Sukses

Testament of Youth, Film Anti Perang Sesungguhnya

Testament of Youth menjadi anti-tesis dari film perang bikinan Hollywood. Apa maksudnya?

Liputan6.com, Jakarta PERINGATAN: Ulasan Testament of Youth ini bagi sebagian orang mungkin dianggap mengandung bocoran cerita.

"Saya harap mereka yang menulis dengan fasih kalau ini adalah perang suci dan para orator yang bicara banyak seolah tahu apa yang terjadi, mereka yang tak peduli berapa lama lagi perang ini akan berlangsung dan apa artinya perang ini, bisa melihat korban senjata gas mustar (sulfur): orang-orang yang malang, yang kulitnya terbakar dan melepuh, mengalirkan nanah berwarna kuning, yang matanya buta, yang kulitnya lengket menempel, dan selalu kesulitan bernafas, dengan suara nyaris berbisik, mengatakan nyawa mereka sudah di kerongkongan dan tahu mereka akan segera mati."

Kalimat di atas ditulis Vera Brittain di buku memoarnya, Testament of Youth. Buku itu terbit pertama tahun 1933. Cetakan pertama sebanyak 3 ribu eksemplar langsung ludes terjual di negeri asalnya, Inggris.

Koran The Sunday Times masa itu menyebut buku tersebut, "Buku yang berdiri menonjol sendirian di antara buku-buku tentang perang yang ditulis perempuan." Kritikus sastra Rebecca West mengatakan buku itu "sebuah testimoni yang terang." Sedang sastrawan Virginia Woolf menulis di buku hariannya memoar Brittain itu membuatnya terjaga di malam hari dan ia baca hingga tandas.

Adegan film Testament of Youth.  (dok. Jive)

Ketika memoir itu juga terbit di Amerika Serikat, koran The New York Times menulis di rubrik resensi kalau buku itu “jujur… mengungkapkan banyak hal... sedih namun juga indah.”

Enam tahun setelah terbit, Testament of Youth laku terjual 120 ribu eksemplar. Di tengah ancaman Perang Dunia II saat buku itu terbit, para kaum anti perang menemukan suaranya lewat buku Vera Brittain ini.

Kisah hidup Vera berdasar buku itu difilmkan dan kini kita bisa menyaksikannya di bioskop.

Pertanyaannya kemudian, masihkah relevan apa yang disampaikan sang pujangga anti perang itu bagi masyarakat kontemporer?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kisah Hidup Vera Brittain

Vera Brittain lahir 29 Desember 1893. Inggris di masa ia tumbuh adalah negeri yang masih menganut budaya patriarki yang kental. Perempuan cerdas yang bergelut dengan buku dipercaya bakal susah mendapat suami. Vera remaja menentang pandangan itu. Ia bertekad masuk Universitas Oxford.

Di tengah kegembiraan jadi mahasiswi Oxford, perang besar melanda. Inggris turut masuk dalam konflik Perang Dunia I. Vera, yang di versi film dimainkan Alicia Vikander, kemudian menyaksikan adiknya, Edward (Taron Egerton), kekasihnya, Roland (Kit Harington), serta kemudian sahabatnya, Victor (Colin Morgan) terjun ke medan perang.

Yang kita saksikan pula di awal film, betapa kaum muda ini begitu bersemangat untuk berperang membela negara. Optimisme macam begini lumrah muncul di awal perang. Berbagai film perang biasanya juga menggambarkan optimisme model begini.

Vera Brittain semasa hidup. (dok. Guardian)

Yang pernah menonton All Quiet on the Western Front, sebuah film hitam putih rilisan 1930 berlatar Perang Dunia I, mungkin ingat di awal film para kaum muda Jerman begitu bersemangat untuk berperang demi tanah air. Atau juga adegan di Gone with the Wind (1938) saat di tengah pesta para pria kegirangan mengetahui perang saudara antara Selatan lawan Utara telah dimulai.

Seperti cerita klasik peperangan semua juga menyangka perang bakal berlangsung singkat dan korban manusia takkan banyak. Dan tentu saja, sangkaan itu salah. Perang saudara di AS yang berlangsung empat tahun (1861-1864) memakan korban hingga 800 ribu jiwa; sedang Perang Dunia I yang juga berlangsung empat tahun (1914-1918) memakan korban lebih banyak lagi, 16 juta jiwa melayang dan 20 juta lainnya terluka.

Adegan film Gone with the Wind.

Di film kita menyaksikan Vera yang resah merasa gundah di Oxford. Ia meminta cuti kuliah untuk jadi sukarelawan di medan perang sebagai perawat. Di situ ia menyaksikan sendiri bagaimana para pemuda sebaya aadik dan kekasihnya di kedua belah pihak jadi korban perang. Di sini kita menemukan momen seperti digambarkan dalam Gone with the Wind, saat Vera melihat sejauh mata memandang serdadu korban perang bergelimpangan tak berdaya.

3 dari 4 halaman

Film Perang Hollywood

Di Perang Dunia I itu, Vera kehilangan kekasih saat ia sudah hendak menikah. Ia juga kemudian kehilangan adiknya serta sahabatnya. Pengalamannya selama perang dan menjadi perawat itu yang ia tuangkan dalam memoarnya, Testament of Youth.

Pesan anti perang sebagaimana diamanatkan Vera Brittain juga tampak jelas di layar.

Di bagian ini versi filmnya terasa sangat menarik bagi saya.

Testament of Youth versi film yang dibuat oleh sineas Inggris (diproduksi antara lain oleh BBC Films dan dibesut James Kent) menjadi anti-tesis dari film perang bikinan Hollywood.

Adegan film Platoon (1986).

Saya ingat kritikus film mendiang Roger Ebert mengutip sutradara sekaligus teoritikus film Prancis Francois Truffaut saat mengulas Platoon, film berlatar perang Vietnam karya Oliver Stone rilisan 1986. Truffaut suatu kali berkata, tidaklah mungkin membuat film anti-perang lantaran setiap film perang, dengan nuansa aksi dan petualangan di dalamnya, justru membuat perang terlihat menyenangkan.

Ebert bilang andai Truffaut menonton Platoon dia mungkin bakal mengubah opininya. Kata Ebert, di Platoon perang tak terlihat menyenangkan.

Perang memang terlihat mengerikan di Platoon. Namun, pada satu titik, Platoon tetaplah sebuah film perang yang asyik. Banyak adegan laga yang membuat filmnya disuka penikmat film aksi. Pada titik itu, niatan sebagai film anti perang sejatinya telah gagal.

Film anti perang yang menampilkan kekejian dengan brutal dan banal menjadi formula baku di Hollywood. Setiap film perang bikinan mereka sepertinya wajib menonjolkan adegan perang.

Adegab film Saving Private Ryan (1998).

Tengok misalnya, Saving Private Ryan (1998) yang di dua puluh menit pertama memperlihatkan kengerian saat penyerangan D-Day oleh Sekutu ke pantai Normandia. Atau, tengok pula, The Thin Red Line (1998) karya Terence Malick yang memperlihatkan perang dengan bahasa gambar nan puitis, seperti saat serdadu berada di rerumputan hijau. Dua film itu punya pesan utama kesia-siaan perang, tapi di saat bersamaan peperangan digambarkan dengan baik sebagai santapan mata wujud keterampilan sineasnya.

4 dari 4 halaman

Anti-tesis Film Perang Hollywood

Sutradara James Kent harus menahan diri menampilkan adegan "perang yang asyik" untuk Testament of Youth ini. Perang yang puitis tak harus sebagaimana digambarkan mata kamera Malick. Kekejian perang tak harus digambarkan dengan adegan saat peluru muntah dari senapan atau melihat tubuh terburai.

Yang dipilih Kent adalah adegan-adegan wajah-wajah serdadu yang kelelahan dan ketakutan di parit medan perang diguyur hujan. Kita juga melihat pagar jeruji dibasahi tetesan air. Atau juga genangan air di palagan perang yang becek berwarna indah keemasan.

Untuk menggambarkan kekejian perang kita melihat duka saat orang-orang kesayangan pergi akibat perang. Atau juga ketika korban luka dan mayat serdadu di rumah sakit.

Adegan film Testament of Youth.  (dok. Jive)

Bagi pecinta film perang Hollywood pilihan model begini tentu dianggap tak populer. Tapi pilihan ini amat pas dengan pesan anti perang yang didengungkan Vera Brittain.

Lantas, balik ke pertanyaan awal, masih relevankah pesan anti perang Vera Brittain?

Kita di Indonesia mungkin tak sedang mengalami seperti yang tengah dialami masyarakat Barat di sana. Sejak 2001, mereka berperang di Afghanistan dan Irak. Banyak korban berjatuhan. Kebanyakan juga kaum muda.

Itu sebabnya, delapan puluh tahun lebih sejak buku memoarnya terbit, apa yang disampaikan Vera Brittain tetap relevan bagi kita hingga kini. “Jangan pernah lagi kita mengalami kekejian perang,” katanya.*** (Ade/Feb)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini