Sukses

Gerilya PGE Pertamina Karaha Pulihkan Ekonomi Warga Desa di Tengah Pandemi

Dengan pemberdayaan yang digulirkan, diharapkan perekonomian masyarakat kembali normal selama covid-19 berlangsung.

Liputan6.com, Tasikmalaya - Di tengah kelesuan ekonomi masyarakat desa akibat pandemi Covid-19, Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Karaha, yang berada di perbatasan Tasikmalaya - Garut, Jawa Barat, hadir menggulirkan program Pertamina Berdikari.

Dua program stimulus ekonomi yakni Program BUMALA yakni Budidaya Magot dan Azola, serta Pemberdayaan petani tenun sutra, berhasil digulirkan perusahaan energi pelat merah tersebut.

Area Manager Karaha Roy Bandoro Swandaru mengatakan, program tersebut merupakan inisiatif perusahaan untuk merespon kondisi perekonomian warga sekitar.

"Melalui Program Pertamina Berdikari ini kami harapkan masyarakat dapat terus berdaya dan memiliki semangat untuk maju, berkembang, dengan memaksimalkan potensi yang ada di lingkungan masing-masing," ujarnya, Jumat (24/7/2020).

Menurutnya, kondisi ekonomi saat ini memang tidak mudah, tetapi dengan kerja keras dan dukungan semua pihak, kesulitan masyarakat bisa terbantu.

"Asal ada kemauan pasti ada jalan," ujar dia.

Pihaknya berharap, dengan hadirnya program Berdikari yang digulirkan PGE Karaha, mampu menjadi solusi dan memberi nilai tambah secara ekonomian bagi masyarakat.

Selama masa pandemi Covid-19, PGE Area Karaha telah menyalurkan bantuan senilai total lebih dari Rp200 juta, yang diberikan dalam bentuk bantuan peralatan kebersihan, cuci tangan portable, masker, edukasi, hingga pemulihan perekonomian melalui pemberdayaan masyarakat. 

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Program BUMALA

Menggandeng Koramil 1204/Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya, program pertama yang diluncurkan PGE Area Karaha adalah Budidaya Magot dan Azola (Bumala).

"Bumala ini merupakan tahap lanjut dari Program Jalipesah (Penghijauan Lingkungan dan Pengelolaan Sampah) yang sudah diterapkan sebelumnya," ujar Roy.

Menurutnya, program Bumala dimaksudkan memberikan nilai tambah bagi masyarakat dengan mengoptimalkan limbah terutama sampah organik yang dihasilkan masyarakat.

"Di sinilah pentingnya memilah sampah organik dan anorganik, yang sebelumnya sudah diterapkan dalam program Jalipesah," kata dia.

Maggot merupakan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) yang sangat istimewa dibandingkan bahan baku pakan alternatif ternak lain, karena kandungan nutrisi yang lengkap terutama untuk budidaya ikan.

Selain itu, maggot bisa diproduksi dalam waktu singkat dan berkesinambungan dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak.

"Maggot juga bisa diproses menjadi tepung (mag meal), sehingga bisa menekan biaya produksi pakan ternak," ujarnya.

Untuk tahap awal, program Bumala diterapkan di Desa Dirgahayu dan Desa Kadipaten Kecamatan Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya. Program ini mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 300 orang yang tergabung dalam 30 kelompok kerja.

"Kami yakin, memulai usaha baru ditengah pandemi Covid bukanlah merupakan suatu keniscayaan, asal terus diiringi dengan tekad dan kemauan yang kuat," kata dia.

3 dari 4 halaman

Pemberdayaan Petani Tenun Sutra

Program kedua yakni pemberdayaan kelompok perajin tenun sutra alam Mardian Putera. Turunnya penjualan akibat sulitnya bahan baku selama pandemi Covid-19, membuat usaha mereka rontok.

Untuk itu, perusahaan kemudian menyuntikkan modal usaha sebagai bantuan bagi para perajin.

"Jalan keluar yang sangat perlu dilakukan saat ini adalah dengan substitusi bahan baku benang sutra dengan bahan lainnya," kata dia.

Hasilnya, kelompok binaan PGE Area Karaha itu kembali bergairah menjalankan produksi untuk menggerakkan perekonomi masyarakat sekitar.

"Alhamdulillah produk mereka sudah diterima di pasaran, otomatis perekonomian anggota dapat kembali tumbuh," ujarnya.

Menurutnya, program memberdayaan masyarakat merupakan prioritas program CSR Pertamina saat ini, dengan upaya itu masyarakat desa terutama yang berada di ring satu perusahaan, bisa mengoptimalkan potensinya.

"Kami berharap mampu menghasilkan program pemberdayaan yang revolusioner hingga produk desa mampu bersaing di era global," kata dia.

4 dari 4 halaman

PLTP 30 Megawatt

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pemanfaatan energi panas bumi dan merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero).

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Karaha Unit I milik PGE dengan kapasitas 30 MW telah beroperasi secara komersil pada 6 April 2018. Produksi listrik PLTP Karaha Unit I ini telah menerangi 33 ribu rumah di Tasikmalaya dan sekitarnya. 

Pencapaian ini merupakan realisasi dari program 35.000MW yang dicanangkan pemerintah, di mana akan meningkatkan keandalan sistem transmisi Jawa-Bali dengan tambahan suplai listrik sebesar 227 Gigawatt hour (GWh) per tahun.

Dalam pembangunannya, PLTP Karaha Unit I merupakan proyek terlengkap lantaran PGE mengerjakan sendiri mulai dari sub-surface, eksplorasi, pemipaan, powerplant hingga tower transmisi listrik sepanjang 25 KM.

Sebagai wujud kepedulian terhadap pemberdayaan masyarakat yang berada di ring 1 daerah operasi, PGE Area Karaha juga telah meluncurkan bantuan Corporate Social Resposibility (CSR) dalam bentuk Program Ecovillage. 

Program ini adalah pilot project PGE Area Karaha dalam upayanya membantu masyarakat menggali potensi yang mereka miliki sendiri, melakukan evaluasi atas program tersebut, serta memperbaiki atau meningkatkan kapasitasnya sehingga lebih membantu masyarakat lainnya pada masa mendatang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.