Sukses

Viral Kasus Anak SD 7 Tahun Tunangan di Sampang Madura, Begini Kata Psikolog

Psikolog remaja dan anak Mutia Aprilia sangat menyayangkan adanya pertunangan anak kelas satu SD di Sampang, Jawa Timur, yang videonya beredar di media sosial.

Liputan6.com, Surabaya - Psikolog remaja dan anak Mutia Aprilia sangat menyayangkan adanya pertunangan anak kelas satu SD di Sampang, Jawa Timur, yang videonya beredar di media sosial.

"Kebayang kan kalau misalnya usia 4 tahun sudah ditunangkan, pasti sudah ada pembicaraan akan menikah, menikah itu buat Gen Z yang sudah cukup dewasa saja masih berat banget ya. Apalagi dibicarakan ke anak yang bahkan berpikir abstrak-nya belum terlalu baik," kata Mutia Aprilia, Rabu (24/4/2024).

Dia mengatakan, pernikahan bukan hanya hal yang abstrak, namun juga rumit. Terlebih bila anak tersebut pada akhirnya menikah, maka pasti akan sangat mempengaruhi kondisi psikologis anak.

"Misalnya, dia melihat teman-temannya main, kok dia enggak bisa main sebebas dulu. Itu karena mungkin akan ada banyak ritual pertunangan dan pernikahan nantinya," ujarnya.

Senada, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyebut bahwa pertunangan anak ini merupakan bagian dari perlakuan salah yang dilakukan orang tua kepada anak.

"Ini bagian dari perlakuan salah orang tua dan masyarakat sekitar membiarkan, seolah-olah tidak berdampak pada tumbuh kembang anak," kata Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan KemenPPPA Rohika Kurniadi Sari.

Sebelumnya, viral acara pertunangan bocah perempuan 4 tahun di Sampang, Madura. Belakangan Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat menyebut bahwa bocah tersebut berusia 7 tahun. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kata Orangtua Anak yang Tunangan

Zahri, orangtua anak SD yang bertunangan mengatakan, anaknya berusia 7 tahun dan sudah sekolah kelas 1 SD, bukan berusia 4 tahun seperti yang tengah viral.

"Pertunangan tersebut mewujudkan ucapan kami saat di tanah suci Mekkah tahun lalu. Waktu itu, di depan Kabah istri saya hamil dan istri besan juga sedang hamil. Kemudian terucap kesepakatan untuk saling menikahkan bila yang lahir laki-laki dan perempuan. Jadi pertunangan kemarin merupakan bentuk ikatan tali silaturahmi agar tidak terputus," papar Zahri.

Meskipun sudah bertunangan, Zahri menegaskan bahwa kedua belah keluarga telah sepakat untuk menikahkan kedua anak tersebut setelah mereka sama-sama lulus kuliah.

"Jadi tidak langsung dinikahkan saat masih kecil. Kami sebagai orang tua juga ingin melihat anak-anak kami menjadi orang sukses dan melihat mereka bisa mewujudkan cita-citanya, "tegasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.