Sukses

Bursa Saham Asia Lesu Setelah Rilis Data Ekonomi China

China merilis data ekonomi yang membayangi pergerakan bursa saham Asia Pasifik pada Jumat, 13 Oktober 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Jumat, (13/10/2023). Hal ini seiring investor mencerna data inflasi China pada September 2023.

Dikutip dari CNBC, indeks harga konsumen China pada September mendatar. Lebih rendah dari kenaikan 0,2 persen yang diprediksi analis yang disurvei Reuters. China juga melaporkan penurunan indeks harga produsen 2,5 persen dibandingkan perkiraan Reuters yang prediksi penurunan 2,4 persen.

Indeks acuan CSI 300 China turun 0,83 persen pada jam pertama perdagangannya. Indeks Hang Seng Hong Kong susut 1,47 persen. Di Jepang, indeks Nikkei 225 melemah 0,13 persen.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 susut 0,13 persen. Indeks Kospi tergelincir 0,62 persen.Di Australia, indeks ASX 200 merosot 0,3 persen.

Di wall street, tiga indeks acuan melemah seiring data inflasi Amerika Serikat yang lebih kuat dari perkiraan. Indeks Dow Jones melemah 0,51 persen atau 173,73 poin ke posisi 33.631,14. Indeks S&P 500 merosot 0,62 persen ke posisi 4.349,61. Indeks Nasdaq terpangkas 0,63 persen ke posisi 13.574,22.

Indeks harga konsumen AS yang dirilis Kamis pekan ini meningkat 0,4 persen pada bulan tersebut dan 3,7 persen dari tahun lalu pada September. Data tersebut mengikuti pembacaan indeks harga produsen yang lebih kuat dari perkiraan pada September.

Di sisi lain, harga konsumen China mendatar pada September, sementara itu harga di tingkat pabrik mengalami penurunan tahunan yang lambat selama tiga bulan.

Indeks harga konsumen mendatar secara tahunan pada September, menurut data dari Biro Statistik Nasional. Indeks ini berada di bawah perkiraan median kenaikan 0,2 persen dalam jajak pendapat Reuters.

Indeks harga produsen China turun 2,5 persen dari tahun sebelumnya, lebih lemah dari harapan ekonom yang prediksi penurunan 2,4 persen.

Harga yang rendah menggarisbawahi apa yang oleh pemimpin China disebut sebagai pemulihan ekonomi yang berliku-liku setelah negara tersebut berhasil keluar dari pembatasan ketat terhadap COVID-19 menjelang akhir tahun lalu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penutupan Bursa Saham Asia pada 12 Oktober 2023

Bursa saham Hong Kong melonjak hampir 2 persen pada satu jam terakhir perdagangan Kamis, 12 Oktober 2023. Indeks acuan Hong Kong memimpin kenaikan lebih luas di kawasan Asia Pasifik karena lonjakan saham bank besar China.

Selain itu, investor menantikan data utama inflasi konsumen Amerika Serikat untuk mendapatkan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

Dikutip dari CNBC, indeks Hang Seng naik 1,86 persen. Indeks acuan bursa saham China, indeks CSI 300 menguat 0,95 persen ke posisi 3.702,38.

Di Australia, indeks ASX 200 bertambah 0,21 persen ke posisi 7.103,1. Di Jepang, indeks Nikkei 225 menguat 1,75 persen ke posisi 32.494,66. Indeks Kospi bertambah 1,21 persen ke posisi 2.479,82.

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 12 Oktober 2023

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Kamis, 12 Oktober 2023. Wall street tertekan oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS karena pelaku pasar khawatir data baru yang menunjukkan inflasi AS bertahan.

Dikutip dari CNBC, Jumat (13/10/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 0,51 persen atau 173,73 poin ke posisi 33.631,14. Indeks S&P 500 turun 0,62 persen ke posisi 4.349,61. Indeks Nasdaq melemah 0,63 persen ke posisi 13.574,22. Tiga indeks acuan itu mengakhiri kenaikan beruntun dalam empat hari.

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS melonjak didukung data inflasi baru pada perdagangan Kamis pekan ini. Suku bunga acuan bertenor 10 tahun naik hampir 11 basis poin menjadi 4,7 persen. Imbal hasil obligasi AS bertenor 2 tahun berada di posisi 5,06 persen setelah naik lebih dari 6 basis poin.

Imbal hasil obligasi baru-baru ini mencapai level tertinggi dalam 16 tahun mengguncang saham. Awal bulan ini, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun diperdagangkan di atas 4,8 persen.

 

4 dari 4 halaman

Dibayangi Imbal Hasil Obligasi

Sejumlah investor percaya imbal hasil lebih tinggi akan bertahan mempengaruhi penurunan pasar saham pada perdagangan Kamis, 12 Oktober 2023.

“Setiap angka CPI yang muncul menunjukkan lebih banyak kekakuan yang hilangkan keyakinan pada akhirnya kita akan mencapai inflasi 2 persen. Kami tidak akan mencapai inflasi 2 persen, tetapi pasar obligasi masih percaya kami akan mencapai atau mendekatinya,” ujar Managing Partner and Global Strategist MRB Partners, Philip Colmar.

Ia menuturkan, saham terus bergerak ke zona merah seiring pelaku pasar menyadari imbal hasil obligasi akan bergerak lebih tinggi.

Carson Group Vice President Carson Group, Sonu Varghese menuturkan, korelasi negatif langsung terhadap harga saham ketika imbal hasil naik terutama dalam jangka waktu singkat seperti yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir.

“Ada premi risiko saham, tapi mungkin lebih rendah daripada sebelum kita mendapatkan lonjakan imbal hasil baru-baru ini,” ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.