Subsidi BBM Disukai Masyarakat Tapi Bahaya Buat Jokowi & Prabowo

isu subsidi bahan bakar minyak (BBM) akan mampu menarik perhatian masyarakat, apalagi dengan kebijakan kenaikan harga BBM subsidi.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 05 Jul 2014, 14:08 WIB
Ilustrasi BBM (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Standard Chartered Indonesia, Eric Sugandhi menilai isu subsidi bahan bakar minyak (BBM) akan mampu menarik perhatian masyarakat, apalagi dengan kebijakan kenaikan harga BBM subsidi.

Namun dibalik itu, timbul kekhawatiran bagi kedua calon presiden (capres) Prabowo Subianto dan Joko Widodo karena isu strategis tersebut dapat menjadi boomerang bagi diri mereka sendiri.

"Subsidi BBM memang isu sensitif. Kalau penyampaiannya nggak tepat, misalnya menaikkan harga BBM subsidi atau mengalihkan penghematannya nggak tahu ke mana, untuk apa, dan apa kompensasi bagi warga miskin, maka itu bisa berbahaya buat capres," ujar Eric kepada Liputan6.com, Jakarta, Sabtu (5/7/2014).

Begitupula dengan isu pangan. Menurut dia, isu pangan terutama persoalan impor cukup sensitif khususnya bagi petani dan peternak lokal. Pasalnya, impor pangan sudah menjadi musuh bagi para petani dan peternak.

"Masalah impor memang harus menjadi perhatian juga, karena kalau capres kepleset lidah sedikit saja bisa dianggap neolips.Jadi memang harus hati-hati," sambung Eric.

Meski demikian, dia enggan menyebut secara pasti apakah Prabowo atau Jokowi yang mampu menerapkan kebijakan radikal di bidang energi dan pangan, seperti menaikkan harga BBM subsidi.

"Intinya keduanya bisa menetapkan kebijakan apapun namun harus mendapat dukungan birokrasi di bawahnya maupun pemerintah daerah. Siapapun Presidennya, BBM harus dikurangi dan secara jelas dialihkan ke mana. Jika tidak, bisa ada reaksi penolakan besar dari masyarakat," cetus dia.  

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya