Sukses

Jurus Siaga Dinkes Surabaya Hadapi Datangnya Pneumonia Misterius

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina menyatakan, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah antisipasi mencegah munculnya pneumonia misterius yang saat ini marak di China.

Liputan6.com, Surabaya - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina menyatakan, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah antisipasi mencegah munculnya pneumonia misterius yang saat ini marak di China. 

“Untuk kasus di Kota Surabaya, sampai dengan saat ini belum ada laporan terkait temuan kasus yang diduga karena Pneumonia misterius,” katanya, Sabtu (9/12/2023).

Meski belum ditemukannya kasus, Nanik menjelaskan sejumlah langkah antisipasi yang dilakukan oleh Dinkes Kota Surabaya, di antaranya mengeluarkan Surat Edaran (SE) kepada seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) agar meningkatkan upaya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat terkait perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin dengan pendekatan.

“Meningkatkan kewaspadaan dini, serta meningkatkan standar dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di seluruh Fasyankes terutama terhadap kasus yang dicurigai pneumonia,” jelasnya.

Tak hanya sampai di situ, Dinkes Kota Surabaya juga terus menyebarluaskan informasi terkait kewaspadaan terhadap penyakit pneumonia misterius dan pentingnya Imunisasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) dalam program Imunisasi Nasional yang diberikan sebanyak dua kali pada usia 2-11 bulan  dan 1 (satu) kali pada usia 12-24 bulan, sebagai upaya pencegahan penyakit Pneumonia melalui Fasyankes di masing-masing wilayah.

“Menghimbau kepada Fasyankes untuk melaporkan setiap penemuan kasus yang dicurigai pneumonia misterius ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya dalam waktu kurang dari 24 jam,” ujar dia.

Dia menghimbau kepada masyarakat, apabila seseorang yang mempunyai riwayat perjalanan ke negara/wilayah terjangkit dan mempunyai gejala sakit Pneumonia, seperti batuk kering atau berdahak, demam >38 derajat celcius, sesak nafas, nyeri dada ketika bernafas, kelelahan, nafsu makan menurun, mual, muntah, dan diare, untuk segera melapor dan berobat ke Fasyankes terdekat.

“Kami juga melakukan pemantauan perkembangan kasus dan negara terjangkit di tingkat global melalui website resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yaitu https://kemkes.go.id/,” pungkasnya. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terdeteksi di Indonesia

Infeksi Mycoplasma Pneumoniae yang tengah menyerang anak-anak di Tiongkok Utara terdeteksi pula di Indonesia.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, ada 6 kasus Mycoplasma Pneumoniae yang terkonfirmasi.

"Dua hari yang lalu, setelah kami konfirmasi, memang saat ini ada 6 kasus Mycoplasma Pneumoniae yang kena dan pernah dirawat di rumah sakit," tutur Maxi dalam temu media Update Pneumonia Mycoplasma di Indonesia, Rabu, 6 November 2023.

Maxi merinci, 5 pasien pneumonia pernah dirawat di RS Medistra dan 1 pasien di RS JWCC Jakarta. Dari 5 pasien yang dirawat di RS Medistra, 2 pasien diantaranya menjalani rawat inap ada 12 Oktober dan 25 Oktober. Sementara 3 pasien lainnya menjalani rawat jalan pada November lalu. Sedangkan satu pasien di RS JWCC disebut menjalani rawat inap.

Seluruh pasien yang terinfeksi Mycoplasma, kata Maxi, berusia 3-12 tahun. Adapun gejala awal yang paling umum ditemukan adalah panas dan batuk, sesak ringan hingga sulit menelan.

"Laporan dari rumah sakit, saat ini seluruh pasien telah sembuh," ungkapnya.

Meski semua pasien dinyatakan sehat dan sudah menjalani aktivitas seperti biasa, lanjut Maxi, pemerintah tetap melakukan penelusuran kasus, terutama di lingkungan sekolah dan rumah mengingat bakteri Mycoplasma Pneumonia menyebar melalui droplet.

“Dari 6 kasus ini, kami lakukan penelusuran. Meski kejadiannya sudah lewat, tentu penyelidikan epidemiologi tetap jalan untuk menggali informasi terutama di lingkungan sekolah dan tempat tinggal. Karena penularannya lewat droplet jadi lebih cepat menular,” kata Maxi. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.