Sukses

Jalur Nostalgia Kereta Api Cikajang-Garut-Cibatu Segera Bangkit

Jalur kereta api Cikajang-Garut Kota-Cibatu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang mati suri selama tiga dekade lebih, bakal diaktifkan kembali mulai tahun depan.

Liputan6.com, Garut - Setelah mati suri selama tiga dekade lebih, jalur kereta api Cikajang-Garut Kota-Cibatu yang membelah kabupaten Garut, Jawa Barat, bakal segera diaktifkan kembali. 

Kepala Daerah Operasional (Ka Daop) 2 Bandung, Saridal, reaktivasi akan didahului dengan penertiban jalur Cibatu-Garut. Diharapkan, pada 2019 jalur ini sudah beroperasi. Saat ini sudah pemetaan jumlah bangunan yang akan diteribkan.

"Sekitar 1.500 rumah yang akan kami ratakan," kata dia.

Saat ini kondisi lahan trek Right of Way (ROW) rel di sepanjang jalur itu nyaris sudah terisi bangunan milik warga. Sesuai aturan, di kiri dan kanan ROW harus steril.

"Minimal 12 meter, tapi ada yang 20 meter, ada yang 35 meter," ujarnya.

Kemudian nantinya juga akan dibangun tiga stasiun utama, yakni Garut Kota, Wanaraja, dan Cibatu. Ada juga sembilan halte pendukung, yakni halte Cibatu, Pasir Jengkol, Citameng, Wanaraja, Cinunuk, Tunggilis, Cibolerang, Cimurah, Pasir Uncal, Sukarame, dan Garut Kota.

"Nanti pusatnya dari Cibatu ke Bandung itu di sini (Garut Kota) bahkan kita targetkan bisa sampai Senen," kata dia.

Untuk merealisasikan pembangunan itu, sudah dianggarkan hingga Rp 400 miliar. Anggaran meliputi pengadaan rel baru untuk mengganti rel lama, pembangunan stasiun baru, hingga biaya pindah bagi warga yang rumahnya terdampak.

"Istilahnya uang kadeudeuh-lah," kata dia.

Khusus penggantian biaya pindah, ganti rugi diberikan hingga Rp 200 ribu per meter persegi. Angka itu sama diberlakukan kepada seluruh warga Garut yang bangunannya berdiri di atas area PT KAI yang hendak diaktivasi.

"Itu kan mau tidak mau harus diratakan," kata dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengundang Masalah?

Sementara itu, Wakil Bupati Garut Helmi Budiman menyebut bahwa pengaktifan ulang jalur rel kereta api Garut, Cikajang dan Cibatu tersebut bakal mendongkrak perekonomian masyarakat. Namun ia juga mengkhawatirkan jika aktivasi itu akan menimbulkan masalah batu di masyarakat. 

"Kenapa tidak membuat jalur baru saja," kata Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman.

Menurutnya, pembuatan jalur baru dinilai bakal lebih relevan diterapkan, selain membuka jalur baru, juga berpotensi menimbulkan peningkatan ekonomi masyarakat. Penyelesaian pergantian lahan warga itu bukan persoalan mudah. Meski demikian, dia tetap mengapreasiasi rencana Pemerintah Provinsi Jawa Barat itu.

"PT KAI kan sudah survei, dan itu sejalan dengan keinginan wagub (Jawa Barat)," kata Helmi.

Saat ini, Garut menjadi salah satu daerah dengan jumlah penduduk cukup padat di Jawa Barat, sehingga dengan adanya rencana itu, pengaktifan transportasi massal bakal lebih efektif.

3 dari 3 halaman

Mati Selama 35 Tahun

Jalur kereta api Garut, Cikajang, dan Cibatu pernah berjaya. Sejak 1983 silam, jalur kereta itu berhenti dioperasikan.

Bupati Garut, Rudy Gunawan menilai reaktivasi jalur kereta api Garut-Cikajang, harus dikaji dengan matang. Penyebabnya, sebagian besar lahan yang akan digunakan, sudah ditempati warga.

"Solusinya, ya jelas kembali ke PT KAI itu sendiri," ujarnya.

Bupati mengaku tetap mendukung rencana ini. Ia hanya berharap tidak ada kejadian yang tidak diinginkan dan semua berjalan lancar.

Dalam catatan perkeretapian tanah air, jalur kereta api Cikajang - Garut Kota - Cibatu sepanjang 47 kilometer, termasuk lawas di Indonesia. Adapun jalur Cikajang - Garut Kota berhenti lebih cepat satu tahun, yakni pada September 1982, bahkan Stasiun Cikajang, hingga kini masih tercatat sebagai salah satu jalur kereta api tertinggi di Indonesia.

Kedua jalur itu, awalnya digunakan untuk mengangkut hasil bumi Parahyangan selama periode tanam paksa (cultur steel) yang diterapkan Belanda, termasuk menjadi alat transportasi massal warga sejak lama. Namun, munculnya alat transportasi umum bus awal 1980-an saat itu, lambat laun mulai menyingkirkan jalur kereta api dari angkutan warga.

Ribuan meter bantalan rel kereta api warisan jamam Belanda itu, hingga kini masih teronggok dan menjadi bangkai besi tua tak terawat. Adanya peningkatan jumlah penduduk juga membuat lahan di sepanjang jalur bantalan kereta, berubah menjadi lahan hunian.

Simak video menarik berikut di bawah:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.