Sukses

Saat El Nino Jadi Berkah untuk Petani Garam Karawang, Begini Kisahnya

Para pembudidaya garam di Kabupaten Karawang ketiban berkah dari fenomena El Nino. Dengan cuaca saat ini, mereka bisa produksi secara maksimal

Liputan6.com, Karawang - Fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) atau El Nino, ternyata tak melulu berdampak buruk. Bagi para petambak garam di Kabupaten Karawang misalnya, kondisi cuaca seperti sekarang ini cukup menguntungkan karena mereka bisa kembali produktif.

Asnan (52) salah seorang pembudidaya garam asal Desa Ciparege Jaya, Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang menuturkan, budidaya garam saat ini kembali menggeliat. Masyarakat di wilayah pesisir seperti dirinya kembali bersemangat dengan kondisi cuaca saat ini.

"Menurut kami, 2023 ini akan menjadi tahun yang baik untuk tanam garam. Apalagi, ada kabar mengenai El Nino. Bagi kami, kondisi cuaca saat ini bisa membawa berkah," ujar Asnan, belum lama ini.

Menurut dia, dengan adanya informasi mengenai El Nino pembudidaya menjadi bergairah untuk tanam garam. Karena, para pembudidaya bisa tanam garam lebih lama sepanjang tahun ini.

"Usaha garam di musim kemarau ini, lebih menjanjikan dibanding tanam padi," kata dia.

Apalagi, lanjut Asnan, harga garam saat ini lumayan bagus. Yakni, mencapai Rp1.000 per kilogram. Sehingga, dua faktor ini yakni cuaca dan harga membuat gairah pembudidaya kembali bergejolak.

Dia menyeritakan kesedihannya yang dialami pembudidaya garam di tahun-tahun sebelumnya. Hal mana, produksi garam mereka turun drastis karena musim kemaraunya lebih pendek. Hal itu, menyebabkan tak maksimalnya proses kristalisasi garam.

"Karena di tahun-tahun sebelumnya produksi garam kami tak maksimal, jadi sekarang kami tidak punya stok. Kami harap, dengan adanya waspada El Nino ini bisa membawa berkah buat kami," ujarnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Karawang Jadi Sentra Produksi Garam di Jawa Barat

Sementara itu, Ketua Koperasi Garam Segara Jaya Kabupaten Karawang Aep Suhardi menambahkan, sebagian besar wilayah pesisir di kabupaten ini merupakan salah satu central produksi garam di Jawa Barat. Bahkan, garam asli Karawang cukup terkenal kwalitasnya hingga ke daerah lain.

Adapun luasan lahan garam yang ada di Kabupaten Karawang, sekitar 250 hektare dengan rata-rata hasil produksinya mencapai 60 ton per hektare dalam sekali panen. Hasil produksi tersebut bisa dihasilkan jika kondisi cuaca sedang mendukung. Adapun wilayah yang jadi sentra garam, di antaranya Cilamaya Kulon, Cilamaya Wetan dan Tempuran.

"Kalau tahun kemarin, hasil produksinya sempat merosot 50 persen dari biasanya. Karena itu tadi, akibat cuaca tak menentu. Kami menyebutnya kemarau basah. Jadi, kondisinya memang kemarau tapi asih ada hujan," ujar Aep.

Dia berharap, tahun ini budidaya garam bisa kembali menggeliat. Sehingga, produksi garam di Kabupaten Karawang bisa kembali meningkat dan hasilnya bisa maksimal.

Aep menambahkan, proses pembuatan garam itu tak begitu rumit. Yakni, hanya memerlukan air laut, panas matahari dan angin untuk proses kristalisasinya.

Namun, jika cuaca tak mendukung proses pembuatan garam ini akan sulit dilakukan. Artinya, garam hanya bisa diproduksi saat musim kemarau, karena proses pembuatannya memanfaatkan air laut kemudian panas matahari yang cukup.

Adapun masa tanam sampai panen garam, itu biasanya berlangsung selama tiga bulan. Mulai tanam, yakni bulan Juli. Kemudian, panen raya sekitar September.

"Selama ini, produk garam kita digunakan untuk kebutuhan lokal dan juga untuk dikirim ke luar daerah. Kalau kebutuhan lokal, biasnya biasanya digunakan untuk proses pemindangan ikan oleh para nelayan," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.