Sukses

Menelisik Prospek Saham Vale Indonesia Usai Divestasi Diputuskan

Pengamat Pasar Modal Lanjar Nafi mencermati proses divestasi 14 persen saham Vale Indonesia dapat dianggap sebagai katalis positif.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan, proses divestasi saham 14 persen PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah selesai diputuskan. Alhasil, kini pemerintah RI menjadi pemegang saham mayoritas Vale Indonesia. 

Dengan demikian, negara memiliki porsi 34 persen saham yang dipegang MIND ID dan 20 persen dari publik. Lantas, bagaimana prospek saham Vale Indonesia?

Pengamat Pasar Modal Lanjar Nafi mencermati proses divestasi 14 persen saham Vale Indonesia dapat dianggap sebagai katalis positif, terutama jika ini diinterpretasikan sebagai tindakan yang mendukung keberlanjutan operasional Perseroan. 

"Pemberian perpanjangan izin usaha hingga 20 tahun dapat memberikan kepastian jangka panjang untuk operasional perusahaan," kata Lanjar Nafi kepada Liputan6.com, Senin (13/11/2023). 

Menurut ia, keterlibatan MIND ID sebagai pemegang saham mayoritas dapat membawa perubahan dalam manajemen direksi dan pengambilan keputusan strategis. 

Di sisi lain, ia menilai harga saham INCO dapat mengalami kenaikan dalam beberapa waktu mendatang. 

"Keterlibatan MIND ID sebagai pemegang saham mayoritas dan peran mereka dalam manajemen direksi dapat memiliki dampak pada kebijakan dan strategi perusahaan, yang mungkin juga akan mempengaruhi harga saham," kata dia. 

Sejalan dengan itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan, tujuan dari divestasi saham Vale Indonesia kepada MIND ID ini salah satunya untuk meningkatkan nilai tambah lewat hilirisasi yang dicanangkan Pemerintah.

"Investor menunggu realisasi dari hilirisasi, sebab divestasi saham ini untuk mempercepat hilirisasi yang dicanangkan Pemerintah, ini bisa jadi added value," kata Nafan. 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sah, Saham Vale Indonesia Mayoritas Milik Pemerintah Indonesia

Sebelumnya diberitakan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan, proses divestasi saham 14 persen PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah selesai diputuskan. Alhasil, kini negara menjadi pemegang saham mayoritas Vale Indonesia.

Menteri ESDM menceritakan, INCO pada 1988 telah menawarkan saham kepada pemerintah sebesar 20 persen sahamnya guna memenuhi kewajiban divestasi kepada publik. Sehingga, negara memiliki porsi 34 persen saham yang dipegang MIND ID dan 20 persen dari publik.

"Udah diputusin. Jadi yang dilepas oleh Vale adalah 14 persen, grup ya. Jadi dengan itu, MIND ID bisa 34 persen, dan itu mayoritas di antara yang lain," kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (10/11/2023).

Selain menjadi pemegang saham mayoritas, MIND ID pun disebutnya akan turut menjadi saham pengendali. Sehingga jajaran direksi utama hingga komisaris akan ditentukan oleh MIND ID.

"Nanti ada board management. Prinsipnya nanti dirut dan komisaris utamanya dari pemegang yang terbesar," ungkap Arifin.

Beda dengan Freeport

Ini berbeda dengan akuisisi saham PT Freeport Indonesia beberapa waktu lalu. Meskipun pemerintah telah menjadi pemegang mayoritas dengan 51 persen saham, namun PT Freeport McMoran Inc masih jadi pemegang saham pengendali dengan menempatkan jajarannya di kursi direksi.

"Waktu itu kan (PT Freeport Indonesia) operational, sekarang kan ada kemajuan. Manajemennya itu bersama, tapi keputusan akhir, keputusan itu bisa oleh komisaris yang dipegang MIND ID," ujar Arifin.

Kendati begitu, Arifin belum merinci lebih jauh proporsi saham 14 persen yang dilepas Vale Indonesia, berapa besar yang berasal dari Vale Canada Limited atau Sumitomo Metal Mining. Begitu pun soal harga saham, ia belum membeberkannya lebih detil.

"Yang penting tuh harganya harus ada special price buat kita," pungkas Arifin Tasrif.

 

3 dari 4 halaman

Produksi Nikel Vale Indonesia Naik 17,62 Persen hingga Kuartal III 2023

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berhasil memproduksi nikel dalam matte sebesar 51.644 metrik ton hingga kuartal III 2023. Angka tersebut meningkat 17,62 persen dari sebelumnya 43.907 metrik ton pada periode yang sama tahun lalu. 

CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy menuturkan, Perseroan memproduksi 17.953 metrik ton dalam matte pada kuartal III 2023. Realisasi ini meningkat 2,51 persen dari 17.513 metrik ton dalam matte pada periode sembilan bulan pertama 2022. 

Dengan demikian, ia mengaitkan hasil positif ini dengan strategi pemeliharaan yang telah diterapkan sebelumnya.

“Kegiatan pemeliharaan skala besar yang direncanakan berhasil diselesaikan pada semester pertama tahun 2023," ujar dia dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (19/10/2023.

Dikombinasikan dengan keandalan aset perusahaan yang baik, hal ini berkontribusi pada peningkatan produksi. Peningkatan ini tidak lepas dari keberhasilan kembalinya Furnace 4 ke performa optimalnya setelah menjalani pembangunan kembali tahun lalu.

"Kami tetap optimis untuk mencapai target produksi setahun penuh pada tahun 2023, yaitu sekitar 70.000 ton," ujar dia.

Pada perdagangan Kamis, 19 Oktober 2023 pukul 11.10 WIB, saham INCO merosot 1,74 persen ke posisi Rp 5.650 per saham. Saham INCO dibuka stagnan Rp 5.750 per saham. Saham INCO berada di level tertinggi Rp 5.775 dan terendah Rp 5.625 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.533 kali dengan volume perdagangan 21.772 saham. Nilai transaksi Rp 12,4 miliar.

 

4 dari 4 halaman

Kinerja Semester I 2023

Sebelumnya diberitakan, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023. Pada periode tersebut, Vale Indonesia membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (28/7/2023), perseroan membukukan pendapatan USD 658,97 juta atau sekitar Rp 9,93 triliun (kurs Rp 15.067,50 per USD).

Pendapatan itu naik 16,73 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 564,54 juta. Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan naik menjadi USD 438,49 juta dari USD 356,31 juta pada Juni 2022. Meski begitu, laba kotor perseroan masih tumbuh 5,88 persen menjadi USD 220,47 juta pada semester I 2023, dibanding semester I 2022 yang tercatat sebesar USD 208,22 juta.

"Pendapatan Grup meningkat 17 persen pada semester I 2023, terutama karena volume pengiriman yang lebih tinggi sebesar 6.208 t pada periode ini. Namun demikian, beban pokok pendapatan Grup juga meningkat dari USD 356,3 juta pada semester I 2022 menjadi USD 438,4 juta pada semester I 2023, terutama disebabkan oleh konsumsi bahan bakar dan harga diesel yang lebih tinggi," ujar CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini