Wismilak Jajaki Ekspor Rokok Filter ke Thailand

Untuk pasar lokal, pangsa pasar filter Wismilak saat ini mencapai 25%.

oleh Nurmayanti diperbarui 24 Jun 2014, 17:40 WIB
Sejumlah pekerja menyelesaikan proses pelintingan rokok di pabrik rokok PT. Djarum, Kudus, Jateng, Selasa (8/4). (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Liputan6.com, Jakarta - Produsen rokok PT Wimilak Inti Makmur Tbk kian melebarkan sayapnya di pasar Asia. Setelah berhasil memasuki pasar Makau dan Taiwan di tahun lalu, Wismilak menjajaki pasar ekspor produk filter ke negara Thailand di tahun ini.

"Kebutuhan filter masih sangat besar, sementara produsen filter tidak banyak. Untuk produsen rokok yang besar seperti Djarum atau Gudang Garam sudah punya produk filter sendiri. Kita layani yang tidak memiliki produk filter sendiri," ungkap Corporate Secretary Wismilak Surjanto Yasaputera di sela peluncuran program pengembangan wirausaha muda "Diplomat Success Challenge 2014" di Jakarta, Senin (23/6/2014).

Dia menyebutkan, untuk pasar lokal, pangsa pasar filter Wismilak saat ini mencapai 25%. Namun untuk pemasarannya, dia berharap bisa berimbang untuk pasar filter lokal dan ekspor.

"Memang kontribusi produk filter ke total penjualan masih di bawah 10 persen. Tetapi ke depan bisa diperbesar. Karena pemainnya tidak banyak. Jadi semakin tinggi produksi rokok, pasar filter juga akan mengikuti," kata Surjanto.

Memang, sejauh ini bisnis inti Wismilak adalah memproduksi kretek dengan persentase sebanyak 94 persen. Sisanya, 6 persen adalah produksi rokok putih. Kapasitas produksi rokok sendiri saat ini mencapai 4,6 miliar batang per tahun.

"Ini tumbuh 20% dari tahun lalu. Total kapasitas ini cukup untuk target bisnis kita dalam 2 -3 tahun ke depan," papar dia.

Sementara terkait kewajiban industri mulai 24 Juni 2014 menyertakan gambar penyakit akibat merokok pada kemasan, menurut Surjanto, pihaknya sudah mengantisipasi.

"Peringatan itu sebenarnya pesannya sama dengan peringatan bahaya merokok yang selama ini sudah ada di tiap kemasan," jelas dia.

Dia pun menilai, industri rokok yang saat ini tumbuh di kisaran 4 persen -6 persen mempekerjakan sekitar 7 persen dari penduduk Indonesia.

"Kalau industri dimatikan, 7 persen pendudukan akan kehilangan pendapatan. Tetapi rencana pemerintah pasti pertimbangkan dengan soal penerimaan negara," ujar Surjanto.(Nrm/)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya