Sukses

Benteng Mauritius di Pulau Makian Maluku Utara, Jejak Peninggalan Belanda di Indonesia

Benteng Mauritius dibangun pada 1612 oleh Pieter Both. Hal ini tertulis dalam laporan Johannes Nessel untuk Arnold de Vlaming van outshoorn pada 1651.

Liputan6.com, Ambon - Benteng Mauritius berada di dekat Desa Ngofakiaha atau Ngofakioha di pantai barat laut Makian (sekarang Desa Kota) Maluku Utara. Benteng ini merupakan salah satu jejak peninggalan Belanda di Indonesia

Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, lokasi benteng yang berada di dekat laut dahulu berfungsi sebagai tempat pemantau. Benteng ini berada di lokasi yang sangat strategis karena berada di atas bukit, sehingga sangat cocok dijadikan lokasi pemantauan ke arah laut.

Benteng Mauritius dibangun pada 1612 oleh Pieter Both. Hal ini tertulis dalam laporan Johannes Nessel untuk Arnold de Vlaming van outshoorn pada 1651.

Meski lokasinya cukup cocok untuk pemantauan, tetapi benteng ini kurang cocok dijadikan lokasi penyimpanan barang-barang dagang dalam skala besar. Hingga akhirnya pada masa pemerintahan Gubernur Jacques Le Febure (1625-1629), dibangun sebuah bangunan di dekat pantai.

Bangunan itu berfungsi sebagai tempat tinggal sekaligus gudang. Bangunan itu kini dikenal dengan nama Zeeburgh.

Benteng peninggalan Belanda ini dibangun dari susunan batu karang dan batu andesit. Untuk bahan perekatnya menggunakan bubuk kapur atau dalam bahasa lokal disebut kalero.

Secara keseluruhan, benteng ini masih mempertahankan keaslian bentuknya. Saat ini, kondisi benteng pun relatif masih utuh karena memiliki struktur yang masih kompak, artinya bentuk dasar (denah) dan tampilan (fasade) benteng masih dapat ditelusuri keasliannya.

Struktur benteng yang masih utuh pun dapat dilihat pada dinding sisi timur dan dinding sisi utara. Namun, ada juga bagian benteng yang mengalami kerusakan, yakni pada dinding bastion sisi barat laut, dinding bastion sisi barat daya, struktur dinding bagian selatan, bastion sisi timur laut, dan bastion sisi tenggara.

Kerusakan ini terjadi karena mengalami aus, kapilarisasi, retak atau pecah, dan sebagian besar dinding mengalami runtuh (collapse). Selain itu, pada struktur dinding bagian barat mengalami rusak parah yaitu runtuh atau hilang, sehingga diperlukan ekskavasi pencarian struktur.

(Resla Aknaita Chak)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.