Sukses

Bursa Saham Asia Merosot, Investor Cermati Data Aktivitas Pabrik

Berlawanan dengan wall street, bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Jumat pagi, 1 Desember 2023. Pelaku pasar menanti data aktivitas pabrik swasta.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Jumat pagi (1/12/2023). Pergerakan bursa saham Asia Pasifik itu terjadi di tengah sebagian besar wall street mencatat kenaikan dan jelang survei aktivitas pabrik swasta di seluruh wilayah.

Dikutip dari CNBC, investor juga akan mengamati indeks Caixin manufacturing purchasing manager China pada November 2023 setelah angka resmi menunjukkan sektor manufaktur mengalami kontraksi selama dua bulan berturut-turut.

Pembacaan PMI juga akan dirilis dari Jepang, Korea Selatan dan India pada Jumat pekan ini. Di Australia, indeks ASX 200 melemah tipis 0,55 persen setelah mencatat kenaikan beruntun dalam tiga hari pada perdagangan Kamis pekan ini. Indeks Kospi Korea Selatan merosot 0,89 persen. Indeks Kosdaq susut 0,79 persen.

Sementara itu, indeks Nikkei 225 Jepang sedikit di bawah garis datar. Akan tetapi, indeks Topix menguat 0,21 persen.

Sedangkan indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 17.052, menunjukkan pembukaan yang positif dibandingkan penutupan perdagangan terakhir 17.042,88.

Di wall street, indeks Dow Jones sentuh level tertinggi baru pada 2023. Hal ini seiring inflasi mendingin dan laba Salesforce yang menguat sehingga membantu indeks Dow Jones sentuh level terbaik sejak Oktober 2022.

Indeks S&P 500 menguat 0,4 persen, sedangkan indeks Nasdaq melemah 0,2 persen. Hal tersebut seiring investor mengambil keuntungan dari saham teknologi besar.

Sementara itu, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi Amerika Serikat (AS) naik 3,5 persen year on year (YoY), melambat dari kenaikan tahunan 3,7 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 30 November 2023

Dikutip dari Antara, sebagian bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Kamis pekan ini. Indeks Nikkei 225 naik 165,69 poin atau 0,50 persen ke posisi 33.486,89. Indeks Hang Seng Hong Kong bertambah 49,44 poin atau 0,29 persen ke posisi 17.042,88.

Indeks Shanghai naik 7,98 poin atau 0,26 persen ke posisi 3.029,67. Indeks Singapura Strait Times mendaki 11,71 poin atau 0,38 persen ke posisi 3.072,99.

"Bursa Asia bergerak menguat seiring rilis data ekonomi Jepang dan China,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.

Indeks penjualan ritel Jepang meningkat 4,2 persen year on year (yoy) pada Oktober 2023, dan produksi industri Jepang meningkat 1,0 persen month to month (mtm) pada Oktober 2023, atau melampaui perkiraan pasar sebesar 0,8 persen (mtm), dan meningkat dari pertumbuhan 0,5 persen (mtm) pada bulan sebelumnya.

PMI manufaktur China masih di zona kontraksi, dimana PMI Manufaktur NBS China turun tipis menjadi 49,4 pada November 2023, dibandingkan 49,5 pada Oktober 2023, atau di bawah perkiraan yang sebesar 49,7. Namun demikian, pasar menilai adanya proses pemulihan ekonomi Jepang dan China, meskipun manufaktur melambat, namun itu memberikan pandangan akan aktivitas manufaktur masih tumbuh di tengah pengaruh eksternal di saat kondisi ekonomi global saat ini

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 30 November 2023

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 30 November 2023. Indeks Dow Jones menguat ke level tertinggi baru pada 2023 seiring data inflasi yang lebih tenang dan laba Salesforce yang kuat.

Dikutip dari CNBC, Jumat (1/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 520 poin atau 1,47 persen ke posisi 35.950,89. Posisi indeks Dow Jones tersebut melampaui level tertinggi tahun ini sebelumnya pada Agustus 2023.

Indeks S&P 500 bertambah 0,4 persen menjadi 4.567,80. Namun, indeks Nasdaq merosot sekitar 0,2 persen ke posisi 14.226,22 karena investor mengambil sejumlah keuntungan pada saham teknologi besar yang memimpin kebangkitan pada November 2023.

Pada November 2023, indeks Dow Jones berhasil ditutup menguat 8,9 persen. Kenaikan tersebut mematahkan penurunan beruntun dalam tiga bulan. Indeks S&P 500 melonjak 8,9 persen pada November 2023, sedangkan indeks Nasdaq naik 10,7 persen.

Dua indeks acuan tersebut memiliki kinerja bulanan terbaik sejak Juli 2022 dan diperdagangkan sekitar 1 persen dari level tertingginya masing-masing pada 2023.

“Banyak hal yang kita lihat pada November hanyalah realisasi perekonomian masih berjalan baik, konsumen tangguh dan the Fed menahan diri, lebih dari apapun,” ujar Chief Investment Officer Independent Avdisor Alliance, Chris Zaccarelli dikutip dari CNBC.

Ia menambahkan, dengan asumsi kondisi tersebut bertahan antara sekarang dan akhir tahun yang merupakan skenario paling mungkin dilakukan sehingga pasar akan terus bergerak menguat.

“Pada 2022, kami menghabiskan begitu banyak waktu untuk memikirkan apa yang mungkin salah, dan kami benar-benar tidak habiskan waktu memikirkan apa yang mungkin berjalan baik. 2023 adalah kisah tentang banyak hal yang berjalan baik,” ia menambahkan.

4 dari 4 halaman

Saham Salesforce Menguat

Selain itu, kenaikan indeks Dow Jones juga didorong saham perusahaan perangkat lunak cloud Salesforce. Saham Salesforce melonjak 9,4 persen didukung laba dan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan pada kuartal ketiga tahun fiskal.

Bisnis data cloud Salesforce yang pendapatannya meningkat 22 persen dari tahun sebelumnya, dan produk kecerdasan buatannya Einstein GPT yang berada di balik laporan positif tersebut.

Saham perusahaan layanan kesehatan UnitedHealth Group, Johnson&Johnson, Merck, dan Amgen juga memimpin indeks lebih tinggi.

Data yang dirilis pada Kamis pagi ini menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, ukuran inflasi favorit the Federal Reserve (the Fed) naik 3,5 persen yoy, melambat dari kenaikan tahunan 3,7 persen pada bulan sebelumnya.

Angka-angka ini adalah yang terbaru dari serangkaian data inflasi positif yang terlihat pada November yang menyebabkan pelaku pasar menyimpulkan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mungkin akan menaikkan suku bunga dan bahkan dapat mulai menurunkannya pada 2024.

“Apa yang mendorong pasar pada akhirnya adalah perubahan kebijakan moneter,” ujar Global Macro Strategist Carson Group, Sonu Varghese.

Ia menuturkan, volatilitas yang lebih rendah juga dapat mendorong lebih banyak uang masuk ke pasar karena masyarakat menumbuhkan kembali portofolionya dan meningkatkan eksposur terhadap saham.”Kami pikir harga tertinggi baru pasti mungkin terjadi,” ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini