Jokowi: Selesaikan Isu SARA dengan Dialog

Jokowi berharap, NU dan Muhammadiyah yang mempunyai akar historis perjuangan bangsa dapat menjadi perekat umat Islam.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 24 Sep 2014, 12:42 WIB
Jokowi pun berpamitan usai mengecek penerimaan KJP di SMPN 277, Jakarta, (23/9/14). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) menilai, Indonesia mempunyai modal kekuatan yang dapat menjadi basis fondasi kerukunan umat beragama. Modal itu adalah adanya organisasi massa besar yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Jokowi berharap, NU dan Muhammadiyah yang mempunyai akar historis perjuangan bangsa dapat menjadi perekat umat Islam, yang merupakan agama mayoritas di Indonesia.

"Saya kira kita ada pendekatan-pendekatan, kita punya 2 ormas besar, Muhammadiyah dan NU. Beliau yang ada di sana bisa melakukan pendekatan ke masyarakat. Karena memang basic-nya ada di situ," ujar Jokowi di Balaikota DKI Jakarta, Rabu (24/9/2014).

Sedangkan tugas pemerintah, menurut Jokowi yaitu menjalin komunikasi yang baik dengan 2 ormas tersebut. ‎Jokowi pun menilai munculnya beberapa konflik yang terjadi karena isu SARA dapat di atasi dengan pendekatan dialog yang baik.

"Saya kita pendekatan dialog," tandas Jokowi.‎

Sementara itu, salah satu ormas yaitu Front Pembela Islam (FPI) menolak Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dilantik sebagai gubernur DKI Jakarta. FPI menolak Ahok sebagai pemimpin Jakarta karena bukan beragama Islam, arogan, kasar, dan tidak bermoral.

Ahok telah mewanti-wanti FPI kala berdemo. Dia mengingatkan FPI tak menyinggung soal ras dan agama. Ia menuturkan ada Undang-Undang yang mengatur hal tersebut dan ada sanksi bagi yang melanggar.

"Itu ada UU. Kalau mereka bicara ngancam masalah agama atau ras, itu bisa dipidanakan. Kita tunggu saja. Ada bukti soal ras dan agama, kita nggak beri ampun," tegas Ahok, Senin 22 September. (Mut)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya