Sukses

Sentilan Keras Goenawan Mohamad Usai Bertemu Gus Mus: Kesetiaan Bisa Dibeli, Suara Bisa Dibeli

Alasan Goenawan Mohamad, banyak sekali kebohongan yang dilakukan kebanyakan orang, termasuk juga dilakukan oleh presiden

Liputan6.com, Rembang - Sejumlah tokoh nasional dan lintas agama usai silaturahmi atau sowan di kediaman KH Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus, pada Minggu (12/11/2023). Satu di antaranya yakni sastrawan yang juga salah seorang pendiri Majalah Tempo, Goenawan Mohamad.

Usai Koordinator Pertemuan Alif Iman Nurlambang memberikan pengantar dalam konferensi pers dalam gelaran Majelis Permusyawaratan Rembang, gantian Goenawan yang angkat bicara.

"Saya sebetulnya tidak begitu semangat berbicara karena makan di rumah Gus Mus enak sekali, jadi kenyang," ujarnya mengawali ungkapannya dihadapan puluhan awak media di Rembang.

Goenawan kemudian menambahkan, ungkapan Alif Iman Nurlambang kaitan nasihat dan anjuran yang disampaikan oleh Gus Mus yakni supaya saling berbagi rasa dan menularkan semangat bersama.

"Untuk saling menularkan semangat supaya kembali lagi kepercayaan sesama. Karena zaman sekarang, itu kepercayaan kepada sesama sangat tipis," ungkapnya, di Rembang.

Alasan Goenawan, banyak sekali kebohongan yang dilakukan kebanyakan orang, termasuk juga dilakukan oleh Presiden. Dikatakannya bahwa sekarang ini semua bisa dibeli.

"Kesetiaan bisa dibeli, suara bisa dibeli, kedudukan bisa dibeli," katanya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kondisi Makin Mencemaskan

Jika warga masyarakat kehilangan rasa saling percaya, menurut Goenawan, maka semua sudah selesai. Oleh sebab itulah dirinya kemudian sowan di kediaman Gus Mus supaya ikhtiar dapat mencegah hal itu tercegah.

Menurut Goenawan, hal itu tidak hanya di kalangan yang sedikit kelihatannya, tapi sebenarnya banyak pengaruhnya, sehingga bangsa ini bisa menempuh perjalanan yang lebih lama.

"Terutama menjelang pemilihan umum dan pemilihan presiden yang menurut saya makin mencemaskan," ucapnya.

Lebih lanjut dikatakan Goenawan, kecemasannya diawali dari aturan bersama dibongkar pasang bahkan dirusak dan terjadinya skandal di Mahkamah Konstitusi (MK) yang sudah nyata menunjukkan hal tersebut.

Termasuk, juga telah mendengar adanya penutupan saluran suara rakyat dan hal lain sebagainya.

"Pilpres yang akan datang bisa tegang. Mestinya ada yang menang, tetapi kemenangan itu kosong, karena kemenangan sebenarnya harus ada legitimasi bukan hanya legalitas," kata Goenawan yang memberikan paparan panjangnya.

Sebelumnya, Alif Iman Nurlambang menyebut pertemuan urun rembuk terus menerus dilakukan tokoh-tokoh bangsa, sebesar dan sebanyak mungkin untuk dua hal.

"Yang pertama saya mengutip kalimat Gus Mus, memberikan nasihat kepada kekuasaan. Kepada elite-elite politik, bahwa apa yang sudah berlangsung itu melukai perasaan kita semua. Walaupun kata-kata melukai belakangan sering disebut sebagai, sok drama, sok sinetron, kebanyakan drakor," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Indonesia Tidak Sedang Baik-baik Saja

Tapi, lanjut Alif Iman Nurlambang, itulah yang perlu dilakukan para budayawan, tokoh-tokoh lintas agama, iman dan keyakin. Kemudian juga para pembela-pembela demokrasi, dan pejuang hak asasi manusia, juga termasuk mereka yang bekerja di ruang-ruang anti korupsi.

"Yang kedua, Gus Mus menganjurkan, pertemuan-pertemuan itu dilakukan juga untuk menyerukan warga masyarakat. Kepada warga negara Indonesia bahwa kita harus saling memahami. Situasi sekarang itu tidak enak, kalau kita memakai istilah Pak Jokowi itu, Indonesia sedang tidak baik-baik saja," ucapnya.

Karena itu, menurut Alif Iman Nurlambang, bahwa nasihat-nasihat penting disampaikan ke warga negara, agar situasi tetap adem, dan kekecewaan bisa disalurkan melalui saluran-saluran demokratis.

"Sama-sama mengingatkan agar penguasa juga iling (ingat)," tandasnya.

Sebatas diketahui, sejumlah tokoh nasional dan lintas agama yang hadir untuk sowan di kediaman Gus Mus antara lain, istri mendiang Nurcholish Madjid yakni Omi Komaria Majid, mantan Menag Lukman Hakim Syaifuddin, sastrawan Goenawan Mohamad, Nong Mahmada, mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekasa, dan Prof Sulistyowati Irianto.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.