Sukses

Menristek: Orang Indonesia Harus Pede Pakai Aplikasi Lokal

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir memberikan saran bagi mereka yang masih enggan memakai aplikasi lokal.

Liputan6.com, Jakarta - Hingga kini masih banyak orang Indonesia yang lebih memilih untuk menggunakan aplikasi asing ketimbang aplikasi lokal. Padahal, dengan memakai aplikasi luar negeri otomatis data-data kita dipegang pihak asing, dan kita belum tentu tahu data kita akan digunakan untuk apa.

Aplikasi lokal dapat menjadi solusi yang baik, sebab keamanan data dapat diawasi langsung oleh pemerintah. Terkait hal ini Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir memberikan saran bagi mereka yang masih enggan memakai aplikasi lokal.

"Mental kita harus diubah. Bila mentalnya produk asing berarti tidak cinta produk dalam negeri. Kita harus mulai cinta dan percaya diri pakai produk dalam negeri," ucap Nasir yang ditemui Tekno Liputan6.com di ajang World Post Graduate Expo 2018 di JJC, Jakarta, Sabtu (12/5/2018).

Pria kelahiran Ngawi, Jawa Timur itu pun turut menuturkan bagaimana ia selalu memerhatikan terlebih dahulu faktor-faktor lokal yang ada dalam sebuah produk sebelum ia dipakai.

"Saya selalu prioritaskan untuk memakai produk dalam negeri, atau saya perhatikan dulu berapa konten lokal yang dimiliki. Kalau sudah produk Indonesia, lebih bagus begitu," lanjutnya.

Untuk diketahui, beberapa aplikasi lokal di Indonesia yang saat ini sangat populer adalah platform e-Commerce Bukalapak dan Blackberry Messenger (BBM) untuk keperluan chatting.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Meluncurkan Hybrid Learning

Pada kesempatan yang sama, Nasir ditemani Dino Patti Jalal turut meluncurkan Hybrid Learning dan 'blusukan' di antara sejumlah booth distant learning di World Post Graduate Expo 2018 yang diadakan di Jakarta pada 12-14 Mei 2018.

Hybrid Learning sendiri mengoptimalkan penggunaan teknologi untuk belajar tidak hanya face-to-face, melainkan juga dengan teknologi sehingga dapat lebih fleksibel.

Kemenristekdikti juga berinovasi melalui platform SPADA (sistem pembelajaran daring) yang memungkinkan mahasiswa dari satu universitas agar mengikuti mata kuliah dari universitas lain yang tergabung dalam program ini.

Besaran biayanya sendiri ditegaskan Nasir akan terjangkau. "Tidak mungkin lebih mahal dari kuliah yang face-to-face," jelasnya.

Lebih lanjut, secara kualitas pun mata kuliah yang diajarkan lewat SPADA sudah diuji kualitasnya oleh tim Kemenristekdikti.

(Tom/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.