Sukses

Dilarang Kasih Makan Monyet Hitam Endemik Sulteng, Mengapa?

Konflik antara monyet endemik Sulawesi Tengah dengan manusia sedang terjadi.

Liputan6.com, Palu - Konflik antara monyet endemik Sulawesi Tengah dengan manusia tengah terjadi. BKSDA Sulteng menyebut terjadi perubahan perilaku primata tersebut juga karena ulah manusia. Bahkan, perubahan itu disebut akan semakin mengancam.

Sulawesi Tengah dikenal memiliki primata endemik yang hidup baik di hutan primer maupun sekunder, salah satunya adalah jenis Monyet Hitam Sulawesi Tengah atau Macaca tonkeana. Jenis monyet itu bisa dengan mudah dijumpai di hutan pegunungan jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Kota Palu dan Kabupaten Parigi Moutong, yang juga jadi habitatnya.

Namun, lambat laun intensitas aktivitas manusia di kawasan itu disebut turut memengaruhi perilaku satwa itu. Apalagi dengan kebiasaan orang-orang yang berhenti dan memberi makan monyet-monyet di lokasi itu.

Memang, selama ini kawanan monyet ekor pendek itu sudah menjadi daya tarik pengendara yang melintas terutama di kilometer 14 dan 15 jalan nasional tersebut. Akibatnya, monyet-monyet berbulu hitam itu kerap berkeliaran di tengah jalan tersebut menunggu pengendara memberi makanan, jumlahnya puluhan bahkan bisa mencapai ratusan.

"Kalau pulang dari Palu ke Parigi saya sering berhenti di sini istirahat, sambil foto monyet-monyet itu. Kalau ada buah-buahan kadang saya kasih," kata Hendra (32), warga Kabupaten Parigi Moutong yang bekerja di Kota Palu, Kamis (9/7/2020).

Simak video menarik lainnya berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perilaku Monyet Bisa Makin Mengancam

Haruna, Kepala Seksi Konservasi Wilayah 1 BKSDA Sulteng mengatakan, konflik satwa tersebut dengan manusia di lokasi itu malah makin mengkhawatirkan akibat kebiasaan memberi makan itu.

"Kalau sebelumnya hanya menunggu diberi makanan, sekarang kawanan hewan itu sering dilaporkan masuk ke rumah-rumah warga sekitar mencari makanan," Haruna menceritakan, Sabtu (11/7/2020).

Di sisi lain perubahan perilaku juga membuat satwa yang dilindungi Undang-Undang  Nomor 5 tahun 1990 itu terancam "dicuri" orang-orang yang tidak bertanggung jawab saking mudahnya hewan itu didekati.

Haruna memperkirakan perubahan perilaku yang terjadi sejak 2 tahun terakhir itu berpotensi lebih fatal, jika masyarakat tidak menghentikan kebiasaan memberi makan dan taat pada imbauan BKSDA Sulteng yang disebar di sekitar lokasi tersebut.

"Populasi satwa itu kami lihat masih terjaga. Hanya saja konflik itu yang jadi kekhawatiran kami. Hewan itu jadi makin terbiasa minta makanan, apalagi kalau rumah dan kantin makin banyak," Haruna mengkhawatirkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.