Sukses

Tips Memilih Instrumen Investasi Syariah Biar Cuan Makin Berkah

Ingin investasi sesuai prinsip syariah? Pasar modal Indonesia telah memiliki sejumlah indeks saham syariah untuk pelaku industri pasar modal dan investor.

Liputan6.com, Jakarta - Investasi menjadi pilihan bagi masyarakat saat ini untuk mengais pundi-pundi cuan demi kemerdekaan finansial pada masa mendatang. Alih-alih hanya menabung uang dalam bentuk uang tunai, investasi saham di pasar modal kerap menjadi pilihan lantaran memiliki imbal hasil relatif lebih tinggi.

Di pasar modal, terdapat beberapa indeks yang mengklasifikasikan sejumlah saham pada kriteria tertentu untuk memudahkan investor menyusun strategi investasi. Salah satunya Indeks Saham Syariah Indonesia atau ISSI, yang merupakan indikator dari kinerja pasar saham syariah Indonesia.

Kepala Unit Investasi Syariah Ashmore Asset Management Indonesia, Arnendra Vimardano menuturkan beberapa tips jitu bagi investor agar cuan makin berkah melalui investasi syariah. Pertama, investor perlu memperhatikan profil risiko masing-masing sebelum memutuskan instrumen investasi mana yang akan dipilih. Tak kalah penting, perlu juga untuk menentukan tujuan dari investasi.

"Jadi saat investasi juga harus memiliki tujuan, dananya untuk apa. Selain itu, profil risiko harus sejalan dengan pengalaman di investasi. Kalau awal masuk lebih banyak ke obligasi karena secara risiko lebih konservatif dibanding saham," kata Arnendra dalam Money Buzz - Raih Berkah Lewat Investasi Syariah, Selasa (22/8/2023).

Pasar modal syariah menawarkan berbagai jenis instrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Beberapa jenis instrumen pasar modal syariah yang umum ditemui, antara lain; saham syariah, obligasi syariah atau sukuk, reksa dana syariah, reksa dana indeks syariah, kontrak berjangka syariah, dan waran syariah.

Selain itu, instrumen pasar modal syariah juga bisa mencakup obligasi konversi syariah, obligasi ritel syariah, dan produk-produk derivatif syariah, yang semuanya dirancang untuk mematuhi prinsip-prinsip syariah dalam transaksi keuangan.

"Jadi nanti dengan berjalannya waktu akan biasa mengetahui karakteristik instrumen untuk disesuaikan dengan profil risiko masing-masing.Tapi yang paling simpel ada reksa dan syariah," ujar Arnendra.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sejumlah Indeks Saham Syariah

Khusus untuk instrumen saham, BEI memiliki beberapa indeks saham syariah yang dapat menjadi rujukan investor saat hendak membeli saham syariah. Indeks saham syariah adalah ukuran statistik yang mencerminkan pergerakan harga sekumpulan saham syariah yang diseleksi berdasarkan kriteria tertentu.

Adapun penyeleksian saham syariah dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan menerbitkan Daftar Efek Syariah (DES). Artinya BEI tidak melakukan seleksi saham syariah, melainkan menggunakan DES sebagai acuan untuk pemilihannya.

Saat ini, terdapat lima indeks saham syariah yang berlaku di BEI. Antara lain; Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jakarta Islamic Indeks (JII), Jakarta Islamic Index 70 (JII70 Index), IDX-MES BUMN 17, dan IDX Sharia Growth (IDXShagrow).

3 dari 4 halaman

Menengok Prospek Investasi Syariah di Indonesia

Sebelumnya, prospek investasi syariah disebut masih cerah. Hal ini didukung dari potensi calon investor syariah.

Kepala Unit Investasi Syariah Ashmore Asset Management Indonesia, Arnendra Vimardano mengatakan, salah satu sentimen positif untuk pasar syariah adalah potensi kenaikan harga komoditas.

"Prospek saham Syariah atau sukuk syariah itu cukup positif ke depannya. Saya ambil contoh di tahun 2022, di mana harga komoditi lumayan meningkat. Kalau diperhatikan, saham syariah misalnya ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) lebih unggul dari IHSG," kata Arnendra dalam Money Buzz - Raih Berkah Lewat Investasi Syariah, Selasa (22/8/2023).

Sebagai perbandingan, Arnendra menyebutkan IHSG didominasi oleh saham sektor perbankan dan emiten rokok dengan porsi sekitar 30-35 persen. Sementara untuk ISSI, mayoritas atau sebesar 40 persen disumbang sektor komoditas. Ia menilai, masalah komoditas dari sisi supply masih ada, merujuk pada tensi geopolitik dan perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung.

Selain itu, Arnendra mengatakan beberapa negara produsen minyak masih melakukan pemangkasan produksi. Baru-baru ini, terjadi fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan di beberapa wilayah dan mengganggu supply komoditas.

"Sehingga chance buat harga komoditas masih akan meningkat untuk beberapa waktu ke depan.Ini juga jadi chance buat saham syariah," kata Arnendra.

 

4 dari 4 halaman

Investor Syariah

Di sisi lain, jumlah investor syariah tampaknya juga mengalami pertumbuhan mengesankan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam catatannya, Arnendra mengungkapkan jumlah investor syariah per akhir 2022 mencapai sekitar 115 ribu investor, atau naik kali lipat dibanding lima tahun lalu.

"Jadi kenaikan jumlah investor syariah ini bisa jadi cerminan demand investor yang Fokusnya ke saham syariah itu memang besar," imbuh dia.

Selain itu, Arnendra juga mencermati pertumbuhan bisnis berbasis syariah. Melansir data Global Islamic Economy Report, Arnendra mengatakan pada 2021 tercatat sekitar USD 2 triliun pengeluaran untuk syariah. Termasuk pengeluaran untuk makanan, farmasi, hingga gaya hidup yang berbasis syariah.

"Reksa dana syariah di 2021 juga tumuh empat kali lipat. Jadi kalau kita bicara, makin kesini prospek dari syariah makin besar," pungkas dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.