Sukses

Kerap Terjangkit DBD? Kenali Berbagai Faktor Ini Guna Mengantisipasi Demam Berdarah

Virus dengue yang menular melalui gigitan nyamuk ini menimbulkan gejala demam tinggi, sakit kepala, serta nyeri tulang dan otot.

Liputan6.com, Bandung - Kondisi cuaca ekstrem yang tidak menentu kerap menyebabkan munculnya berbagai penyakit, tak terkecuali demam berdarah dengue alias DBD.

Virus dengue yang menular melalui gigitan nyamuk ini menimbulkan gejala demam tinggi, sakit kepala, serta nyeri tulang dan otot.

Jika tidak ditangani dengan tepat, demam berdarah berisiko mengancam nyawa. Sayangnya, sebagian orang masih saja mengalami demam berdarah (DBD) secara berulang.

Menurut General Practitioner Klinik SOS Medika, dr. M. Alvin Astian Ardiansyah, sejauh ini belum ada faktor atau penyebab pasti yang mengakibatkan seseorang rentan mengalami terserang DBD secara berulang.

"Dipastikan kondisi daya tahan tubuh yang menurun dan tingginya tingkat paparan di suatu tempat dengan epidemiologi demam berdarah dengue merupakan faktor risiko seseorang kembali terkena virus DBD," tulis Alvin seperti dikutip dari laman hellosehat.com, Bandung, Kamis (22/6/2023).

Lebih lanjut Alvin menjelaskan bahwa seseorang yang sebelumnya pernah mengalami demam berdarah, seharusnya memiliki tingkat toleransi yang lebih baik daripada mereka yang belum pernah mengidap DBD sebelumnya.

Hal ini dikarenakan, pada umumnya tubuh secara alami akan memproduksi antibodi sebagai bagian dari sistem imun atau kekebalan tubuh setelah terpapar sebuah virus yang berguna untuk melawan virus tersebut di kemudian hari apabila kembali terpapar.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Virus Unik

Namun, virus dengue (DBD) cukup unik. Virus DBD terbagi menjadi empat serotypes (jenis) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Hal ini memungkinkan seseorang mengalami DBD berulang dengan tipe yang berbeda.

"Bagi Anda yang pernah mengalami demam berdarah mungkin akan lebih toleransi terhadap tipe virus penyebab DBD tertentu, tapi mungkin akan kembali mengidap DBD dengan mudah karena terpapar virus dengan tipe yang berbeda," terang Alvin.

Selain itu, virus penyebab DBD berulang dapat menyebabkan gejala yang lebih hebat karena sistem imun akan bereaksi secara berlebihan.

Umumnya, apabila seseorang diserang virus penyebab DBD yang berbeda, risiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan infeksi yang sebelumnya.

Alvin menyebutkan terdapat beberapa tips agar tidak terjangkit DBD berulang, salah satunya adalah pengidap DBD pada saat masa pemulihan adalah mengganti atau meningkatkan asupan cairan yang dibutuhkan oleh tubuh.

"Pasien DBD lebih mudah kehilangan cairan akibat gejala yang dialami seperti muntah dan diare. Upaya pencegahan juga tidak kalah penting dan perlu dilakukan untuk menghindari DBD berulang," lanjut Alvin.

 

3 dari 3 halaman

Jaga Asupan Makanan

Pencegahan berulang terjangkit DBD ini termasuk menjaga asupan makanan. Jenis makanan yang dikosumsi saat pemulihan DBD harus mudah dicerna tapi kaya nutrisi diantaranya adalah bubur, bayam, daging merah, air kelapa dan jus jambu biji.

Tak hanya cukup soal makanan saja, mengurangi paparan dan populasi nyamuk pemicu DBD sangat dianjurkan agar tidak kembali terjangkit.

Caranya dengan menggunakan tirai atau kelambu ketika tidur, losion pencegah gigitan nyamuk serta menggunakan pakaian yang lebih tertutup.

"Kementerian Kesehatan RI juga sudah sering melakukan penyuluhan dalam rangka pencegahan bertambahnya populasi nyamuk dengan tindakan 3M Plus," tukas Alvin.

Tindakan 3M itu adalah menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, dan toren atau drum air. Menutup rapat tempat penyimpanan air seperti bak mandi atau drum air. Memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi menjadi tempat nyamuk berkembangbiak.

Untuk kata 'plus' yang dimaksud adalah upaya dalam melakukan pencegahan dengan menaburkan bubuk larvasida pada penampungan air, menanam tanaman pengusir nyamuk, termasuk menggunakan kelambu dan menggunakan anti nyamuk.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), ada 2.930 kasus DBD dengan 24 kematian di Indonesia. Data ini diambil hingga per 13 Februari 2023.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.