Sukses

6 Fakta Gila Aksi Peretasan Komputer Sony Pictures

Sejauh ini diperkirakan sudah ada sebesar 11 terabita data milik Sony Pictures yang berhasil dicuri hacker.

Liputan6.com, Jakarta - Serangan besar-besaran hacker terhadap sistem keamanan komputasi Sony Pictures berbuntut panjang. Pasalnya menurut hasil penyelidikan Federal Bureau of Investigation (FBI), serangan cyber yang menimpa Sony Pictures sudah masuk ke dalam kategori sangat berbahaya dan tidak menutup kemungkinan dapat meluas ke sektor yang lebih penting.

Saking bahayanya, hingga kini pihak Sony Pictures melarang para karyawannya untuk menggunakan komputer di kantor. Mereka diharuskan bekerja secara manual.

Sony Pictures tentunya tidak mau semakin banyak data berharga perusahaan dikuasai oleh hacker. Sebab, sejauh ini saja diperkirakan sudah ada sebesar 11 terabita data milik Sony Pictures yang berhasil dicuri hacker. Di dalamnya terdapat data-data film, gaji artis dan petinggi perusahaan, serta masih banyak lagi.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah 6 fakta gila terkait peretasan database Sony Pictures oleh hacker.

(dhi/dew)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Sony Pictures tuduh Korut

1. Sony Pictures tuduh Korut

Sony Pictures menuduh Korea Utara sebagai dalang dibalik pembobolan sistem keamanan komputasi perusahaan. Menurut yang dilaporkan laman Re/Code, Sony menuding pemerintah Korut meretas mereka karena film The Interview.

Ya, film komedi yang dibintangi oleh duet aktor kocak Seth Rogen dan James Franco ini memang menyindir Korut habis-habisan. Di dalamnya diceritakan tentang misi pembunuhan pemimpin Korut, Kim Jong Un. Namun pihak Korut sendiri telah membantah tuduhan ini.

3 dari 7 halaman

Menggunakan malware canggih

2. Menggunakan malware berbahaya

Menurut penelitian sejumlah ahli, termasuk FBI, malware yang digunakan oleh hacker untuk membobol sistem kemanan komputasi Sony Pictures sangatlah canggih dan berbahaya. Ditakutkan serangan cyber seperti ini bisa meluas ke sektor yang lebih penting.

Sejauh ini Guardian of Peace (GOP), ditengarai sebagai kelompok hacker yang bertanggung jawab atas peretasan ini. Laman Times menjelaskan bahwa pihak GOP mengakui aksi mereka dibantu oleh orang dalam Sony Pictures.

4 dari 7 halaman

Karyawan dilarang menggunakan PC

3. Karyawan dilarang menggunakan PC dan alat elektronik

Segera setelah serangan cyber terjadi pada akhir November kemarin, pihak Sony Pictures melarang seluruh karyawannya untuk bekerja menggunakan PC di kantor. Bahkan perangkat elektronik lainnya pun dilarang digunakan di lingkungan kantor. Mereka bekerja hanya menggunakan pulpen dan kertas.

5 dari 7 halaman

Bocorkan data gaji petinggi

4. Bocorkan data gaji petinggi

Hacker menguasai banya data rahasia milik Sony Pictures, salah satunya adalah data gaji seluruh karyawan. Hacker bahkan iseng untuk membocorkan daftar gaji para petinggi Sony Pictures ke internet.

Menariknya, dari pembocoran data besaran gaji tersebut, banyak orang menjadi tahu bagaimana Sony Pictures tidak adil memperlakukan karyawan wanita. Sebagai contoh, gaji yang didapat Hannah Minghella selaku seorang co-presiden lebih kecil US$ 800 ribu dibandingkan rekan prianya yang menempati posisi yang sama.

6 dari 7 halaman

Film-film dibocorkan

5. Film-film dibocorkan

Beberapa film Sony Pictures yang belum dirilis seperti 'Annie' menjadi pukulan berat. Pasalnya film ini direncanakan untuk menjadi hits di masa libuaran akhir tahun. Beberapa film yang sudah tayang juga dibocorkan, yakni 'Fury', 'Still Alice', dan 'Mr Turner'.

7 dari 7 halaman

Kisah cinta dalam perusahaan

6. Kisah cinta dalam perusahaan

Para hacker juga membocorkan sebuah data file khusus yang cukup aneh. Ya, ternyata manajemen Sony Pictures membuat catatan hubungan percintaan antar karyawan di perusahaan mereka. Catatan ini masuk ke dalam file pelanggaran kedisiplinan.

(dhi/dew)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.