Sukses

Jadi Ibu Kota Negara Baru, Lubang Tambang di Samboja Makan Korban Lagi

Lubang tambang di Kutai Kartanegara Kalimantan Timur (Kaltim) kembali makan korban.

Liputan6.com, Kukar - Lubang tambang di Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai lokasi ibu kota baru, memakan korban.

"Ada laporan korban tenggelam di galian bekas tambang,” kata Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim Pradharma Rupang, Rabu (28/8/2019).

Jatam menerima laporan musibah korban tenggelam terjadi sepekan silam. Korban Hendrik Kristiawan (25) dilaporkan tenggelam di lubang tambang PT Singlurus Pratama di Beringin Agung Samboja Kukar.

"Lubang tambang tidak jauh dari pemukiman warga setempat," ungkap Pradharma.

Pradharma mengaku belum memastikan penyebab tewasnya korban. Namun jasad korban ditemukan di lembah berubah fungsi menjadi telaga akibat tertutup overburden (lapisan tanah pucuk).

Lokasi telaga ini, lanjut Pradharma, berada dalam area konsesi tambang PT Singlurus Pratama. Perusahaan Perjanjian Karya Pertambangan Batu Bara (PKP2B) mengantongi izin di koordinat S 00° 57'04.8" , E 117° 05'01.6".

Singlurus memiliki konsesi seluas 24.760 hektare dari pemerintah. Pemukiman warga dan area tambang hanya berjarak 770 meter.

"Tidak ditemukan papan peringatan, pembatas, pos dan petugas pengamanan di telaga tersebut," kata Pradharma.

Pradharma menduga, Singlurus menyalahi Keputusan Menteri ESDM tentang aturan area terbatas tambang. Perusahaan tambang ini pun semestinya bertanggung jawab atas timbulnya korban jiwa Hendrik Kristiawan.

"Karena kelalaian pihak perusahaan dalam melakukan pengawasan dalam kegiatannya," tegasnya.

Sehubungan itu, Pradharma menilai Kementerian ESDN dan Dinas Distamben Kaltim lalai serta melanggar hukum pidana. Apalagi, Singlurus pernah dilaporkan merampas lahan tanpa persetujuan pemiliknya.

"Warga telah melaporkan kasus ini kepada pihak DPRD dan Dinas Lingkungan Hidup Kukar.  Namun hasilnya nihil," sesalnya.

Ia pun lantas meminta penyidikan menyelurus kasus pidana tambang dan lingkungan hidup ini.

"Selama proses penyelidikan tersebut aktivitas operasi perusahaan harus berhenti," imbuhnya.

Keluarga korban, Suhendar meminta pemerintah segera menutup lubang bekas tambang ini. Ia tidak ingin ada korban baru seperti dialami putra sulungnya itu.

"Kami berharap lubang tambang itu ditutup, jangan lagi ada warga lain yang jadi korban," pintanya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

36 Korban Sejak 2011

Masyarakat sejak lama meminta penutupan lubang tambang Singlurus. Permintaan mereka sudah disampaikan masa Gubernur Kaltim terdahulu Awang Faroek Ishak. Namun memang hingga berganti Gubernur Kaltim Isran Noor belum ada tindakan tegas.

Almarhum Hendrik Kristiawan merupakan korban tenggelam 36 sejak 2011 silam. Para korban mayoritas adalah anak-anak yang tenggelam saat bermain di lokasi lubang.

Keluarga korban, Suhendar meminta pemerintah segera menutup lubang bekas tambang ini. Ia tidak ingin ada korban baru seperti dialami putra sulungnya itu.

"Kami berharap lubang tambang itu ditutup, jangan lagi ada warga lain yang jadi korban," pintanya.

Masyarakat sejak lama meminta penutupan lubang tambang Singlurus. Permintaan mereka sudah disampaikan masa Gubernur Kaltim terdahulu Awang Faroek Ishak. Namun memang hingga berganti Gubernur Kaltim Isran Noor belum ada tindakan tegas.

Jatam kecewa laporan korban tewas bersamaan isu penetapan ibu kota negara di Samboja. Eksploitasi tambang Kaltim berdampak peningkatkan angka kemiskinan dan layanan fungsi alam.

Jatam mencatat, 73 persen daratan Kaltim beralih fungsi menjadi konsesi ekstraktif  (tambang, sawit, HPH, HTI dan migas). Seluas 5,2 juta hektare (43 persen) diantaranya adalah tambang.

Jatam konsisten menolak penunjukan Kaltim menjadi lokasi ibu kota menggantikan Jakarta. Mereka meminta pemerintah memberi pilihannya dalam pengelolaan sumber daya alamnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.