Sukses

Wamenkominfo Dorong Media Manfaatkan AI Tanpa Melanggar Etika

Wamenkominfo mengajak perusahaan-perusahaan media massa di Indonesia untuk ikut mengeksplorasi kemungkinan pemanfaatan AI dalam kegiatan usaha tanpa melanggar etika.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria, menyebut kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah dimanfaatkan sebagai agen distribusi berita dari ruang redaksi ke audiens yang tepat karena dapat melakukan personalisasi konten dengan preferensi pengguna media sosial.

"Ini eksplorasinya berkembang terus dan menguat, terutama dalam proses produksi, pengumpulan berita, dan distribusi ini telah terjadi saat ini," kata Nezar dalam diskusi bertajuk 'Pers, Demokrasi Digital, dan AI Beretika' di Jakarta, dikutip dari Antara, Selasa (20/2/2023).

Oleh karena itu, ia mengajak perusahaan-perusahaan media massa di Indonesia untuk ikut mengeksplorasi kemungkinan pemanfaatan AI dalam kegiatan usaha tanpa melanggar etika.

"Media massa yang sudah menggunakan teknologi itu, salah satunya adalah Wall Street Journal," ucap Nezar mengungkapkan.

Dalam hal ini, pengelola media massa memanfaatkan AI untuk melakukan kalkulasi distribusi konten ke target pembaca tertentu dalam upaya mendorong pembaca berlangganan konten premium.

Dalam kesempatan ini Nezar juga memaparkan ragam pemanfaatan kecerdasan buatan di industri media massa.

Antara lain bisa digunakan dalam pembuatan konten berita dan pengaturan distribusi konten sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

"Pertama ada untuk news gathering, jadi pekerjaan mengumpulkan informasi tidak lagi dikerjakan oleh reporter tapi dia (AI) mengumpulkan informasi dengan sumber internet karena saat ini semua sudah well connected," ujar Nezar.

Menurutnya, AI juga dapat digunakan dalam pengumpulan informasi karena tingkat kebenaran faktanya mencapai 80 persen.

Dengan kemampuan pembelajaran bahasa secara luas yang dikenal dengan nama Large Language Model (LLM), Nezar Patria menilai, AI dapat dimanfaatkan untuk menyiapkan penulisan berita.

"Mungkin masyarakat mengenalnya seperti ChatGPT. Kita lihat sendiri kecerdasannya semakin lama semakin membaik. Kemampuannya hampir mirip dengan kemampuan manusia untuk membuat narasi, esai, dan cerita, bahkan berita," katanya memungkaskan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

4 Tips dari Menkominfo untuk Media Agar Tetap Eksis di Era AI

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi memberikan empat tps atau kiat bagi perusahaan media agar tetap eksis di tengah perkembangan tren kecerdasan buatan (artificial inteligence/AI).

"Pertama, harus terus berinovasi agar tetap bersaing. Media perlu menggunakan cara baru untuk meningkatkan platform dan menarik lebih banyak pelanggan dengan akses premium," kata Budi dalam perayaan Hari Pers Nasional 2024 yang berlangsung hybrid di Jakarta Utara, Senin (19/2/2024).

Dalam acara bertajuk 'Konvensi Nasional Media Massa: Pers Mewujudkan Demokrasi di Era Digital', ia menilai saat ini media tengah melewati fase ketiga dari disrupsi digital yaitu melewati perkembangan teknologi AI.

"Kedua, perusahaan media wajib mengadopsi teknologi baru, termasuk AI, agar dapat dimanfaatkan sebagai peluang menumbuhkan bisnis dan berkarya dengan lebih optimal," sambung Budi Arie, dikutip dari Antara.

Ketiga, lanjut Budi Arie, perusahaan media bisa melakukan upskilling karyawan untuk memiliki kemampuan yang diperlukan menghadapi tantangan dan peluang yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi.

Kiat terakhir, perusahaan media sebaiknya bisa menghadirkan konten-konten baru mengikuti perkembangan digitalisasi seperti membuat siniar atau podcast.

Menurut Menkominfo, kiat tersebut bisa memudahkan masyarakat untuk mengakses karya jurnalistik yang bisa dipercaya informasinya.

3 dari 4 halaman

Jadikan AI Sebagai Peluang

Ia optimistis apabila perusahaan media melakukan keempat hal tersebut dengan berkesinambungan maka hadirnya AI sebagai bagian dari disrupsi digital bukan suatu penghalang, tapi menjadi peluang untuk media bertumbuh.

Budi kemudian menguraikan data yang dirilis Asosiasi Surat Kabar dan Penerbitan Berita Dunia (WAN-IFRA) yang menyebut pendapatan industri pers global bernilai USD 112,4 miliar pada 2021-2022, dan meningkat hingga 13,55 persen menjadi USD 130,02 miliar pada laporan 2022-2023.

Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa media tetap bertumbuh di tengah berlangsungnya disrupsi digital. Budi berpendapat hal itu diharapkan tetap menjaga optimisme media nasional untuk tetap eksis.

4 dari 4 halaman

Infografis Journal_Fakta Tren Istilah Healing Bagi Pengguna Media Sosial (Liputan6.com/Abdillah)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini