Sukses

BEI Sebut Ada Klub Sepak Bola yang Akan Listing pada 2024

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan saat ini baru Bali United yang catatkan saham perdana di pasar modal Indonesia. Pada 2024, BEI akan kembali kedatangan calon emiten klub sepak bola.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI)  bakal kedatangan klub sepak bola asal Indonesia pada 2024. Rencananya klub bola tersebut akan menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) tahun depan.

Direktur Utama BEI Iman Rachman menuturkan, ada klub sepak bola yang mencatatkan sahamnya di pasar modal pada 2024.

"Ada klub sepak bola yang akan listing 2024. Saat ini, baru ada satu klub sepak bola, yaitu Bali United," kata Iman dalam konferensi pers, Senin (7/8/2023). 

Dia bilang, sejak 2018 perusahaan tercatat di BEI mengalami pertumbuhan secara berturut-turut. Sebagaimana diketahui, BEI optimistis perusahaan tercatat bakal mencetak rekor pada 2023. Ini mengingat, banyak perusahaan yang antre untuk menggelar penawaran saham perdana (initial public offering/IPO).

Terkait hal tersebut, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, hingga saat ini telah ada 55 perusahaan yang tercatat di pasar modal. Sedangkan, di pipeline BEI masih ada 36 perusahaan yang bakal IPO.

"Mudah-mudahan dari total perusahaan tercatat tahun ini memecahkan rekor lagi karena jumlahnya hari ini sudah 55," kata Nyoman dalam kesempatan berbeda.

Dengan demikian, ia berharap semakin banyak emiten yang melantai di BEI pada tahun ini. Bahkan, UMKM pun akan turut meramaikan bursa pada tahun ini, dengan target IPO 10 perusahaan pada 2024.

"Jadi, UMKM pengembangan dan utama, kombinasi ada, terus kemudian total perusahaan tercatat juga. Minggu ini ada 9 lagi, termasuk yang tadi dua," ujar dia.

BEI menargetkan 57 perusahaan tercatat pada 2023. Target tersebut lebih kecil dari capaian tahun lalu sebesar 59 perusahaan tercatat.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

OJK Harap Pasar Modal Dapat Himpun Dana Rp 200 Triliun pada 2023

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengincar penghimpunan dana di pasar modal hingga Rp 200 triliun pada 2023. Sebelumnya, OJK menargetkan penghimpunan dana senilai Rp 170 triliun. 

Namun, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan, pihaknya melakukan revisi terkait target penghimpunan dana di pasar modal. 

"Tadinya targetnya Rp 170 triliun, kami sudah revisi menjadi Rp 200 triliun dan saat ini sudah mencapai Rp 162 triliun, alhamdulilah masih empat bulan kedepan dan kami rasa belum perlu untuk merevisi target," kata Inarno dalam konferensi pers, ditulis Jumat (4/8/2023).

Asal tahu saja, realisasi penghimpunan dana di pasar modal pada 2022 tercatat sebesar Rp 267,73 triliun. Artinya, target yang dipasang tahun ini lebih sedikit dibandingkan capaian tahun lalu.

Sementara itu, OJK mencatat penghimpunan dana di pasar modal hingga 31 Juli sebesar Rp 162,09 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 57 emiten. Nilai emisi emiten IPO tersebut lebih tinggi dibandingkan pencapaian sepanjang 2022 dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dan ke-4 global pada semester I 2023. 

Adapun di pipeline, masih terdapat 101 rencana penawaran umum dengan perkiraan nilai sebesar Rp 72,85 triliun dan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 66 perusahaan.

Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UKM, hingga 31 Juli 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 429 Penerbit, 156.916 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp 910 miliar. 

Inarno Djajadi mengatakan, sejalan dengan penguatan pasar keuangan global, pasar saham Indonesia sampai dengan 31 Juli 2023 juga mengalami penguatan sebesar 4,05 persen mtd ke level 6.931,36 (Juni 2023 menguat 0,43 persen mtd ke level 6.661,88), dengan non-resident mencatatkan inflow sebesar Rp2,72 triliun mtd (Juni 2023 outflow Rp4,38 triliun mtd). 

"Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbesar pada Juli 2023 dicatatkan oleh saham di sektor energi dan sektor basic material. Secara ytd, IHSG tercatat menguat sebesar 1,18 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp18,92 triliun (Juni 2023 net buy sebesar 16,21 triliun ytd)," kata Inarno.

 

3 dari 4 halaman

Rata-Rata Transaksi Saham

Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham termoderasi di bulan Juli 2023 menjadi Rp9,66 triliun mtd dan Rp10,24 triliun ytd (Juni 2023 Rp9,64 triliun mtd), dan secara umum di bawah level rata-rata transaksi harian di 2022 yang sebesar Rp 14,71 triliun.

Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 0,56 persen mtd dan 7,07 persen ytd ke level 369,17 (Juni 2023 menguat 0,96 persen mtd dan 6,48 persen ytd). Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor non-resident tercatat sebesar Rp 269,79 miliar mtd, dan secara ytd masih tercatat outflow Rp 880,16 miliar.

Pasar SBN masih melanjutkan tren positif dan membukukan inflow investor asing. Pada Juli 2023, non-resident mencatatkan inflow yang sebesar Rp 8,30 triliun mtd (Juni 2023 inflow Rp17,53 triliun mtd), sehingga mendorong penurunan yield SBN rata-rata sebesar 1,09 bps mtd di seluruh tenor. Secara ytd, yield SBN turun rata-rata sebesar 53,80 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp 93,00 triliun ytd. 

Di industri reksa dana, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana per 31 Juli 2023 tercatat sebesar Rp 516,67 triliun atau naik 1,69 persen (mtd) dengan investor Reksa Dana membukukan net subscription sebesar Rp4,21 triliun (mtd). Secara ytd, NAB meningkat 2,34 persen dan tercatat net subscription sebesar Rp1,79 triliun.

4 dari 4 halaman

OJK Catat 66 Perusahaan Antre IPO di Bursa

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal hingga 31 Juli sebesar Rp 162,09 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 57 emiten. Nilai emisi emiten IPO tersebut lebih tinggi dibandingkan pencapaian sepanjang tahun 2022 dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dan ke-4 global pada semester I 2023. 

Adapun di pipeline, masih terdapat 101 rencana penawaran umum dengan perkiraan nilai sebesar Rp 72,85 triliun dan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 66 perusahaan.

Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UKM, hingga 31 Juli 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 429 Penerbit, 156.916 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp 910 miliar. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan, sejalan dengan penguatan pasar keuangan global, pasar saham Indonesia sampai dengan 31 Juli 2023 juga mengalami penguatan sebesar 4,05 persen mtd ke level 6.931,36 (Juni 2023 menguat 0,43 persen mtd ke level 6.661,88), dengan non-resident mencatatkan inflow sebesar Rp2,72 triliun mtd (Juni 2023 outflow Rp4,38 triliun mtd). 

"Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbesar pada Juli 2023 dicatatkan oleh saham di sektor energi dan sektor basic material. Secara ytd, IHSG tercatat menguat sebesar 1,18 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp18,92 triliun (Juni 2023 net buy sebesar 16,21 triliun ytd)," kata Inarno dalam konferensi pers, Kamis (3/8/2023).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini