Sukses

4 Fakta Menarik Tradisi Grebeg Besar Perayaan Idul Adha di Yogyakarta

Berikut fakta menarik grebeg besar untuk memperingati Hari Raya Idul Adha di Yogyakarta.

Liputan6.com, Yogyakarta - Grebeg Besar merupakan salah satu tradisi perayaan Hari raya Iduladha di Yogyakarta. Tradisi ini digelar oleh Keraton Yogyakarta, untuk memperingati Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada 10 Dzulhijjah pada kalender Islam.

Dikutip dari laman budaya.jogjaprov.go.id, tradisi turun temurun ini identik dengan arak-arakan atau kirab gunungan. Tidak hanya sebagai perayaan Hari Raya Idul Adha, grebek juga digelar dalam perayaan hari besar Islam lainnya.

Berikut fakta menarik grebeg besar untuk memperingati Hari Raya Idul Adha di Yogyakarta.

1. Sejarah Grebeg Besar Yogyakarta

Sejarah grebeg berkaitan dengan kemunculan Islam di Tanah Jawa. Theresiana Ani Larasati dalam buku "Berbagai Macam Gunungan Dalam Upacara Garebeg (Grebeg) di Keraton Yogyakarta" menyebutkan, awalnya grebeg merupakan media dakwah Islam sebagai peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Gagasan grebeg dikemukakan oleh para wali dan disetujui oleh Raja Demak. Cara dakwah tersebut dipilih agar penyebaran Islam dapat menyesuaikan kebudayaan masyarakat yang masih memeluk Hindu dan Budha.

Tradisi grebeg terus dilestarikan oleh penerus Kerajaan Demak, termasuk Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Tradisi grebeg di Keraton Yogyakarta sudah dilaksanakan sejak masa pemerintahan Hamengkubuwono I.

Namun, dalam penyelenggaraannya, tradisi grebeg telah mengalami sejumlah perubahan dan penyesuaian.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Makna Grebeg

2. Makna Grebeg

Kata grebeg atau garebeg berasal dari kata gumrebeg, yang memiliki filosofi sifat riuh, ribut, dan ramai. Hal ini merujuk pada deru angin atau keramaian orang saat berlangsungnya upacara tersebut.

3. Jenis Gunungan

Gunungan merupakan simbol kemakmuran, yang kemudian dibagikan kepada rakyat. Gunungan mewakili keberadaan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Isi gunungan merupakan representasi dari hasil bumi, seperti sayur dan buah serta jajanan tradisional. Ada beberapa macam gunungan yang memiliki ciri masing-masing.

Ciri-ciri tersebut meliputi bahan makanan dan bentuk yang berbeda satu sama lain. Beberapa jenis gunungan meliputi, Gunungan Jaler (pria), Gunungan Estri (wanita), Gunungan Darat, Gunungan Gepak, Gunungan Pawuhan, dan Gunungan Picisan.

Dalam kirab, gunungan-gunungan tersebut dibawa oleh para abdi dalem. Para abdi dalem tersebut mengenakan pakain khusus, yakni baju dan peci berwarna merah marun, kain batik biru tua bermotif lingkaran putih dengan gambar bunga di tengahnya. Semua abdi dalem tersebut berjalan tanpa menggunakan alas kaki alias nyeker.

4. Melibatkan Para Pembesar Belanda Pada Masanya

Tradisi grebeg adalah salah satu upacara kerajaan yang melibatkan seluruh penghuni keraton, aparat kerajaan, dan seluruh lapisan masyarakat. Bahkan, pada masa pemerintah Belanda, tradisi ini juga melibatkan para pembesar kolonial Belanda.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini