Sukses

BNI Bidik Pertumbuhan Kredit hingga 9 Persen pada 2023

Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini menyatakan, pertumbuhan kredit hingga 9 persen seiring dengan prediksi ekonomi Indonesia yang berpotensi tumbuh 5 persen.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI mengincar pertumbuhan kredit hingga 9 persen pada 2023. Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini mengatakan, target kredit itu sejalan dengan proyeksi ekonomi Indonesia yang diperkirakan masih masih tumbuh sebesar 5 persen, ditopang konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah.

Bersamaan dengan itu, inflasi juga akan diperkirakan melandai ke 3,8 persen setelah meredanya dampak kenaikan harga BBM ke konsumen.

Sementara itu tekanan pada kurs rupiah juga diperkirakan mereda ditopang oleh kuatnya fundamental ekonomi Indonesia bagi industri perbankan, Novita melihat stabilnya ekonomi domestik akan menjadi katalis pertumbuhan bisnis yang sehat. Pertumbuhan kredit perbankan tahun 2023 diperkirakan berada di Kisaran 7–9 persen dan pertumbuhan DPK pada level 7,2–8,5 persen.

"Kami juga melihat banyak peluang di tahun 2023 yang dapat kami tangkap untuk melanjutkan tren yang positif ini. Target pertumbuhan (kredit) BNI 2023 sebesar 7–9 persen, tentunya dengan mempertimbangkan pertumbuhan PDB yang moderat. kami percaya bahwa strategi kami akan fokus pada kualitas dibandingkan dengan kuantitas adalah hal yang paling tepat untuk dilakukan dalam situasi saat ini," kata Novita dalam Public Expose Full Year 2022 Bank Negara Indonesia (BNI), Selasa (24/1/2023).

BNI melihat mayoritas sektor ekonomi telah mengalami pemulihan setelah pandemi COVID-19, dan tahun ini perseroan juga terus konsisten memfokuskan pada pertumbuhan yang sehat dan juga sustainable.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Target NIM BNI

BNI melakukan transformasi dengan fokus membangun portofolio kredit yang sehat melalui ekspansi pada debitur-debitur top-tier di masing-masing industri dan juga masing-masing regional.

Sementara untuk pertumbuhan DPK akan difokuskan pada CASA yang dihasilkan dari strategi perseroan untuk membangun transaction base CASA melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif dan reliabel.

"Net Interest Margin (NIM) akan di-manage di kisaran 4,7 persen salah satunya dengan tetap menjaga perbaikan kualitas aset sehingga ini dapat menghasilkan margin yang optimal," ujar Novita.

Di samping itu, BNI memiliki tingkat kepercayaan tinggi bahwa biaya kredit masih bisa diperbaiki. BNI memproyeksikan cost of credit (CoC) akan turun di bawah 1,5 persen pada 2023. Hal ini disebabkan perbaikan NPL yang semula dari 3 persen menjadi sekitar 2,5 persen.

3 dari 4 halaman

Korporasi Blue Chip Jadi Penopang Pertumbuhan Kredit pada 2022

Sebelumnya, Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini memaparkan, pertumbuhan kredit BNI sebesar 10,9 persen YoY melebihi guidance yang ditetapkan perusahaan di awal 2022 yakni di kisaran 7 persen hingga 10 persen.

"Pertumbuhan tersebut dicapai di tengah upaya BNI melakukan transformasi dan fokus membangun portofolio kredit yang sehat melalui ekspansi pada debitur top tier di masing-masing industri dan regional,” kata Novita.

Adapun sektor Business Banking mencatat pertumbuhan 10,3 persen YoY menjadi Rp 532,2 triliun. Pertumbuhan dari segmen tersebut didorong oleh segmen Korporasi Blue Chip yang tumbuh 28,9 persen YoY menjadi Rp 232,7 triliun; segmen Large Commercial meningkat 29,9 persen YoY menjadi Rp 53,1 triliun; segmen kecil terutama Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tumbuh 19,8 persen YoY menjadi Rp 52,7 triliun.

Sementara di sektor Consumer Banking, Kredit Payroll masih menjadi fokus dengan pertumbuhan 20,3 persen YoY menjadi Rp 43,1 triliun, kemudian diikuti oleh Kredit Pemilikan Rumah yang tumbuh 7,9 persen YoY menjadi Rp 53,5 triliun.

 

Sehingga secara keseluruhan, kredit konsumer tumbuh 11,2 persen YoY menjadi Rp 110,1 triliun. Lebih lanjut, BNI juga melihat debitur yang terdampak pandemi terus mengalami pemulihan.

4 dari 4 halaman

Restrukturisasi Kredit

Hal ini berdampak positif pada portofolio restrukturisasi kredit akibat Covid-19 yang hingga akhir 2022 tersisa Rp 49,6 triliun, turun 31,2 persen YoY. Rasio Loan At Risk (LaR) ikut membaik menjadi 16 persen, dibandingkan 2021 yang berada di posisi 23,3 persen.

"Tentunya untuk tahun ini, kami menargetkan kualitas aset yang lebih baik lagi. Kami sangat bergembira karena sebagian besar debitur yang terdampak Covid-19 sudah mulai pulih dan bersiap ekspansi," ujarnya.

BNI mendapat banyak lesson learned mengenai bagaimana meningkatkan efisiensi bisnis dari pandemi. Sepanjang tahun 2022, biaya operasional umum dan admin hampir tidak naik, hanya tumbuh 1 persen.

Berbekal efisiensi biaya operasional umum ini, BNI berkesempatan membangun kapabilitas Human Capital dengan menaikkan biaya personalia sebesar 11 persen, atau hampir 2 kali lipat inflasi.

Kenaikan ini terutama di area seperti investasi training pegawai dan remunerasi variabel untuk mendorong kinerja dan semangat pegawai BNI agar memberikan service terbaik kepada nasabah. Meskipun demikian, BNI masih menjaga efisiensi bisnis yang tercermin dari rasio cost-to-income yang sebesar 42,6 persen, membaik 70 bps dibandingkan tahun lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.