Sukses

Kata Ahli Soal Cara Berjemur Terbaik Agar Terhindar dari 5 Dampak Buruk Sinar UV

Dampak positif dari sinar UV adalah pembentukan vitamin D. Sedangkan lainnya menimbulkan lima dampak negatif

Liputan6.com, Purwokerto - Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian mengajak masyarakat memperkuat sistem imun tubuh untuk mencegah penularan virus corona. Caranya dengan berolahraga dan menjaga pola hidup sehat.

Selain itu, Mendagri juga menyarankan untuk berjemur di pagi hari. Dia menyebut, sinar matahari mengandung 10 persen ultraviolet.

"Coronavirus 19 itu tidak kuat dengan ultraviolet, studi dari Tiongkok. Itu yang saya baca," ucap Mendagri saat berolahraga pagi dengan istri, Tri Suswati, beberapa waktu lampau.

Lantas sepenting dan seberbahaya apakah sinar Ultraviolet itu? Berikut penjelasan dari Dosen di Fakultas Kedokteran Unsoed dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK soal berjemur matahari.

Dr. Oke, sapaan akrabnya, mengatakan satu-satunya dampak positif dari sinar UV adalah pembentukan vitamin D. Sedangkan lainnya menimbulkan lima dampak negatif.

Dampak negatifnya, pertama, tanning atau penggelapan warna kulit. Kedua, sunburn atau peradangan akut kulit pasca terpapar sinar matahari.

Ketiga, terjadi penuaan dini akibat kerusakan jaringan ikat dimana kolagen ter-degradasi sehingga seseorang tampak lebih tua. Keempat, paparan UV akibat berjemur atau paparan sinar matahari berlebih justru mengakibatkan imunosupresi atau penurunan kekebalan tubuh.

Imunosupresu terjadi akibat penekanan sistem imun, dimana sel makrofag sebagai penyaji antigen jumlahnya berkurang. Kelima, timbulnya sejumlah keganasan kulit dan bisa menyebabkan katarak.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tentang Sinar Ultraviolet

Dokter Oke yang juga alumni spesialis dari PPDS IK Kulit dan Kelamin FK UNDIP Semarang menjelaskan, sinar matahari memancarkan cahaya tampak, panas, dan radiasi ultraviolet (UV). UV berada pada rentang panjang gelombang 100 – 400 nanometer (nm).

Sinar UV terdiri dari UVA yang berada di rentang 315 – 400 nm, UVB 290 – 315 nm, dan UVC 100 – 290 nm. Sinar UVC diserap seluruhnya oleh ozon, sedangkan yang mencapai permukaan bumi ialah UVA dan sekitar 10 persen UVB.

Jumlah paparan radiasi sinar UV tergantung dari banyak hal. Di Indonesia yang berada pada garis ekuator radiasi UV semakin tinggi.

Kemudian, intensitas radiasi sinar UV semakin tinggi jika jumlah awan di langit sedikit. Semakin tinggi permukaan bumi, semakin tipis atmosfer, juga meningaktkan paparan radiasi sinar UV.

"Setiap kenaikan 1.000 meter dari permukaan laut, radiasi sinar UV meningkat 10-12 persen," ujar dr Oke, dalam keterangan tertulis Humas Unsoed, dikutip Sabtu, 18 April 2020.

Agar tidak terkena dampak negatif UV perlu berhati-hati pula dengan penipisan lapisan ozon. Serta, menjaga diri dari bias refleksi oleh salju yang memancarkan kembali UV sebesar 80 persen, pasir pantai 15 persen, dan buih ombak sebesar 25 persen.

dr Oke menyebutkan WHO merilis panduan indeks UV. Nilainya mulai dari 0 hingga 11+, semakin tinggi indeksnya semakin berpotensi menyebabkan dampak negatif.

"Masyarakat harus waspada terhadap dampak buruk radiasi sinar UV dengan cara mempersiapkan diri dengan penggunaan tabir surya," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Waktu dan Cara Terbaik Berjemur

Di Indonesia, lanjut dr.Oke, indeks UV pada saat pagi hari sudah mencapai angka 3. Indeks akan meningkat sejalan posisi matahari yang semakin naik.

"Waktu terbaik berjemur antara jam 8 – 10 pagi di mana indeks UV rerata masih di bawah 8 dengan rentang waktu 10 – 15 menit dimana semakin siang seharusnya semakin singkat, dan cukup dilakukan 2-3 kali seminggu," kata dr. Oke yang bertugas di Klinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo, Purwokerto.

Tips berjemur yang dia sarankan ialah, berjemurlah saat indeks UV rendah, antara jam 8 – 10 pagi cukup 10 – 15 menit, 2 -3 kali per minggu. Makin gelap tipe kulit seseorang, waktu berjemur yang dibutuhkan lebih lama.

Cukup paparkan area badan, lengan dan tungkai (60 persen luas permukaan tubuh). Hindari paparan pada wajah dan mata, gunakan tirai matahari, topi dan kacamata. Oleskan krim/lotion aftersun/aloe vera untuk meredakan rasa panas dan membantu mengurangi peradangan pasca berjemur.

Menurutnya, berjemur langsung di bawah sinar matahari tidak akan mematikan virus nCOV-19. Hanya saja, membantu mengaktifkan sintesis vitamin D untuk memodulasi sistem imun sehingga bisa bertahan terhadap infeksi apapun termasuk virus corona.

"Penggunaan sinar UV artifisial juga tidak dapat mematikan virus Corona, penyalahgunaan UV artifisial justru meningkatkan risiko iritasi, sunburn, dan keganasan," ujarnya.

Dari berjemur, Sinar UVB akan mengaktivasi 7-dehydrocholesterol di dalam kulit yang nantinya diubah menjadi pre-vitamin D3. Pre-vitamin itulah yang kemudian akan dibentuk menjadi vitamin D aktif.

Vitamin D berfungsi dalam menjaga kesehatan tulang dan gigi, membantu keseimbangan sistem imun, kesehatan otak, dan saraf. Kemudian, menjaga regulasi kadar insulin dan mendukung terapi diabetes.

Manfaat lainnya ialah mendukung fungsi paru-paru dan kardiovaskular. Serta, mempengaruhi ekspresi gen yang berhubungan dengan keganasan.

"Sinar matahari bukan satu-satunya sumber vitamin D dan dapat ditambahkan dari bahan makanan seperti ikan berminyak, susu, sereal, telur, jamur, hati, udang dan juga suplemen vitamin D," kata dr Oke.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.