Sukses

Mengenal Calon Emiten Alat Kesehatan OneMed yang Bakal Catat Saham di BEI

PT Jayamas Medica Industri Tbk atau disebut OneMed menawarkan sebanyak-banyaknya 4,05 miliar saham dengan nilai nominal Rp 25 per saham dalam rangka IPO.

Liputan6.com, Jakarta - PT Jayamas Medica Industri Tbk (OMED) atau disebut OneMed, perusahaan bergerak di bidang usaha manufaktur alat kesehatan akan menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Mengutip prospektus perseroan, Jumat (7/10/2022), PT Jayamas Medica Industri Tbk menawarkan sebanyak-banyaknya 4,05 miliar saham dengan nilai nominal Rp 25 per saham. Jumlah saham itu setara 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO.

Harga penawaran umum perdana Rp 204-Rp 310 per saham. Dengan demikian, dana yang akan diraup dari IPO sebesar Rp 828 miliar-Rp 1,25 triliun.

Kemudian, investor maupun calon investor perlu mengetahui profil terkait perusahaan yang akan menggelar IPO tersebut secara rinci. Berikut ini merupakan profil dari PT Jayamas Medica Industri Tbk, sebagai berikut:

Perseroan didirikan dengan nama PT Jayamas Medica Industri pada 15 Desember 2000 dan mulai beroperasi pada 2002. Kegiatan usaha utamanya bergerak di bidang usaha manufaktur alat kesehatan, alat kesehatan elektromedik, alat diagnostik, antiseptik dan disinfektan, dan perbekalan kesehatan rumah tangga lainnya.

Selain itu, Jayamas Medica Industri  memiliki salah satu rangkaian alat dan perbekalan kesehatan terluas di Indonesia, menurut F&S, termasuk sejumlah besar produk baik yang diproduksi secara lokal maupun yang diimpor. 

Portofolio produk perseroan terdiri dari sekitar 3.200 SKU Aktif, termasuk merek pihak ketiga dan 72 merek terdaftar milik perseroan per 31 Maret 2022 telah memenuhi berbagai kebutuhan perawatan kesehatan yang dibagi menjadi enam kategori, yaitu produk kesehatan sekali pakai dan habis pakai, antiseptik dan dialisis, diagnostik dan peralatan, bioteknologi dan laboratorium, furnitur rumah sakit, dan alat bantu jalan dan perawatan rehabilitasi.

Sementara itu, per 30 Juni 2022, OMED memiliki sebanyak 684 alat kesehatan yang terdaftar di Kemenkes, di mana 501 dari alat-alat yang diproduksi secara lokal dan 25 dari alat-alat kesehatan impor yang diregister di perseroan dan 158 dari alat kesehatan impor lainnya terdaftar di perusahaan anak, PT Intisumber Hasil Sempurna Global (IHSG).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

IPO Perseroan

Sebelumnya, PT Jayamas Medica Industri Tbk, perusahaan bergerak di bidang usaha manufaktur alat kesehatan akan menggelar penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).

Mengutip prospektus perseroan, Kamis, 6 Oktober 2022, PT Jayamas Medica Industri Tbk menawarkan sebanyak-banyaknya 4,05 miliar saham dengan nilai nominal Rp 25 per saham. Jumlah saham itu setara 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO. Harga penawaran umum perdana Rp 204-Rp 310 per saham. Dengan demikian, dana yang akan diraup dari IPO sebesar Rp 828 miliar-Rp 1,25 triliun.

Perseroan juga menggelar program employee stock allocation (ESA) dengan jumlah dua persen atau sebanyak-banyaknya 81,17 juta saham. Tak hanya itu, perseroan juga menggelar program MESOP dengan jumlah sebanyak-banyaknya 126.219.600 saham atau mewakili sebanyak-banyaknya 0,55 persen dari jumlah saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh.

Perseroan memakai dana IPO sekitar 72,19 persen untuk pengembangan usaha dalam bentuk belanja modal dan modal kerja. Selain itu, sekitar 22,87 persen akan diberikan kepada perusahaan anak yaitu PT Intisumber Hasil Sempurna Global (IHSG) untuk belanja modal dan modal kerja.

Sedangkan sisanya sekitar 4,94 persen akan diberikan kepada IHSG dalam bentuk setoran modal. Kemudian IHSG akan memberikan kepada perusahaan anak yaitu PT Inti Medicom Retailindo (IMR) dalam bentuk setoran modal untuk belanja modal dan modal kerja.

Untuk melaksanakan aksi korporasi ini, perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT CLSA Sekuritas Indonesia, PT CIMB Niaga Sekuritas, dan PT Ciptadana Sekuritas Asia. Sedangkan penjamin emisi efek akan ditentukan kemudian.

 

 

3 dari 4 halaman

Kinerja Perseroan

Untuk kinerja keuangan, perseroan membukukan penjualan naik 11,6 persen menjadi Rp 2,22 triliun pada 2021 dari periode 2020 sebesar Rp 1,99 triliun. Perseroan membukukan laba tahun berjalan turun 17,6 persen menjadi Rp 570,37 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 692,86 miliar.

Perseroan mencatat aset Rp 1,7 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,4 triliun. Liabilitas perseroan naik menjadi Rp 480,95 miliar pada 2021 dari periode 2020 sebesar Rp 466,01 miliar. Ekuitas perseroan naik menjadi Rp 1,24 triliun pada 2021 dari 2020 sebesar Rp 950,56 miliar.

Terkait kebijakan perseroan untuk pembayaran dividen, perseroan akan bayar dividen kepada pemegang saham sebesar 25 persen dari laba setiap tahun yang akan dilaksanakan mulai tahun buku 2022. Dividen tersebut akan tergantung kepada arus kas dan rencana investasi perseroan.

Untuk jadwal sementara IPO:

-Tanggal izin pengumuman prospektus ringkas pada 5 Oktober 2022

-Masa penawaran awal pada 6-12 Oktober 2022

-Perkiraan tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 21 Oktober 2022

-Perkiraan masa penawaran umum pada 25-27 Oktober 2022

-Perkiraan tanggal penjatahan pada 27 Oktober 2022

-Perkiraan tanggal distribusi saham secara elektronik pada 28 Oktober 2022

-Perkiraan tanggal pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia pada 31 Oktober 2022

 

4 dari 4 halaman

29 Perusahaan Jalani Proses IPO, Dominan Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terdapat 29 perusahaan dalam pipeline penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) di BEI hingga 19 September 2022.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menuturkan, dari 29 calon perusahaan tercatat dalam pipeline pencatatan saham, beberapa di antaranya mengincar emisi lebih dari Rp 1 triliun.

Sektor saham calon perusahaan tercatat itu di sektor energi, teknologi dan keuangan. Namun, Nyoman belum dapat menyebutkan nama-nama calon perusahaan tercatat itu. Ia pun berharap jumlah pencatatan saham pada 2022 dapat melebihi pencapaian 2021.

"Dengan mempertimbangkan jumlah perusahaan pada pipelinde pencatatan saham, kami berharap jumlah pencatatan saham pada tahun ini dapat melampaui pencapaian pada tahun lalu,” ujar Nyoman kepada wartawan, Selasa (20/9/2022).

Berdasarkan catatan BEI, berikut klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline saham merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:

-4 perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar)

-7 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)

-18 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)

Rincian sektornya antara lain:

-1 perusahaan dari sektor basic materials

-4 perusahaan dari sektor consumer siklikal

-3 perusahaan dari sektor consumer non siklikal

-2 perusahaan dari sektor energi

-2 perusahaan dari sektor keuangan

-4 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan

-2 perusahaan dari sektor industri

-1 perusahaan dari sektor infrastruktur

-1 perusahaan dari sektor properti dan real estate

-5 perusahaan dari sektor teknologi

-4 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.

“Terkait dengan pencatatan obligasi dan sukuk, hingga 19 September 2022 telah tercatat 99 emisi dari 66 penerbit dengan total dana dihimpun mencapai Rp 122 triliun,” Nyoman menambahkan.

Ia menuturkan, pada pipeline obligasi dan sukuk, hingga saat ini masih terdapat 13 emisi yang akan diterbitkan oleh 10 penerbit.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.