Sukses

Harga BBM Naik Bakal Tekan Pasar Modal dalam Jangka Pendek

Kenaikan harga BBM subsidi tersebut memunculkan kekhawatiran kenaikan inflasi dan daya beli masyarakat. Begini dampaknya ke pasar modal.

Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan berdampak negatif dalam jangka pendek ke pasar modal. Namun, kebijakan kenaikan harga BBM subsidi tersebut positif dalam jangka panjang seiring risiko anggaran menjadi lebih rendah.

Dalam riset PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk menyebutkan, langkah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi dan menyesuaikan harga BBM non-subsidi untuk mengelola anggaran pengeluaran 2022 dan memastikan risiko lebih rendah pada anggaran 2023. Alokasi BBM bersubsidi sudah mencapai 70 persen pada Juli 2022, sebagian besar seiring pemulihan mobilitas sejak 2022.

Namun, kenaikan harga BBM subsidi tersebut memunculkan kekhawatiran kenaikan inflasi dan daya beli masyarakat. Namun, Ashmore menilai masalah daya beli akan didukung oleh rencana bantuan langsung tunai pemerintah.

“Secara keseluruhan ini kemungkinan berdampak secara negatif ke pasar dalam waktu dekat tetapi positif dalam jangka panjang karena risiko anggaran jelas lebih rendah,” tulis Ashmore dikutip Minggu, (4/9/2022).

Ekonom perkirakan, kenaikan harga BBM subsidi akan dorong inflasi di atas 5 persen pada 2022 dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) melambat dari saat ini 5,2 persen.

Lalu bagaimana dampaknya terhadap pasar? Tanpa memedulikan tekanan inflasi kemungkinan berdampak negatif dalam jangka pendek. Sedangkan ke saham, jika melihat masa lalu, kenaikan harga bahan bakar tekan IHSG tetapi jangka pendek kecuali pada 2008 dan taper tantrum 2013.

“Dalam jangka panjang pengurangan BBM bersubsidi akan tekan defisit anggaran dan potensi hambatan dari pertumbuhan yang melambat,”

Ashmore melihat sektor bank akan menjaga indeks saham. Hal ini seiring kenaikan suku bunga jadi sentimen positif. “Kami mempertahankan untuk investasi selama volatilitas dan koreksi terutama ke saham,”

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Harga BBM Naik, Pertalite Jadi Rp 10.000, Solar Rp 6.800 dan Pertamax Rp 14.500 per Liter

Sebelumnya,  Pemerintah akhirnya menaikan harga BBM bersubsidi. Hal tersebut disampaikan Menteri ESDM Arifin Tasrif di Istana Negara.

"Pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM subsidi," kata Menteri ESDM Arifi Tasrif.

Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter 

"Harga BBM naik dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian solar dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.800 dan Pertamax Dari Rp 12.500 menjadi Rp.14.500 per liter," tutur dia.

Kenaikan harga baru ini berlaku mulai hari ini 3 September 2022 pukul 14.30 WIB. 

3 dari 4 halaman

Harga BBM Naik Mulai Hari Ini 3 September 2022 Pukul 14.30 WIB

Sebelumnya, kenaikan harga BBM akhirnya diumumkan pemerintah. Harga BBM yang naik meliputi BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar serta BBM nonsubsidi yaitu Pertamax.

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan, kenaikan harga BBM untuk ketiga jenis bahan bakar minyak ini berlaku mulai 3 September 2022 pukul 14.30 WIB.

"Ini berlaku 1 Jam sejak saat diumumkan penyesuaian harga dan akan berlaku pada 14.30 WIB," kata dia di Istana Kepresidenan, Sabtu (3/9/2022).

Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter 

"Harga BBM Pertalite naik dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Kemudian solar dari Rp 5.000 menjadi Rp 6.800 dan Pertamax Dari Rp 12.500 menjadi Rp.14.500 per liter," tutur dia.

4 dari 4 halaman

Harga BBM Naik, Apindo Yakin Inflasi Dapat Tetap Terjaga

Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak membuat produsen langsung menaikkan harga produk. Adapun kenaikan harga BBM bersubsidi, Apindo mengatakan, hal tersebut sudah diperhitungkan oleh pemerintah untuk menjaga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Kami melihat hal wajar (naikkan harga BBM subsidi-red) karena APBN tidak bisa (tahan-red) terlalu lama. Memang wajar, dari asumsi USD 60 per barel menjadi USD 109 per dolar, APBN tidak kuat,” ujar Haryadi Sukamdani saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (3/9/2022).

Ia mengatakan, kenaikan harga BBM subsidi dapat pengaruhi inflasi. Namun, Haryadi melihat inflasi akan relatif terjaga karena produsen tidak dapat langsung menaikkan harga. “Inflasi relatif. Bicara menjaga daya beli, tidak bisa menaikkan harga semaunya,” kata dia.

Haryadi menambahkan, jika memang ada kenaikan harga dari produsen makanan minuman pun tidak akan terlalu besar. “Tidak bisa naikkan sembarangan. Jalur distribusi perlu diperhatikan,” kata dia.

Selain itu, ia yakin inflasi akan terjaga seiring tidak ada momentum yang dapat mendorong permintaan masyarakat lebih besar. Ia pun menekankan agar pemerintah dapat menjaga pasokan bahan baku sehingga inflasi terjaga.

“Tidak ada momentum permintaan bisa besar seperti Idul Fitri. Tidak ada apa-apa. Menurut saya inflasi terkendali. Tidak ada hal yang drive harga itu menjadi naik, tidak ada momentum,” kata Haryadi.

Haryadi pun berharap pemerintah dapat menyalurkan subsidi tepat sasaran sehingga masyarakat yang rentan terhadap dampak kenaikan harga BBM dapat terjaga. Salah satunya dengan menerapkan subsidi BBM tertutup.  “Selama ini subsidi terbuka. Pemerintah harus mengubah jadi tertutup, oemerintah harus lakukan ini. Ke depan kalau hal ini terjadi lagi bisa fokus,” ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.