Sukses

Tidak Memiliki Basis Massa, Ini Prediksi Pengamat Soal Peluang Sandiaga Jadi Cawapres 

Sandiaga Uno diprediksi bakal mengalami kesulitan untuk membantu perolehan suara sebagai cawapres karena tidak memiliki basis massa pendukung.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah Ganjar Pranowo secara resmi dideklarasikan sebagai capres PDI Perjuangan, kini diprediksi kandidat yang akan maju di pilpres 2024 kemungkinan besar akan ada 3 pasangan.

Akibatnya bursa cawapres pun ikut bergerak dinamis.Ada 3 tokoh yang menonjol sebagai kandidat cawapres. Mereka adalah Erick Thohir, Sandiaga Uno serta Ridwan Kami. Meski nama Muhaimin Iskandar tak pernah masuk jajaran 5 besar survei cawapres, namun Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), tetap notot agar namanya masuk sebagai cawapres Prabowo Subianto.

Bahkan yang terbaru, jika Muhaimin tak menjadi cawapres Prabowo, ia akan mengajukan diri sebagai cawapres Anies Baswedan. Muhaimin yang bermanuver itu dinilai wajar oleh Dekan Fisip Universitas Hasanuddin (Unhas), Phil Sukri.  Menurutnya, kondisi tersebut  berpotensi pilpres berlangsung dalam 2 putaran maka parpol akan berhitung untuk mendapatkan suara dari pemilih yang tidak masuk di putaran ke 2.

Memang jika dibandingkan Airlangga Hartarto, Cak Imin dinilai Sukri akan jauh lebih mudah untuk mendulang suara dari pemilih yang calonnya tidak masuk ke putaran ke 2. Sebab besarnya suara Golkar di pemilu disebabkan kerja dari mesin politik Golkar.

Bukan berdasarkan basis pendukung Airlangga. Apa lagi elektabilitas Airlangga tak pernah masuk dalam 5 besar survei cawapres."Memang Cak Imin tak pernah masuk dalam 5 besar survei cawapres. Namun ia bisa mengklaim memiliki basis massa NU. Ini merupakan potensi untuk dapat meraup suara dari pasangan yang tak lolos ke putaran 2. NU khususnya di Jawa Timur merupakan salah satu lumbung suara yang signifikan di pilpres mendatang. Basis massa NU berpotensi menambah perolehan suara capres," kata Sukri, Sabtu (13/5/2023).

Lanjut Sukri, wajar jika Cak Imin jika tidak menjadi cawapres Prabowo ia akan berpaling menjadi cawapres Anies. Sebab saat ini Anies tidak memiliki basis yang kuat baik di NU maupun di Jawa Timur. Sehingga bergabungnya Cak Imin sebagai Cawapres Anies, berpotensi meningkatkan perolehan suara capres yang tidak memiliki akar kuat di NU dan Jawa Timur.

Sukri melihat Cak Imin cerdik membaca dinamika yang terjadi. Sukri melihat pertarungan antara Erick Thohir dengan Sandiaga Uno untuk merebut kursi cawapres juga akan sangat berdinamika. Pengalaman di Pilkada DKI yang lalu, membuat Sandiaga memiliki kedekatan dengan PKS. Selain itu Sandiaga juga pernah menjadi cawapresnya Prabowo.

Sukri melihat keluarnya Sandiaga dari Gerindra bisa ditafsirkan sebagai strateginya untuk dapat menjadi cawapres Prabowo dari PKS. Sehingga pasangan capres-cawapres Prabowo tidak berasal dari Gerindra saja.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Basis Massa

"Namun disayangkan Sandiaga tak memiliki basis massa di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sehingga tak bisa mengklaim Jawa Timur dan Jawa Tengah sebagai pendongkrak suara capresnya baik itu Anies, Ganjar maupun Prabowo. Paling Sandiaga hanya menjual figurnya dengan menyasar pemilih milenial," papar Sukri.

Posisi Sandiaga ini berbeda jauh dengan Erick Thohir. Meskipun ia bukan berasal dari parpol. Kedekatan dengan Banser sebagai salah satu ormas di bawah NU dinilai Sukri akan menguntungkan Erick. Sebab ia bisa mengklaim memiliki basis massa NU. Jika tak ada cawapres lain dari NU, hal ini akan sangat menguntungkan Erick.

Selain itu selain dapat merepresentasikan NU, Erick juga bisa mewakili suara pemilih di luar Jawa. "Namun jika ada cawapres lain dari NU, maka Erick bisa mengklaim sebagian masa NU yang ada. Sebagian masa NU ini jumlahnya tak sedikit sehingga ini menguntungkan Erick untuk diusung sebagai cawapres. Jika dengan Ganjar maka Erick bisa memastikan kemenangan di pilpres baik itu di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan beberapa wilayah di Sumatera yang menjadi basis massanya," ujar Sukri.

Sementara peluang Ridwan Kamil menjadi pendongkrak suara capres untuk wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur dinilai Sukri sangat minim. Basis massa Kang Emil memiliki irisan dengan pendukung Anies ataupun Prabowo. Sehingga kehadiran Kang Emil sebagai cawapres tak akan signifikan guna mendongkrak suara capres di pemilu 2024 mendatang.

"Itu kelemahan Kang Emil yang hanya memiliki basis massa di Jawa Barat dan Jakarta saja. Apa lagi beliau tak memiliki basis masa dari luar Jawa. Sehingga jika diurutkan cawapres yang paling potensial maju adalah Erick Tohir, Sandiaga lalu disusul Cak Imin atau Kang Emil," tutup Sukri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.