Sukses

Facebook Hapus Konten Hoaks Vaksin Covid-19 Sebabkan Autisme

Facebook memperluas klaim palsu seperti apa yang bakal dihapus dari platformnya. Salah satunya adalah bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan autisme.

Liputan6.com, Jakarta - Facebook memperluas jenis klaim palsu terkait vaksin Covid-19 yang bakal langsung dihapus dari platformnya.

Penghapusan konten hoaks seputar Covid-19 dengan berbagai kriteria ini dilakukan mulai 8 Februari 2021. Demikian dikutip dari The Verge, Selasa (9/2/2021).

Perlu diketahui, Facebook mulai menghapus klaim-klaim palsu mengenai vaksin Covid-19 mulai Desember 2020. Bahkan, perusahaan menginformasikan ke pengguna jika ada di antara mereka yang berinteraksi dengan unggahan dengan informasi palsu.

Kini, Facebook memperluas klaim palsu seperti apa yang bakal dihapus dari platformnya. Salah satunya adalah bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan autisme.

Berikut daftar lengkap yang diumumkan oleh pihak Facebook:

- Covid-19 adalah penyakit buatan manusia

- Vaksinasi tidak efektif mencegah penyakit yang dilindungi

- Lebih aman tertular penyakit (Covid-19) daripada divaksin

- Vaksin berbahaya, beracun, dan dapat menyebabkan autisme.

Facebook mengatakan, kebijakan ini akan segera diberlakukan dan pihaknya fokus pada Grup, Halaman, dan Akun yang berbagi konten-konten di atas.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pertimbangkan Hapus Permanen Penyebar Hoaks

Perusahaan juga menyebut akan mempertimbangkan untuk menghapus sepenuhnya sumber unggahan jika mereka menjadi pelanggar berulang.

"Perubahan ini hanya diberlakukan selama darurat kesehatan Covid-19," kata Facebook.

Dengan demikian, mengurangi klaim semacam itu bisa menjadi pukulan besar bagi gerakan anti-vaksin di Facebook. Meski begitu, hal tersebut mungkin tidak berlangsung lama.

Meski waktu berlakunya singkat, hal ini merupakan perubahan penting. Pasalnya Facebook kini menjadi sumber utama misinformasi seputar vaksin bahkan sebelum pandemi. Dengan begitu, menanganinya secara lebih baik dapat berdampak bagi orang-orang yang antivaksin.

Bagi sebagian pihak, memperluas unggahan yang dianggap sebagai misinformasi Covid-19 merupakan langkah cerdas yang dilakukan Facebook. Namun ada juga beberapa orang yang khawatir pengguna mungkin akan terperangkap dalam jaring misinformasi yang lebih besar.

Pasalnya, studi efektivitas masker, vaksin, dan tes Covid-19 masih berlangsung. Profesor UNC Zeynep Tufekci mengatakan, rekomendasi dari lembaga kesehatan publik mungkin berubah seiring hasil penelitian terbaru tentang Covid-19, artinya, unggahan lama dari WHO misalnya mungkin harus dihapus.

3 dari 3 halaman

Sumbangkan USD 120 Juta untuk Perluas Informasi Seputar Vaksinasi

Di luar dari perubahan kebijakan ini, Facebook juga membuat penyesuaian mengenai bagaimana informasi faktual tentang Covid-19 dibagikan di Facebook dan Instagram.

Perusahaan nantinya juga akan menampilkan link ke informasi vaksinasi dan untuk registrasi penerima vaksinasi di Pusat Informasi Covid-19.

Facebook juga akan berencana menghadirkan fitur tersebut ke Instagram.

Perusahaan juga menyebut, mereka terus meningkatkan pencarian di kedua platform untuk memunculkan hasil yang lebih relevan ketika pengguna mencari sesuatu terkait Covid-19.

Facebook juga sebelumnya memberikan USD 120 juta dalam bentuk kredit iklan untuk membantu kementerian kesehatan, LSM, dan badan-badan PBB untuk menyebarkan informasi seputar vaksinasi Covid-19 ke miliaran pengguna Facebook.

(Tin/Why)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.