Sukses

Curhat Pilu Dilanda Gempa Berujung Senyum dan Harapan Disabilitas di NTB

Harapan agar penyandang disabilitas di Bumi Gora dipenuhi hak-haknya sesuai Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016.

Liputan6.com, Mataram - Senyum para penyandang disabilitas di NTB merekah saat diberi 'kantor baru'. Sejak gempa melanda NTB pada 2018 silam, pengurus Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) setempat kehilangan inventaris kantor.

"Di luar dugaan saya, saya bercerita bahwa PPDI ini organisasi tertua, tahun 1989 berdiri. Tidak memiliki kantor, dan juga fasilitas kantor inventaris hancur lebur karena gempa kemarin. Dan dengan spontan Pak Iqbal memberikan kami, tanpa rekayasa, berikan kami inventaris kantor," kata Ketua PPDI NTB, Asim Barnas di Jalan Dr Sutomo Nomor 22, Mataram, NTB pada Kamis (3/9/2020).

Asim mengatakan, PPDI NTB masih meminjam kantor oleh Dinas Sosial Kabupaten Lombok Barat. Asim menuturkan Kapolda NTB Irjen Mohammad Iqbal memberikan laptop, printer serta meja kerja.

"Kami ini nggak menyangka seorang Kapolda mau berkunjung tempat kami. Banyak yang disampaikan arahan, motivasi kepada kami. Kami pun begitu, itulah yang kami harapkan. Bapak Kapolda kami anggap bapak bagi kami, kita semua, mau mendatangi anaknya itu loh, itu jadi kebanggaan bagi kami," ungkap Asim.

Asim sempat bercerita tentang keberadaan mereka yang termarginal. Asim menuturkan kerap mengundang pejabat-pejabat untuk mengunjungi dirinya dan rekan-rekan, namun jarang yang menghadiri undangan.

"Selama ini dari penyandang, sering ketika saya masih aktif, sebelum jadi ketua (PPDI), sering ketua saya mengundang kepala-kepala dinas, kepala instansi lain. Itu jarang sekali turun tangan hadir untuk menemui kami. Ini beda, ini yang kami rasakan, begitu Bapak Kapolda ini membuat kami merasa terayomi," ujar Asim.

Kepada Irjen Iqbal, Asim menyampaikan harapan agar penyandang disabilitas di Bumi Gora dipenuhi hak-haknya sesuai Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016. Asim berharap Irjen Iqbal dapat membawa harapannya ke forum pimpinan daerah.

"Saya bilang tadi antara bapak dan anak tahun ini sudah terjalin. Harapan kami ke depan bagaimana penyandang disabilitas diperhatikan, dikembalikan hak-haknya sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016. Itu yang kami sampaikan ke Pak Iqbal agar ini bisa diimplementasikan di seluruh instansi Pemerintahan NTB," tutur Asim.

"Contoh (hak disabilitas) akses di fasilitas publik. Banyak sekali teman kami disabilitas tidak bisa mengakses tempat-tempat umum. Tapi ini memang sudah dikerjakan oleh Dinas Perhubungan, kami juga apresiasi. Di trotoar contohnya, sudah ada guiding block. Tapi banyak di perkantoran belum," Asim melanjutkan.

Di mata Asim, Irjen Iqbal adalah sosok yang patut diteladani. Asim menyebut PPDI awalnya tak berharap diperhatikan, apalagi oleh polisi, namun justru perhatian itu datang dari seorang polisi. Asim pun menerangkan pertemuan pengurus dan anggota PPDI dengan Irjen Iqbal berjalan alami.

"Saya begitu sosok pemimpin yang patut diteladani, dicontoh dan juga seperti bapak dan anak, dekat. Selalu membicarakan hal yang positif. Tanpa meminta, beliau dengan tanggap mengerti apa yang kita mengerti sebagai anaknya. Dan beliau tidak meminta sambutan yang meriah, yang diedit, disetting begitu. Beliau natural. Ini yang sangat berkesan di kami. Ini tidak bisa kami lupakan. Baru ini kami jumpai seorang Kapolda, jenderal bintang dua turun merangkul kami secara langsung," cerita Asim.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Semangat para Disabilitas

Asim menuturkan, Irjen Iqbal tergugah mendatangi dirinya dan kawan-kawan karena inisiatif PPDI membuat video tentang implementasi Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Irjen Iqbal, kata Asim, terkesima lantaran kaum disabilitas dapat mengambil kontribusi terhadap Inpres.

"Awalnya kami buat kampanye Inpres Nomor 6/2020 itu, untuk pencegahan covid, kami buat video. Dan video itu yang mungkin Pak Iqbal dan jajaran Polda merasa tergugah. Seorang penyandang bisa berbuat seperti saudara-saudaranya yang nondisabiltas," ucap Asim.

"Acara ini natural sekali, tidak ada diatur. Berulang kali saya tanya, ini dalam rangka apa, tema apa, pihak kepolisian nggak beritahu kami. Hanya info saja Bapak mau berkunjung ke kantor PPDI, sehingga kami bingung penyambutannya kayak apa. Jadi kami nggak ada mempersiapkan protokol, MC, atau apa. Dan juga, beliau juga enjoy saja duduk di kursi yang reyot, nggak tanggung-tanggung. Tidak kayak pejabat lain harus pake kursi busa, disambut meriah, macem-macem. Ini yang jadi nilai tambah dari kami," sambung Asim.

Asim kemudian menerangkan Irjen Iqbal akan membantu pembuatan SIM khusus untuk penyandang disabilitas berkendara. Asim juga diberi pesan oleh Irjen Iqbal untuk selalu mengkampanyekan protokol kesehatan.

"Mungkin untuk sementara kerja sama yang tadi disampaikan ini untuk komunitas kami dari Dirlantasnya sudah menyiapkan namanya sim B, mungkin juga Kabidkum kita sudah didampingi ketika ada penyandang disabilitas dengan kasus hukum. Jadi kerja samanya begitu. Yang tadi ditekankan, kami ini PPDI mendukung Bapak Kapolda dalam rangka pencegahan COVID-19. Kami bertekad menyosialisasikan ke penyandang disabilitas agar mematuhi protokol kesehatan yang dituangkan, dijalankan Inpres 6/2020," tandas Asim.

Sementara itu, Irjen Iqbal mengaku terkejut dengan semangat para disabilitas yang tergabung di PPDI NTB. Di masa pandemi ini, para penyandang disabilitas terus bekerja. Irjen Iqbal menyebut, berdasarkan informasi PPDI yang bersumber dari data Dinas Sosial NTB tahun 2018, ada sebanyak 23 ribu penyandang disabilitas.

"Saya terkejut mendengar mereka bekerja semua. Tidak ada yang berpangku tangan, mereka ada yang PNS, peagawai swasta. Dari 23 penyandang disabilitas di NTB, mayoritas bekerja semua," kata Irjen Iqbal.

Irjen Iqbal mengaku kagum dengan kegigihan para penyandang disabilitas di NTB. Irjen Iqbal mengatakan tak sedikit pihak yang memarginalkan penyandang disabilitas, namun stigma itu tak menyurutkan semangat para penyandang disabilitas berkarya.

"Mereka terharu (dikunjungi), terus juga semangat karena tidak sedikit orang-orang yang 'memarginalkan' mereka, tapi dengan itu juga menyulut semangat mereka untuk terus berkarya. Mereka kan punya kendraan khusus misalnya sepeda motor roda tiga, kami sudah bantu untuk semuanya harus punya SIM khusus," pungkas Irjen Iqbal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.