Sukses

Teror Ribuan Kera Ekor Panjang Bikin Resah Warga Perbatasan Bantul - Gunungkidul

Tak hanya menghancurkan lahan pertanian, ribuan kera ekor panjang itu juga sudah mulai menyerang warga. Ada masalah apa?

Liputan6.com, Gunungkidul - Masyarakat perbatasan antara Gunungkidul dan Bantul resah. Pasalnya, kawanan kera ekor panjang menyerang Kelurahan Banyusoca dan Desa Dlingo, yang mengakibatkan tanaman di lahan pertanian ludes.

Sujoko, seorang warga Pakis 2 Desa Dlingo mengatakan, serangan kera ekor panjang sebenarnya sudah berlangsung lama. Namun serangan kera ekor panjang ke lahan pertanian mereka semakin menggila dalam 4 tahun terakhir. Ratusan hektare lahan pertanian rusak akibat serangan ribuan kera ekor panjang tersebut.

"Kami sudah putus asa. Serangan terus terjadi," katanya, Selasa (17/11/2020).

Joko menambahkan, dulunya serangan kera ekor panjang hanya berlangsung di seberang kali Oya, yaitu di wilayah hutan kayu putih milik Perhutani yang masuk ke wilayah Kelurahan Banyusoca, Gunungkidul. Dan serangannya hanya sektoral, tidak menyeluruh seperti sekarang ini.

Namun dalam empat tahun terakhir, serangan kera ekor panjang semakin menjadi. Hampir semua tanaman pangan yang dibudidayakan para petani habis dimakan kera. Bahkan benih yang baru ditanam pun langsung ludes dimakan kera-kera tersebut.

Sujoko menceritakan, tanaman pertanian yang mereka budidayakan habis dalam sekejap. Para petani rela patroli di lahan mereka, namun ketika ditinggal pulang untuk beribadah salat zuhur, tanaman palawija mereka langsung ludes dirusak kera ekor panjang.

"Lha wonge benih jagung dan kacang yang ditanam di tanah juga habis pagi harinya. Tanahnya itu digali untuk ambil biji yang ditanam," paparnya.

Joko menambahkan kera-kera tersebut datangnya bergerombol dan bergelombang. Jika dulu jumlahnya hanya puluhan, namun karena perkembangbiakannya cukup cepat maka kini jumlahnya mencapai ribuan. Setiap gerombolan yang datang jumlahnya mencapai ribuan.

Berbagai upaya mereka lakukan untuk mengusir ribuan kera tersebut. Mulai dari menebar jaring perangkap hingga ronda tiap siang dan malam pun mereka lakukan, namun tetap saja kera ekor panjang menyerang. Pernah warga secara patungan membeli petasan untuk mengusir kera ekor panjang, namun hasilnya nihil.

Setiap orang diminta iuran Rp50 ribu guna membeli petasan. Bahkan sudah menghabiskan petasan satu truk pickup, tetapi kera ekor panjang terus menyerang tanaman palawija mereka. Kera-kera tersebut kembali menyerang ladang mereka ketika petasan habis dibunyikan petani.

"Kami sudah lapor ke dinas, tidak ada tindak lanjut sama sekali," katanya.

Kini, karena serangan membabibuta ribuan kera ekor panjang tersebut, para petani memilih meninggalkan ladangnya dan membiarkan lahan terbengkelai. Mereka takut rugi besar karena tanaman bakal habis dimakan kera ekor panjang.

Bahkan ribuan kera ekor panjang tersebut kini tak hanya menghancurkan lahan petani, tetapi juga sudah menyerang manusia. Kasus terakhir menyebut, ada seorang ibu rumah tangga yang pergi ke ladang sendirian ketakutan dikejar-kejar kera ekor panjang. Sang ibu lantas jatuh berguling-guling sehingga mengakibatkan luka dan terpaksa dilarikan ke klinik kesehatan setempat.

"Kera-kera itu kini bermukim di alas Blabakan yang berada di pinggir sungai Oya, tidak kembali ke atas lagi. Tentu membahayakan manusia," katanya.

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.