Sukses

Melihat Kekhusyukan Tadarus Alquran Braile Santri Tunanetra Pesantren KH Ahmad Dahlan Banyuwangi

Sejumlah tunanetra di Banyuwangi meggelar tadarus Alquran Braile di Pondok Pesantren Anak Berkebutuhan Khusus KH Ahmad Dahlan, Kelurahan Tamanbaru, Banyuwangi.

 

Liputan6.com, Banyuwangi - Sejumlah tunanetra di Banyuwangi meggelar tadarus Alquran Braile di Pondok Pesantren Anak Berkebutuhan Khusus KH Ahmad Dahlan, Kelurahan Tamanbaru, Banyuwangi

Hampir setiap hari tak kurang dari 5 tunanetra ikut tadarusan di pesantren. Mereka mulai dari usia remaja hingga usia dewasa.

Pengasuh Ponpes ABK Ahmad Dahlan Adfal Fadholi (60) mengatakan, di Ponpes ini total ada 27 santri.  Ada 3 santri tunanetra. Sisanya adalah anak hiperaktif, autis dan tunagrahita. 

"Terkadang tunanetra dari sejumlah SLB di Banyuwangi ikut datang tadarusan di ponpes kami," kata Afdal, Sabtu (1/4/2023).

Selama Ramadhan, Afdal mengaku tadarus Alquran Braile menjadi rutinitas yang dilakukan setiap sore. Rutin dilakukan agar para santri tidak lupa pun juga agar jemarinya tetap peka dalam meraba huruf-huruf braile.

Sebab pembacaan dengan metode Alquran braile kini sudah mulai berganti menggunkan Alquran digital yang dipelajari via audio. 

"Kalau tidak lagi dilakukan jari-jarinya jadi tidak peka nanti, sehingga khawatirnya nanti lupa ketika membaca lagi," ujarnya.

Sebelum belajar membaca, melatih kepekaan jari adalah langkah awal yang harus dilakukan. Baru setelahnya mengenal huruf dan mulai melafalkannya.

Pada titik itu, para pengajar harus benar-benar telaten. Sebab setiap santri berbeda-beda kemampuan memahaminya. Ada yang cepat, ada pula yang lambat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Belajar Alquran Braile Sejak 14 Tahun

"Kadang ada yang kurang peka jarinya sehingga agak lambat dalam memahami," beber pria yang sudah berpengalaman mengajar ABK sejak 1984 ini.

Eko Prasetyo, salah satu santri mengaku sudah belajar Alquran braile sejak umur 14 tahun. Kini di usianya yang ke 27 dia pun sudah fasih dan mahir. Bahkan beberapa waktu lalu dia menjadi juara 1 lomba MTQ tingkat Provinsi Jawa Timur.

"Konsisten belajar, saat ini sudah tidak ada kesulitan saat membacanya," kata Eko.

Bahkan kata Eko, dirinya berkeinginan untuk bisa menjadi penghafal Alqur’an ke depanya.

“Pengen banget hafal Alquran. Mudah-mudahan tersampaikan,” tutur Eko.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.