Kepada SCTV belum lama berselang, Septi mengaku menghabiskan waktu tiga tahun mengembangkan metode berhitung dengan jari-jemari ini. Kerja kerasnya tidak sia-sia. Bahkan, jarimatika ala Septi sudah dibukukan. Septi juga diundang ke berbagai acara untuk mengajarkan jarimatika.
Menurut Septi, pendorong dirinya mencari cara berhitung yang mudah, cepat dipahami, dan tidak membuat anak-anak alergi adalah anak-anaknya. Septi juga ingin membuktikan bahwa ibu rumah tangga bukanlah predikat tanpa makna bagi lingkungan sekitar. Terbukti, hasilnya pun membanggakan.
Advertisement
Ara, anak keduanya selalu menempati peringkat satu di kelas. Matematika menjadi salah satu pelajaran favorit siswi kelas lima sekolah dasar ini. Elan, anak ketiga Septi tertular ilmu pintar jarimatika. Ia mampu berhitung pengurangan dan penambahan sederhana. Padahal ia baru berusia tiga tahun dan belum sekolah.
Jerih payah Septi tidak hanya membahagiakan keluarga, tapi juga membantu sebagian besar masyarakat. Sedikitnya 48 cabang pelatihan jarimatika tersebar di berbagai wilayah di Pulau Jawa dan masih akan terus dikembangkan.
Keberhasilan ini memang membanggakan Septi. Namun, alumnus Universitas Diponegoro, Semarang, Jateng ini memprioritaskan tetap dekat dengan keluarga. Kesuksesan pendidikan anak bukan selalu bergantung pada finansial melainkan dari perhatian dan kasih sayang orang tua.(RMA/Teguh Dwi Hartono)