Sukses

Kasus Covid-19 Kembali Naik, Bagaimana Persiapan Emiten Sektor Kesehatan dan Farmasi?

Emiten sektor farmasi dan kesehatan menanggapi kenaikan kasus COVID-19, dan antisipasinya.

Liputan6.com, Jakarta - Angka kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Angka kasus terkonfirmasi naik signifikan pada Desember 2023. Tercatat 402 kasus konfirmasi Jumat, 22 Desember 2023.

Secara total, saat ini terdapat 2.154 kasus aktif COVID-19, demikian melansir laman Emerging Kementerian Kesehatan. Sehubungan dengan kondisi tersebut, sejumlah emiten di sektor kesehatan dan farmasi mulai ancang-ancang.

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) saat ini masih mengamati perkembangan Covid-19. Di sisi lain, perseroan juga melakukan persiapan dari sisi ketersediaan obat.

"Perseroan memonitor perkembangan Covid-19 di Indonesia dan tentunya tetap mendukung pemerintah dalam ketersediaan obat termasuk menjaga menjaga ketahanan farmasi di Indonesia bukan saja untuk Covid-19 tetapi untuk penanggulangan berbagai penyakit lainnya," kata Corporate External Communication PT Kalbe Farma Tbk, Hari Nugroho kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu (23/12/2023).

Untuk tahun depan, perseroan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) di kisaran Rp 700 miliar - Rp 1 triliun. Hari mengatakan, belanja modal akan dialokasikan untuk penambahan kapasitas, pemeliharaan rutin dan kebutuhan IT.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA), Heru Firdausi Syarif mengatakan pihaknya juga tengah memantau perkembangan Covid-19, kendati perseroan belum akan menambah kapasitas produksi alat kesehatan.

"Dikarenakan perkembangannya kita tidak tahu, kami hanya akan menyiapkan stok secukupnya. Artinya 1-5 juta jarum suntik kami pasti siapkan di pabrik apabila memang terjadi lagi peningkatan covid-19 dan juga peningkatan vaksinasi," kata dia dalam pemberitaan Liputan6.com sebelumnya.

Perseroan sendiri menyiapkan belanja modal sebesar Rp 350 miliar pada 2024. Direktur Keuangan PT Itama Ranoraya Tbk, Nanan Meinanta Lasahido menjelaskan, belanja modal tersebut utamanya akan dialokasikan untuk menunjang bisnis jangka panjang perseroan.

Selain efisiensi dari nilai belanja modal, strategi lain yang diandalkan perseroan untuk meningkatkan kinerja keuangan tahun depan adalah cost optimization pasca covid-19. Hal itu dilakukan agar cost operasional dapat terus optimal disesuaikan dengan keadaan saat ini.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kasus Covid-19 Meningkat, Saham Sektor Kesehatan Diuntungkan dalam Jangka Pendek

Sebelumnya diberitakan, PT Sinarmas Sekuritas menyebutkan dalam jangka pendek sektor kesehatan bakal diuntungkan dengan adanya peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia. 

Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas  Ike Widiawati menuturkan, kasus Covid-19 mulai menyebar kembali di kalangan masyarakat Indonesia. Meski begitu, tingkat kepedulian masyarakat akan kesehatan mulai membaik. 

"Covid-19 terjadi di kita dan puncaknya saat Natal dan Tahun Baru karena ada jeda waktu untuk infeksi, puncak Covid-19 diprediksi terjadi kisaran Januari," kata Ike dalam konferensi pers, Rabu (20/12/2023). 

Dengan demikian, ia melihat sektor kesehatan akan mendapatkan berkah positif dengan adanya sentimen kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia. 

Ia melanjutkan, terdapat beberapa emiten yang berkaitan dengan adanya Covid-19, yakni SIDO, KLBF, KAEF, IRRA, INAF, HEAL, dan MIKA.

"Sektor kesehatan ada berkah positif, KAEF dan IRRA naik ngegas, semoga Covid enggak berlangsung lagi, sehingga dampak ke sektor kesehatan hanya momentum sementara saja," kata dia. 

Meski demikian, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dari emiten sektor kesehatan, yakni tingkat nilai tukar Rupiah, pemberian vaksinasi booster untuk mengantisipasi lonjakan Covid, dan masyarakat telah belajar bagaimana cara untuk mengantisipasi gejala Covid-19.

 

 

3 dari 4 halaman

Kasus Covid-19 Melonjak, Penumpang KRL Diimbau Pakai Masker Lagi

Sebelumnya diberitakan, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter mengimbau seluruh pengguna KRL Jabodetabek agar kembali menggunakan masker pada saat melakukan perjalanan.

VP Corporate Secretary KCI Anne Purba mengatakan, seruan ini didengungkan lantaran jumlah kasus Covid-19 di Indonesia menunjukan tren peningkatan.

Berdasarkan laman Emerging Kementerian Kesehatan, Selasa (19/12/2023), kasus aktif Covid-19 yang telah terkonfirmasi di Indonesia sebanyak 2.204.

"Kami sudah mengumumkan baik di announcer stasiun KRL, kemudian di sosial media kami kepada pengguna. Kita imbau menggunakan masker ketika sedang flu, batuk dan yang lainnya, kita giatkan lagi," kata Anne di Kantor KCI, Jakarta, Rabu (20/12/2023).

Sebagai langkah antisipasi, KCI pun kembali menyediakan fasilitas-fasilitas kebersihan seperti wastafel dan lainnya untuk dapat digunakan masyarakat. Dengan tujuan untuk mencegah penularan Covid-19 lebih masif.

"Dalam masa posko Nataru ini wastafel-wastafel ini kita aktifkan lagi supaya bisa mengedukasi untuk cuci tangan juga, kebersihan, kemudian penggunana masker akan terus diimbau sampai ada pemberitaan selanjutnya," imbuh Anne.

Namun, Anne menyatakan pihaknya masih belum menerapkan kewajiban untuk menggunakan masker. Pasalnya, belum ada kebijakan langsung dari regulator bersangkutan.

"Kita imbau, masih imbauan. Karena untuk wajib masker kami harus tunggu aturan regulator dalam hal ini Kementerian Perhubungan," ungkap Anne.

 

4 dari 4 halaman

Dinkes DKI: Ada 38 Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta Selama 2023

Sebelumnya diberitakan, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan, terdapat 38 kasus Covid-19 JN.1 dari awal 2023. Diketahui, varian JN.1 ini merupakan turunan atau sublineage dari subvarian Omicron BA.2.86.

"Varian JN.1 ada, kita sudah ada. Sudah ditemukan. JN.1 itu dari hasil genome sequencing-nya di Jakarta sejak awal 2023 udah ditemukan 38 pasien," kata Kepala Dinkes Ani Ruspitawati di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (21/12/2023).

Ani menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya. Namun, biasanya pasien yang terkena JN.1 warna lidahnya tampak lebih putih.

"JN.1 ini sebenarnya sama saja. Dia subvariannya turunannya Omicorn, cuma dia ada ciri-ciri khasnya ya. Lidahnya menunjuikn warna lebih putih dari biasanya," jelas Ani.

"Kan subvariannya dari Omnicorn, jadi hampir sama tingkat fatality-nya tidak tinggi. Jadi, makanya ringan gejalanya. Cuman penularannya memang cepat," sambungnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini