Sukses

Stok Ikan Berlimpah tapi Kok Pemkot Batam Malah Mau Impor, Ada Apa?

Hasil sidak Komisi II DPRD Kepri ke gudang ikan di Pulau Rempang, Kota Batam, menyimpulkan stok ikan di Batam masih sangat banyak.

Liputan6.com, Batam - Komisi II DPRD Kepri menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke gudang ikan di Pulau Rempang, Kota Batam, Selasa (21/2/2023) kemarin. Sidak digelar menyikapi wacana pemkot Batam yang akan membuka keran impor ikan jenis benggol dan mata besar.

Ketua komisi II DPRD Kepri Wahyu Wahyudin mengatakan, pihaknya telah melakukan penulusuran ke salah satu gudang ikan, dair situ ditemukan fakta bahwa stok ikan ada hingga 700 ton per gudangnya. Stok itu, menurut Wahyu, masih mencukupi untuk konsumsi masyarakat Batam, karena akan terus bertambah dari para nelayan-nelayan lokal.

"Kelihatannya ada permainan di sini (impor). Stok ini saja masih mencukupi," kata Ketua Komisi II DPRD Kepri, Wahyu Wahyudin.

Menurut Wahyu sebelum melakukan sidak ke storage di Pulau Rempang, Barelang Batam, pihaknya juga sudah berkomunikasi dengan sejumlah pengusaha ikan dan didapati stok ikan benggol dan mata besar masih mencukupi.

Bahkan khusus pengusaha ikan yang ada di Pulau setokok, sudah mempersiapkan stok ikan sekitar 1.400 ton sejak Desember 2022 lalu. Hal itu dikarenakan, masuk Desember, nelayan tidak melaut karena kondisi cuaca yang tidak bersahabat.

Namun, saat ini semua kapal dan crew ABK sudah siap melaut. Dengan perkiraan 20 hari melaut, kapal tersebut kembali ke Batam. Artinya, kekurangan stok ikan itu sangat kecil kemungkinannya, karena satu pelabuhan yang di Pulau Setokok saja memiliki 12 kapal mulai dari GT 30 hingga kapal besar dengan GT 198, dengan estimasi ikan tangkapan mencapai 300-400 ton per trip (20 hari).

"Mereka sudah antisipasi stok dan kestabilan harga pada musim angin kencang, di gudang sini menyiapkan stok ikan hingga beberapa bulan ke delapan. Saat ini, angin sudah mulai normal, dan kapal siap turun ke laut, artinya belum ada alasan yang kuat untuk impor ikan benggol dan mata besar," jelas Wahyu.

Ikan yang ada saat ini adalah ikan hasil tangkapan para nelayan di Laut Natuna. Kemudian, ikan tersebut dibawa ke sejumlah penampungan, salah satunya di Jembatan 2 Barelang.

"Info yang kami terima dari pengusaha ini, untuk menjaga kesegaran ikan tangkapan, semua kapal yang melaut itu dilengkapi dengan mesin freezer. Setelah sampai di pelabuhan sini, langsung masuk freezer juga," katanya.

Wahyu meminta agar Pemkot Batam tidak buru-buru mengambil keputusan mengimpor ikan dari luar negeri. Khusus Pemkot Batam, selayaknya segera mengecek langsung ke gudang penyimpanan ikan, agar bisa mengetahui langsung stok yang ada saat ini.

"Pemerintah harus tegas dan jeli dengan fenomena ini. Betul-betul cek di lapangan," kata Wahyu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Nelayan Menjerit

 

Sementara Itu tokoh muda nelayan Kepri Eko Fitriandi menyebutkan rata- rata penangkap ikan benggol ini merupakan ikan konsumsi yang dihasilkan dengan penangkapan skala besar.

Dengan Impor tentu akan berdampak. ikannya hasil tangkapan nelayan lokal tidak laku, dan tidak terbeli.

"Bisa-bisa pelaku usaha akan mengutang ke nelayan. Karena ikan yak laku dan sudah dibanjiri ikan impor, " kata Eko yang juga sebagian pengurus HNSI Kepri.

Menurutnya Tentunya pemerintah harus jeli dan terukur jika ingin mengimpor. Ikan benggol dan maya besar di Kepri ini sangat baik kualitasnya.

" ita sudah kunjungan juga ke gudang, dan stok sangat berlimpah masih banyak. Kalau tetap dipaksakan, kita akan ada aksi-aksi penolakan pastinya, " kata Eko.

Di tempat yang berbeda Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Anambas dan Natuna Dedy Syaputra menyebutkan tidak setuju bahwa Batam kekurangan Pasokan Ikan.

"Setiap minggu melaui kargo kami mengirimkan 2 Ton Ikan Benggol ke Batam, " kata Dedy kepada Liputan6.com.

Ia pun tidak memahami apa maksud pemerintah kota Batam merencanakan impor ikan, sementra ikan dari Anambas Natuna sangat berlimpah.

"Dengan adanya impor ikan tentunya nelayan-nelayan menjerit, ikannya tidak laku," ungkapnya.

"Jika memang Batam atau atau daerah lain di Kepri tidak membutuhkan ikan dari Natuna dan Anambas kami akan kirimkan ke provinsi lain," kata Dedy menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini