Sukses

`Kiamat` untuk Perangkat BlackBerry Sudah Dekat?

Akibat perangkat tak laku, BlackBerry memprediksi rugi Rp 11 triliun. Dilepasnya BBM ke Android dan iOS bisa memperparah bisnis perangkat.

Dua kabar besar datang dari BlackBerry, kemarin. Ironisnya keduanya menjadi kejutan yang bertolak belakang. Pertama, BlackBerry resmi menghadirkan layanan chat populer BlackBerry Messenger untuk Android dan iOS yang menghadirkan euforia di Indonesia.

Sedangkan kabar kedua, perusahaan asal Kanada itu memprediksi kerugian yang bisa mencapai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 11,345 triliun. Kabar ini malah tertutup dengan euforia kehadiran BBM di Android dan iOS.

Dilansir dari TechCrunch yang Liputan6.com kutip Minggu (22/9/2013), kerugian BlackBerry diprediksi mencapai US$ 950 juta hingga US$ 995 juta. Kerugian operasional ini disebabkan tak lakunya perangkat yang berbasis sistem operasi terbaru BlackBerry 10. Secara khusus, Wall Street Journal menyebut perangkat yang menjadi beban itu adalah Z10.

Perusahaan yang dulu bernama Research in Motion ini juga hanya menjual 3,7 juta smartphone di kuartal terakhir. Sebagian besar yang terjual malah produk lawas. Untuk menambal kerugian, BlackBerry akan fokus ke pasar untuk perangkat bisnis atau enterprise. BlackBerry bahkan mempertimbangkan untuk melepas bisnis perangkat untuk pasar konsumen.

Dengan hadirnya BBM untuk Android dan iOS, nasib perangkat BlackBerry memang semakin dipertanyakan. Selama ini banyak yang mempertahankan perangkat BlackBerry dengan alasan komunikasi yang lebih efektif via BBM. Setelah BBM tak lagi eksklusif di BlackBerry, tentu tak ada lagi alasan untuk memiliki BlackBerry.

Ide untuk melepas BBM menjadi aplikasi lintas platform sebenarnya sudah muncul sejak lama. The Verge menyebut ide ini sudah didesak oleh eks Co-CEO Jim Balsillie sebelum mundur di Januari 2012. Lalu mengapa baru sekarang?

Menurut Jan Dawson, Kepala Analis Telekomunikasi di Ovum, setelah melihat penggunanya semakin turun, BlackBerry mulai 'ikhlas' untuk melepas BBM. "Kalau mereka menunggu terlalu lama, maka itu (BBM) tak lagi punya nilai," ucap Dawson, dilansir dari The Verge.

Lalu apakah BBM akan menjadi strategi alternatif atau exit strategy dari lemahnya penjualan perangkat? Bisa jadi.

Seperti dilansir dari Reuters, beberapa waktu lalu seorang sumber mengatakan para peminat BlackBerry tak mau membeli perusahaan secara keseluruhan. Bisa jadi penjualan akan dilakukan dengan memecah perusahaan. Hanya beberapa unit bisnis yang masih memiliki peminat, ini termasuk produksi perangkat. Ada juga yang berminat terhadap sistem operasi BlackBerry dan paten terkait keyboard fisik.

Jika BlackBerry menjual unit bisnis perangkat, tentu nasibnya sama seperti Nokia yang dibeli Microsoft. Seperti Nokia, bisa jadi tak ada lagi smartphone yang dirilis dalam brand BlackBerry.

Meski bisnis perangkat diramalkan akan segera 'kiamat', bukan berarti nasib BlackBerry akan habis. Dilansir Wall Street Journal, BlackBerry Messenger dipertimbangkan akan jadi unit bisnis terpisah dan akan menjadi perusahaan baru bernama BBM Inc. Sejumlah eksekutif BlackBerry juga dikabarkan sudah ditempatkan di tim BBM Inc.

Sayangnya BlackBerry belum memberikan konfirmasi mengenai BBM Inc. Dengan demikian masa depan perusahaan hanya bisa diprediksi, tanpa diketahui kepastiannya untuk saat ini.

Seperti apa nasib BlackBerry setelah melepas BBM ke platform lain? Apakah ini akan mematikan bisnis perangkat BlackBerry? Tentu jawabannya menarik untuk terus dinantikan. (gal)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini