Sukses

Antisipasi Mati Listrik Terulang, Ini Saran UGM

Sudah saatnya PLN membangun pembangkit listrik tersebar atau distributed power generation

Liputan6.com, Yogyakarta Kejadian mati listrik di Jabodetabek serta sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah membuat UGM angkat bicara. Melalui pakar energi terbarukan dari Fakultas Teknik yang bernama Ahmad Agus Setiawan, salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia itu membagi jurus mengantisipasi kejadian itu terulang.

"Sudah saatnya PLN membangun pembangkit listrik tersebar atau distributed power generation," ujar Ahmad, Selasa (6/8/2019).

Jika dianalogikan, pembangkit listrik tersebar semacam sistem pemerintahan otonomi daerah. Mekanisme ini bisa menjadi alternatif pilihan karena selama ini sistem pembangkit listrik yang dibangun interkoneksi dari Jawa sampai Bali. Sistem ini berpotensi menularkan gangguan ke seluruh wilayah.

"Sistem yang kami tawarkan lewat pembangkit listrik tersebar membuat distribusi kecil, tetap menyala, dan areanya kecil," ucapnya.

Ahmad menilai, bisa jadi kejadian mati listrik yang melanda hampir separuh pulau Jawa pada Minggu, 4 Agustus 2019 sebenarnya karena gangguan kecil. Namun, sistem interkoneksi membuat dampak aliran listrik yang terputus menyebar.

Ia tidak menampik, setiap pembangkit listrik dilengkapi genset, akan tetapi kapasitasnya kecil jika dibandingkan dengan luas jangkauan distribusi wilayah.

Ahmad juga menyarankan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT). Pemanfaatan EBT perlu dukungan dari pemerintah, salah satunya dengan mengeluarkan kebijakan supaya konsumen leluasa menjadi produsen listrik.

Misal, konsumen bisa memanfaatkan tenaga surya atap yang secara otomatis menghasilkan listrik untuk kebutuhan sendiri jika terjadi gangguan listrik dari PLN.

"PLN juga harus mengoordinasikan pemanfaatan EBT, mengingat selama ini sebagai lembaga yang melakukan monopoli distribusi listrik, sistem di PLN harus siap apalagi sudah ada peraturan menteri tentang ini," tutur Ahmad.

Saat ini, PLN masih mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebagai pembangkit listrik yang dianggap praktis. Padahal, sudah ditargetkan pemanfaatan EBT sebesar 23 persen pada 2025.

Menurut Ahmad, PLN seharusnya membangun pembangkit menyesuaikan dengan potensi sumber energi yang ada di lokasi wilayah, seperti energi matahari, angin, air, biomass, dan sebagainya.

"Jika hal ini dilakukan, kejadian mati listrik seperti kemarin kecil kemungkinan terjadi," ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.