Sukses

Menelisik Prospek Emiten Properti dan Otomotif di Tengah Kenaikan Suku Bunga BI

Berikut tanggapan analis mengenai dampak kenaikan suku bunga acuan terhadap sektor saham properti dan otomotif.

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Oktober 2023 memutuskan menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin menjadi 6 persen dari sebelumnya sebesar 5,75 persen. Lantas, emiten apa saja yang terdampak oleh kenaikan suku bunga BI?

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer menilai naiknya suku bunga tersebut menjadi sentimen negatif untuk emiten-emiten properti dan juga otomotif. Ini mengingat mayoritas pembelian properti dan kendaraan otomotif di Indonesia menggunakan kredit. 

"Suku bunga yang lebih tinggi akan membuat para konsumer berpikir dua kali untuk membeli, alhasil berdampak negatif terhadap penjualan emiten properti dan otomotif. Jadinya, kinerja para emiten untuk kedua sektor ini di kuartal IV 2023 kemungkinan menurun tipis QoQ dibanding kuartal III 2023," ujar dia kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (22/10/2023).

Dia bilang, sentimen paling penting yang perlu dicermati para investor ke depan adalah kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) dan pergerakan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang memiliki dampak besar terhadap nilai tukar USD atau IDR (Rupiah). Sebab, hal itu menjadi faktor penting dalam penentuan kebijakan moneter BI ke depannya. 

Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Desmond Wira mengatakan, emiten properti atau otomotif biasanya terkena dampak negatif usai suku bunga acuan meningkat. Sebab, mayoritas penjualan kendaraan di Indonesia melalui sarana kredit.

Menurut ia, penjualan properti maupun otomotif biasanya mengalami penurunan saat suku bunga BI naik. Sehingga, ia menilai kemungkinan kinerja dua sektor tersebut pun menurun.

"Selain bunga naik, pelemahan Rupiah juga menjadi beban tambahan karena spare part kendaraan berpotensi naik harganya. Hal ini semakin menambah turunnya minat beli konsumen," kata dia.

Dia bilang, sebaiknya investor mengurangi porsi saham sektor otomotif dan properti di tengah kenaikan suku bunga. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Alasan Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan BI7DRR ke 6%

Sebelumnya diberitakan, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI atau BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,0 persen. Selain itu, duku bunga Deposit Facility juga naik masing-masing sebesar sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.

 "Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Oktober 2023 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 6,0 persen, suku bunga Deposit Facility juga naik masing-masing sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (19/10).

Perry mengatakan, kebijakan menaikkan suku bunga acuan ini untuk mengendalikan stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global. Mengingat, situasi ini justru menguntungkan mata uang Dolar Amerika (AS) yang justru mengalami tren penguatan terhadap mata uang dunia, termasuk Rupiah.

Selain itu, keputusan ini sebagai konsistensi kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendali. Pemerintah menargetkan inflasi tahun 2023 dan 2024 dalam kisaran sasaran 3,0 plus minus 1 persen.

Kebijakan MakroprudensialDi sisi lain, BI juga memperkuat kebijakan makroprudensial longgar dengan efektivitas implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) dan menurunkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) untuk mendorong kredit/pembiayaan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

BI juga berkomitmen untuk memperluas transaksi digitalisasi sistem pembayaran terus diakselerasi untuk memperluas inklusi ekonomi dan keuangan digital. Termasuk digitalisasi transaksi keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.

"Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Perry mengakhiri.

 

 

3 dari 4 halaman

Suku Bunga BI Naik jadi 6% pada Oktober 2023

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Oktober 2023 memutuskan menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin menjadi 6 persen dari sebelumnya sebesar 5,75 persen.

"Rapat RDG Bank Indonesia pada 18-19 Oktober 2023 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam konferensi pers, Kamis (19/10/2023).Sama halnya dengan BI7DRR, suku bunga Deposit Facility juga dinaikkan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen dari sebelumnya 5,00 persen, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75 persen dari sebelumnya 6,50 persen.

Perry menegaskan, kenaikan tersebut untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak meningkat tingginya ktidakpastian global, sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor.

"Sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3,0±1 persen pada sisa tahun 2023 dan 2,5±1 persen pada 2024," ujarnya.

Sementara itu, kebijakan makroprudensial longgar diperkuat dengan efektivitas implementasi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) dan menurunkan rasio penyangga likuiditas makroprudensial untuk mendorong kredit pembiayaan lebih lanjut bagi pertumbuhan ekonomi nasioanl.

Demikian pula, digitalisasi sistem pembayaran terus ditingkatkan untuk memperluas inklusi ekonomi dan keuangan digital, termasuk digitalisasi transaksi keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.

 

4 dari 4 halaman

IHSG Anjlok Usai BI Kerek Suku Bunga Acuan

Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada penutupan perdagangan saham Kamis (19/12/2023). Tekanan IHSG terjadi usai Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen.

Dikutip dari data RTI, IHSG jatuh 1,18 persen ke posisi 6.846,42. Indeks LQ45 merosot 1,66 persen ke posisi 910,08.Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.927,98 dan terendah 6.840,36.Sebanyak 404 saham melemah sehingga menekan IHSG. 147 saham menguat dan 207 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.547.963 kali dengan volume perdagangan 24,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 12 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.856.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing melakukan aksi jual saham Rp 1,05 triliun. Sepanjang 2023, investor asing lepas saham Rp 8,2 triliun.

Mayoritas sektor saham (IDX-IC) tertekan. Sektor saham transportasi memimpin koreksi dengan turun 3,04 persen. Sektor saham energi tergelincir 1,04 persen, sektor saham basic turun 1,98 persen, dan sektor saham industri merosot 1,14 persen.

Selain itu, sektor saham nonsiklikal terpangkas 1,09 persen, sektor saham siklikal tergelincir 0,71 persen, sektor saham keuangan susut 1,57 persen, dan sektor saham properti melemah 1,63 persen. Selanjutnya sektor saham teknologi turun 0,62 persen. Adapun sektor saham kesehatan naik 0,60 persen dan sektor saham infrastruktur menguat 1,34 persen.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini