Sukses

BJ Habibie, Alumni SMA Kristen Dago Bandung yang Gemar Eksakta

Saat remaja, BJ Habibie sempat melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kristen Dago, Kota Bandung.

Liputan6.com, Bandung Meninggalnya Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie, pada hari ini, Rabu (11/9/2019) di RSPAD Gatot Soebroto, menyisakan duka mendalam bagi sivitas akademika Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Rektor dan segenap civitas akademika ITB menyampaikan ucapan duka cita yang mendalam atas berpulangnya Bapak BJ Habibie. Semoga almarhum mendapat tempat mulia di sisi-Nya," kata Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni, dan Komunikasi ITB, Miming Miharja saat dihubungi Liputan6.com.

Bagi kampus yang beralamat di Jalan Ganesha, Kota Bandung itu, BJ Habibie bukanlah sosok asing. Sebelum melanjutkan pendidikan di Jerman, sebenarnya BJ Habibie sudah mengambil kuliah Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik ITB, pada tahun 1954.

Namun, hanya beberapa bulan di ITB, ia memutuskan untuk meneruskan pendidikan ke Jerman.

"Semoga semangat yang diwariskan almarhum mengilhami kita semua untuk terus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kesejahteraan bangsa Indonesia. Amin YRA," ucap Miming.

Simak Video Pilihan Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Alumni SMAK Dago

BJ Habibie lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Ia merupakan anak keempat dari delapan bersaudara dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo.

Habibie dan saudara-saudaranya tumbuh di keluarga petani yang juga religius di kehidupan sehari-harinya.

Saat remaja, Habibie melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kristen Dago, Kota Bandung.

Sejak di SMAK Dago, kecerdasan Habibie sudah nampak. Hal itu terbukti dengan kesukaannya pada pelajaran-pelajaran eksakta yang merupakan salah satu keistimewaan BJ Habibie.

Sosok favorit di sekolahnya itu lulus dan sempat mengenyam kuliah di ITB. Setelah menyelesaikan pendidikannya Jerman, Habibie menetap di Hamburg dan bekerja di perusahaan penerbangan Messerschmitt-Bölkow-Blohm.

Meski berada di luar negeri dan mendapat hak istimewa sebagai warga kehormatan Jerman atas hasil karyanya di dunia penerbangan, kecintaannya terhadap Indonesia tidak pernah pudar.

Pada 1978, Habibie ditunjuk menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi. Jabatan tersebut secara berturut-turut ia pegang hingga 1997.

Selama menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi, Habibie menginisiasi pembuatan pesawat perintis yang diberi nama N 250 Gatot Kaca.

Pesawat nasional tersebut dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia, menjadi kebanggaan yang menunjukkan bahwa Indonesia mampu melompat dari negara agraris menjadi negara industri dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kariernya terus melesat mulai dari menjabat Wakil Presiden ke-7 RI, lalu menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada 21 Mei 1998. Jabatan yang diembannya sebagai Presiden RI cukup singkat yaitu hanya selama satu tahun lima bulan, karena kondisi bangsa yang diterpa krisis saat itu.

Namun di masa kepemimpinannya, Habibie menghasilkan berbagai kebijakan yang populer seperti diresmikannya UU Otonomi Daerah. Pada masa pemerintahannya pula, lahir banyak partai politik karena Habibie memberikan kemerdekaan berpendapat bagi rakyat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.