Sukses

Pantang Menyerah: Guru Kaum Tuna Rungu

Kini Galuh dan para guru sedang mempersiapkan sejumlah materi ajar dan kamus bahasa isyarat bergambar pertama untuk anak-anak.

Liputan6.com, Bekasi - Meski tanpa suara, keceriaan jelas terpancar dari semua anak-anak tuna rungu yang ada. Mereka sedang menyimak cerita yang disampaikan secara teaterikal oleh guru The Little Hijabi Homeschooling, sekolah yang didirikan oleh Galuh Sukmara di Mustika Jaya, Bekasi, Jawa Barat.

The Little Hijabi berbentuk homeschooling karena belum diakuinya kredibilitas guru tuna rungu mendirikan sekolah untuk anak-anak tuli, sehingga pendidikan nonformal menjadi pilihannya.

Padahal, sekolah yang berdiri tahun 2013 ini adalah sekolah sign bilingual pertama di Indonesia dengan guru-guru tuna rungu sebagai role model yang tepat untuk membangun komunikasi yang efektif dan bermakna.

"Banyak Sekolah Luar Biasa (SLB) menerapkan sistem oral yang kuat bagi anak didiknya, namun faktanya setelah lulus dari SLB, sekitar 95% mereka justru memiliki kemampuan baca tulis yang rendah dan kesulitan membangun komunikasi dengan masyarakat," ungkap Galuh.

"Dampaknya adalah mereka tidak memiliki akses dalam dunia kerja, pendidikan, rumah sakit, dan hukum. Hal ini yang membuat saya prihatin dan sedih, alasan inilah yang menguatkan saya untuk mendirikan sekolah The Little Hijabi ini," sambung dia.

Galuh berusaha membangun image positif tentang bahasa isyarat yang selama ini dianggap bahasa primitif. Salah satunya dengan mengajarkan bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) kepada orangtua agar anak tuli tidak dipaksa berbicara dengan oral jika memang tidak bisa. Membangun komunikasi yang saling menghormati hak masing-masing akan lebih baik daripada memaksakan sesuatu yang tak bisa dilakukannya.

"Sekolah ini memiliki tujuan untuk membantu anak-anak menemukan makna dirinya bukan untuk membantu anak-anak menjadi manusia pintar secara akademis atau hebat saja, tapi mendorong anak untuk menemukan jawaban mengapa dirinya terlahir tuli, dan bagaimana bisa menumbuhkan hubungan baik dan positif dengan Tuhan Yang Maha Kuasa," imbuh dia.

Dalam perkembangannya, tak hanya anak tuna rungu tetapi anak down syndrom dan autistik juga mengalami perkembangan pesat setelah dibiasakan menggunakan bahasa isyarat.

Tak Semudah Membalikkan Tangan

Perjuangan Galuh tak semudah membalik telapak tangan. Ia menghabiskan 10 tahun untuk meraih gelar Sarjana karena harus berjuang seorang diri memahami materi ajar yang diperuntukkan bagi mahasiswa berpendengaran normal.

Setelah meraih gelar Master of Sign Linguistic melalui beasiswa di Australia, kini sedikitnya 6 negara telah Galuh jelajahi baik untuk penelitian maupun sebagai pembicara di forum internasional.

Wanita kelahiran Banjarnegara 37 tahun lalu ini menikah pada tahun 2008 dan dikaruniai seorang anak. Meski bisa mendengar, Haleema menikmati cerita yang dibacakan Galuh lewat bahasa isyarat. Modul yang dibuat sang bunda juga memudahkannya dalam belajar membaca dan membuatnya memiliki kemampuan bahasa yang aktif.

"Kekhawatiran yang terlalu berlebihan justru datangnya dari orang-orang yang berpikir bahwa seorang ibu tunarungu tidak bisa mendidik anak yang normal pendengarannya yaitu akan membahayakan perkembangan bahasanya," lanjutnya.

"Dikhawatirkan sang anak akan mengalami keterbelakangan, kemampuan komunikasinya mengalami kemunduran atau menjadi bodoh. Namun hal itu tidaklah benar dan keliru," tandas Galuh.

Galuh dibantu para guru mengembangkan aplikasi pertama di dunia bernama Az Zahra yang akan membantu tuna rungu muslim memahami adzan, Al Quran, dan kisah-kisah muslim dalam bahasa isyarat.

Kini Galuh dan para guru juga mempersiapkan sejumlah materi ajar dan kamus bahasa isyarat bergambar pertama untuk anak-anak. Namun, usaha Galuh masih terkendala dana yang masih harus Ia kumpulkan secara swadaya.

Galuh pun memiliki motto hidup yaitu setiap manusia pasti mengalami kegagalan dan jatuh bangun, namun selalu yakin dan positif bahwa dibalik kegagalan ini Allah sedang merenda sesuatu yang lebih baik dan penuh keberkahan untuk Kita.

Saksikan bagaimana usaha dan kerja keras Galuh yang tuna rungu tetapi bisa meraih gelar Master dan menjadi guru bagi sesamanya dalam Pantang Menyerah yang ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Jumat (16/10/2015), di bawah ini. (Vra/Mvi)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.