjang 120 meter dibentangkan di Bundaran HI.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 23 Nov 2014, 09:35 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Ratusan seniman dan para tokoh agama berkumpul di Bundaran Hotel Indonesia (HI) untuk menyampaikan kampanye 'Jaga Jakarta Damai Setiap Hari'.

Menurut koodinator lapangan, Jaga Jakarta, Ramdansyah, acara tersebut untuk mengajak masyarakat untuk berhenti bertikai.

"Cara merawat Indoneia adalah dengan menjaga pandangan-pandangan subyektif agar tidak berubah menjadi tindakan radikal. Radikal berpikir adalah positif, tetapi ketika diturunkan dalam bentuk kekerasan, vandalisme, bahkan teror adalah pelanggaran hukum," ujar Ramdansyah di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (23/11/2014).

Ia juga menyinggung soal bentrokan TNI-Polri, beberapa hari lalu. Menurutnya, dengan terjadinya konflik TNI-Polri, pengawasan dari penegak hukum menjadi kabur. Hal ini pun membuat masyarakat bisa saja mencontohkan tindakan radikalisme tersebut.

"Seharusnya mereka bisa mencontohkan dan saling menjaga. Ibarat menjaga sebuah jendela agar tidak retak. Jika pemilik meretakkannya, pencuri akan mudah masuk," jelasnya.

Karena itu dirinya mengajak para seniman, tokoh agama, dan masyarakat agar tidak menciptakan radikalisme semakin mencuat. "Menjaga Jakarta berarti menjaga Indonesia karena Jakarta adalah Ibukota negara. Karena itu kita mengajak seluruh lapisan masyarakat Jakarta, untuk menjaga ibukota ini dari tindakan radikalisme yang berbentuk kekerasan," pungkasnya.

Dalam rangka mengkampanyekan 'Jaga Jakarta Damai Setiap Hari', kain putih sepanjang 120 meter dibentangkan di Bundaran Hotel Indonesia. Kain putih tersebut, berisikan para warga masyarakat yang ikut mendukung agar Jakarta selalu damai dari perbuatan kekerasan dan radikalisme.

Salah satu warga Kebayoran Baru Jakarta, Satria, mengatakan ikut menandatangani tersebut sebagai salah satu bentuk keprihatinannya khususnya pada Insiden penolakan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok oleh Front Pembela Islam (FPI).

"Saya ikut tanda tangan sebagai bentukan untuk menjaga Jakarta damai dan tenang. Jangan seperti kemarin FPI ribut buat nolak Ahok. Itu kan contoh yang tidak baik. Demo dan nolak boleh-boleh saja, tapi jangan sampai rusuh," ujar Satria di Bundaran HI Jakarta, Minggu (23/11/2014).

Salah satu warga lain, Donita, juga meminta agar para pelajar Jakarta tidak rusuh dan tawuran lagi.

"Ikut tanda tangan aja, siapa tahu bisa buat nyampein pesan ke anak-anak SMA lainnya biar gak pada doyan tawuran. Kan bahaya juga kalo tawuran terus. Gak baik," ujar gadis yang bersekolah di SMA Labs School Jakarta itu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya