Sukses

Squid Game Berpotensi Jadi Serial Terpopuler Netflix, Ini Sebabnya

CEO Netflix Ted Sarandos mengatakan bahwa Squid Game mungkin menjadi acara paling populer dan berikut adalah kemungkinan yang membuatnya menjadi sangat populer.

Liputan6.com, Jakarta - Squid Game dengan ketenarannya mungkin adalah acara terbesar di Netflix, kata CEO-nya. Semua orang telah berbicara mengenai serial ini sejak peluncurannya dua minggu lalu.

Serial Korea ini sedang dalam perjalanan untuk mengalahkan Bridgerton yang sebelumnya dinobatkan sebagai serial terbesar sepanjang masa di platform streaming Netflix.

Genre mengubah permainan menjadi aktivitas mematikan sebenarnya sudah ada sejak 10 tahun lalu, diperankan oleh Jennifer Lawrence dan Josh Hutcherson dalam The Hunger Games. Meskipun begitu, pengembangan karakter, visualnya yang mencolok, serta penelitian menyebalkan tentang sifat manusia yang dijelaskan dalam film ini membuat serial ini banjir pujian.

Dilansir New York Daily News, Jumat (1/10/2021), karena begitu banyak orang yang telah menonton, CEO Netflix Ted Sarandos berpikir bahwa Netflix akan berakhir dengan Squid Game sebagai serial paling populer yang pernah ada.

"Kami tidak menyangka, dalam hal popularitasnya secara global," kata Sarandos pada Konferensi Kode Vox Media.

Sarandos menolak untuk memberikan metrik spesifik tentang penayangan, tipikal Netflix. Namun, mengatakan bahwa Squid Game diperkirakan akan menyalip Bridgerton yang ditayangkan perdana tahun lalu.

Bridgerton diketahui telah ditonton sebanyak 82 juta akun setidaknya dua menit. Tidak jelas berapa yang menontonnya sampai akhir.

Lantas, mengapa serial korea karya Hwang Dong-hyuk ini bisa sepopuler itu?

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Nostalgia

Dalam Squid Game, sekelompok 456 orang yang mendaftar permainan merupakan orang-orang yang terjerat hutang dan putus asa. Terpikat ke dalam survival game yang haus darah, dan berkesempatan untuk membawa pulang 45,6 miliar won Korea (Rp549 miliar) jika memenangkan 6 rangkaian permainan.

Dengan sedikit twist, mereka yang kalah akan mati.

Permainannya sederhana. Permainan yang dimainkan oleh anak-anak Korea, sedikit nostalgia bagi para peserta permainan. Penonton mungkin tertarik dengan ironi bahwa orang-orang dewasa yang putus asa mempertaruhkan hidup untuk memenangkan permainan anak-anak.

"Permainannya sederhana dan mudah sehingga penonton dapat lebih fokus pada setiap karakter daripada aturan permainan yang rumit," kata Hwang Dong-hyuk, sutradara Squid Game seperti dikutip dari BBC.

Permainan menarik lainnya adalah tantangan ketiga yang menampilkan Dalgona, salah satu yang paling diingat orang Korea saat masih kecil.

Tantangan ini mengharuskan pemain dengan hati-hati memotong bentuk dari selembar permen yang dicetak dalam berbagai bentuk menggunakan sebatang jarum. Jika secara tidak beruntung mendapatkan pola yang rumit dan permen itu retak, kalah dan mati.

Seorang pengguna Korea menuliskan di Twitter, "Squid Game membuat saya ingin makan Dalgona lagi. Sudah lebih dari 20 tahun... Apakah masih ada? Saya pikir tidak dapat menemukannya lagi.

3 dari 4 halaman

Merasa Terhubung dengan Karakter

Para ahli juga mengaitkan kesuksesan acara tersebut dengan karakternya yang banyak melibatkan anggota masyarakat yang terpinggirkan. Walaupun semuanya terkait masalah uang, para peserta permainan ini datang dari semua lapisan masyarakat.

Pemeran utama misalnya, adalah seorang pria pengangguran, penjudi dan berjuang untuk mendapatkan respect dari anaknya. Di permainan juga ia bertemu dengan teman masa kecilnya yang dikenal sukses setelah lulus dari sekolah bergengsi di Korea. Ada pula pembelot Korea Utara dengan masa lalu tragis, serta seorang buruh ilegal dari Pakistan yang tidak digaji majikannya.

Seorang profesor konten budaya global di Universitas Sangmyung, Kim Pyeong-gang mengatakan, "Orang-orang, terutama generasi muda yang secara teratur menderita keterasingan dan kebencian dalam kehidupan nyata, tampaknya bersimpati dengan karakter."

Seperti tetangganya di Asia Timur, sifat masyarakat yang sangat kompetitif di Korea Selatan telah membuat banyak orang kecewa. Terlepas dari kerja keras, tidak mungkin bagi semua orang untuk mendapatkan tempat universitas terbaik atau pekerjaan yang bagus.

Permainan dalam Squid Game, seberapa pun mematikannya, menghadirkan dunia alternatif yang seharusnya didasarkan pada permainan yang adil. Semua mendapatkan kesempatan menang yang sama.

4 dari 4 halaman

Lampu Merah, Lampu Hijau yang Ikonik

Salah satu adegan paling terkenal dari Squid Game dengan gadis robot raksasa sebagai ikon. Boneka ini disebut sebagai 'boneka horor' baru. Tidak sedikit yang membandingkannya dengan Annabel atau Chucky yang sebelumnya sudah terkenal sebagai 'boneka horor'.

Asia Timur menunjukkan bagaimana serial ini mirip dengan film Jepang As The Gods Will (2014). Film ini memiliki alur cerita yang mirip dan beberapa mengatakan bahwa Squid Game melakukan plagiarisme.

Dalam As The Gods Will juga ditampilkan permainan Lampu Merah, Lampu Hijau. Sama dengan yang ada di Squid Game, robot juga mendeteksi gerakan dan membunuh pemain yang kalah.

Tuduhan tersebut telah dibantah oleh Sutradara Hwang dengan mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara kedua karya tersebut. Persamaan dibuat hanya karena genre kedua film.

"Saya mulai merencanakan (Squid Game) pada tahun 2008 dan mulai menulis skrip pada 2009... kesamaan tersebut mungkin hanya kebetulan dan tidak ada plagiasi dari pihak mana pun," katanya dikutip dari BBC.

 

Penulis: Anastasia Merlinda

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.