Sukses

Pertolongan Pertama Kesehatan Mental Penting Dipahami di Lingkungan Kampus

Kesadaran dan kemampuan dalam memberikan pertolongan pertama kedaruratan psikologis pun dinilai sangat diperlukan.

Liputan6.com, Bandung - Isu kesehatan mental menjadi isu penting bagi lingkungan kampus. Mahasiswa dinilai memiliki kerentanan krisis mental akibat sejumlah faktor seperti tekanan akademik, stres finansial, hingga ketidakpastian terhadap jurusan.

Hal tersebut disampaikan psikolog Yefentriawati Kasdi dalam kegiatan “Pelatihan Penanganan Darurat Mahasiswa”, diselenggarakan oleh Bimbingan Konseling Institut Teknologi Bandung (BK ITB).

"Sekitar 2/3 mahasiswa mengalami krisis kesehatan mental dan hampir 1/3 mengalami depresi," katanya, diakses lewat laman ITB, 18 Januari 2024.

Kesadaran dan kemampuan dalam memberikan pertolongan pertama kedaruratan psikologis pun dinilai sangat diperlukan. Dalam hal ini, kapasitas tenaga administrasi dalam menangani situasi darurat di lingkungan mahasiswa pun harus dilatih.

Kepala Seksi Bimbingan dan Konseling, Ratih Ratnawati, mengatakan, ketepatan tindakan pertolongan pertama akan sangat penting dalam proses penyembuhan.

"Cepatnya tindakan pertolongan pertama dapat memengaruhi penyembuhan dan bahkan dapat menyelamatkan jiwa korban," ujarnya.

Penanganan keadaan darurat kesehatan mental sangat penting untuk memberikan bantuan awal sebelum mendapatkan perawatan profesional dari ahli yang berwenang.

Upaya ini untuk memberikan ketenangan, mengurangi kecemasan, dan mencegah potensi bahaya yang lebih serius.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Psychological First Aid

Psikolog lainnya, Dra. Isriana, menyampaikan tentang Psychological First Aid (PFA), suatu pendekatan praktis untuk memberikan perawatan dasar kesehatan mental.

"Penting bagi tenaga administrasi untuk bisa memberikan bantuan yang tepat, dengan fokus pada mendengarkan, mengenali, dan melindungi dari dampak negatif lebih lanjut," ujarnya.

Terdapat tiga prinsip utama PFA, yakni Look (mengamati), Listen (dengarkan tanpa menekan), dan Link (bantu menjalin koneksi dengan profesional).

Beliau juga memberikan tiga tindakan praktis PFA, yaitu Butterfly Hug, 478, dan 5 Fingers, yang dapat membantu meredakan kecemasan.

Di sisi lain, dia juga mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan mental penolong itu sendiri. "Sebelum menolong orang lain, kita harus menjaga kesehatan mental diri sendiri," tuturnya.

3 dari 4 halaman

Look, Listen, Link

Merujuk pada jurnal ilmiah dimuat di laman Center For Public Mental Health, Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, PFA memiliki tiga prinsip yang berupa proses jalannya pertolongan pertama. Prinsip tersebut terdiri dari:

Look (Amati)

Prinsip pertama mencakup bagaimana penolong mengamati lingkungan serta kondisi yang mengelilingi para penyintas. Di sini, akan lebih baik untuk penolong untuk bisa lebih sensitif terhadap penyintas dengan reaksi yang cukup serius.

Listen (Dengar)

Mendengarkan aktif merupakan komponen utama dalam prinsip ini. Di proses kedua, penolong mendekati para penyintas dengan membangun rapport dan mengembangkan kemampuan mendengarkan aktif untuk memahami apa yang mereka rasakan.

Dengan mendengarkan aktif, penolong juga dapat lebih mendalami hal-hal yang menjadi kebutuhan utama bagi para penyintas.

Link (Hubungkan)

Prinsip terakhir ini merupakan penerapan dari prinsip sebelumnya. Penolong akan membantu penyintas untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar serta mengatasi permasalahan yang mereka alami.

Penolong juga dapat memberikan informasi yang mereka ketahui dan mencoba menghubungkan penyintas dengan keluarga mereka maupun pihak-pihak terkait yang memiliki bantuan yang dibutuhkan oleh penyintas.

4 dari 4 halaman

PFA Bukan Terapi

Masih merujuk sumber yang sama, PFA disebut dapat diberikan oleh siapa saja yang sudah memahami makna serta prinsip-prinsip yang tertera dalam PFA, terutama melalui pelatihan yang diberikan oleh tenaga kesehatan mental profesional.

Sangat penting bagi para penolong untuk menjaga diri sendiri terlebih dahulu sebelum menolong yang lain. Pada saat memberikan pertolongan, menjaga kesehatan mental diri sendiri sebagai penolong merupakan hal yang utama.

Mendengarkan aktif merupakan kunci utama penolong agar dapat memberikan PFA dengan lancar. Salah satu upayanya adalah dengan tidak memaksakan kehendak penyintas untuk menceritakan seluruh peristiwa yang mereka alami.

Merupakan hal yang wajar apabila terdapat penyintas berasal dari budaya yang berbeda dengan penolong. Untuk itu, penolong harus bisa menyesuaikan perilaku sesuai dengan budaya yang dianut penyintas atau dengan penolong lainnya.

Salah satu perilaku yang dapat dihindari adalah dengan tidak membuat asumsi terhadap apa yang para penyintas telah alami.Elemen utama dalam PFA adalah untuk membantu penyintas mengatasi permasalahan yang dialami sehingga sangat penting untuk membuat penyintas lebih berdaya dan tidak bergantung pada penolong.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.