Sukses

Tangisan Perawat RS Siloam Palembang Alami Teror Sosial dari Warga

Pasca pengusiran para perawat RS Siloam Palembang di rumah kosnya, tenaga medis lainnya pun kembali mendapatkan teror sosial dari warga Palembang.

Liputan6.com, Palembang - Baru saja usai kasus pengusiran enam perawat Rumah Sakit (RS) Siloam Sriwijaya Palembang yang berujung damai. Kini, para tenaga medis di rumah sakit swasta ini, kembali mendapat penolakan dari para warganya.

Direktur Medik dan Pelayanan RS Siloam Sriwijaya Palembang Anton Suwindro, baru saja mendapat laporan dari para tenaga medisnya.

Para tenaga medis tersebut mengakui, bahwa dampak dari kasus pengusiran tersebut sangatlah meluas. Dia mendapatkan laporan dari staffnya, jika para tenaga medis di RS Siloam Sriwijaya Palembang mendapat banyak penolakan dari warga di sekitar tempat tinggalnya.

“Perawat tersebut menangis bercerita, jika dia disuruh keluar dari tempat kosnya. Karena mendengar ada perawat RS Siloam Sriwijaya Palembang yang positif Covid-19,” katanya kepada Liputan6.com, Senin (20/4/2020).

Tidak hanya tenaga medis yang tinggal di rumah kos saja, yang mendapatkan teror sosial tersebut. Namun, para tenaga medis yang tinggal di rumah sendiri yang turut mendapatkan penolakan itu.

Bahkan orangtua tenaga medis tersebut, juga mendapatkan respon negatif dari para warganya. Meskipun, tenaga medis tersebut tidak tinggal di rumah orangtuanya dan hanya sesekali mengunjungi orangtuanya.

“Pasien suspect tersebut sudah diisolasi lama di RS Siloam Sriwijaya Palembang. Jadi tidak menginap di kos. Tapi anggapan masyarakat, karena bekerja di satu rumah sakit jadi ada kontak. Padahal mereka beda-beda bidang pekerjaannya,” ungkapnya.

Dia pun menyayangkan respon warga Palembang, yang menolak para tenaga medis yang sudah bersusah-payah mengurus para pasien Covid-19.

Jika para tenaga medis RS Siloam Sriwijaya Palembang mau didata, Anton meminta agar harus dilakukan ke seluruh tenaga medis di Palembang.

“Itu adil, seluruh tenaga medis di rumah sakit harus didata. Jangan hanya tenaga medis RS Siloam Sriwijaya Palembang saja. Apakah rumah sakit melakukan tes (Covid-19) tidak. Atau mereka tidak berani mengungkapkannya,” ujarnya.

Anton Suwindro mengharapkan, pendataan dan tes kesehatan juga harus dilakukan ke seluruh warga Kota Palembang. Terutama ada surat keterangan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang, yang menyatakan kesehatan dari warga.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perawat yang Diusir

Sehingga, lanjut Anton, tidak hanya ke tenaga medis yang dilakukan pendataan. Karena hal tersebut akan membawa dampak buruk dan stigma negatif ke para tenaga medis.

“Kita sudah berusaha menangani wabah ini, namun ada juga kasus seperti ini. Para tenaga medis bisa stres, padahal kami mengobati pasien. Pulang ke rumah mau istirahat, sekarang jadi susah,” ujarnya.

Managemen RS Siloam Sriwijaya Palembang juga sudah memindahkan enam orang perawat, yang sempat diinapkan di mess rumah sakit, pasca diusir dari rumah kosnya.

Untuk sementara waktu, managemen RS Siloam Sriwijaya Palembang sudah menempatkan para perawat tersebut di hunian di Kota Palembang.

“Sudah kita pindahkan ke suatu tempat. Mereka juga masih tetap bekerja, meskipun ada rasa trauma. Kita juga terus memberikan motivasi ke mereka dan seluruh tenaga medis, agar tetap semangat dan terus bersabar dalam menghadapi dampak wabah ini,” katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini