Sukses

Jelajah Solo dan Jogja Tanpa Macet, Naik Kereta Prameks Saja

Tak semua penumpang bisa duduk bila menaiki Kereta Prameks, mirip situasinya dengan KRL. Tapi, ada hal lain yang khas dari kereta itu.

Liputan6.com, Yogyakarta - Lapisan cat kuning gerbong Prambanan Ekspres (Prameks) tampak tak lagi baru. Tetapi di balik tampilan lawasnya, kereta rel diesel elektrik (KRDE) itu masih jadi andalan para komuter dan pelancong untuk berpindah dari Solo ke Yogyakarta.

Sesuai namanya, Prameks menjanjikan perjalanan cepat bebas macet untuk rute Solo-Yogyakarta dan Solo-Kutoarjo. Perjalanan dari Stasiun Purwosari di Solo menuju Stasiun Yogyakarta, misalnya, dapat ditempuh dalam waktu sekitar satu jam.

Tidak hanya perjalanan yang "kilat", Prambanan Ekspres juga menawarkan tarif yang terbilang murah dibanding moda transportasi lain, semisal bis, mobil, atau motor. Untuk rute Solo-Yogyakarta misalnya, penumpang hanya merogoh kocek sebesar Rp 8 ribu, sementara rute Solo-Kutoarjo dikenakan tarif Rp 15 ribu.

Pembelian tiket pun tidak sulit. Penumpang dapat langsung mendatangi loket khusus untuk tiket Prameks di stasiun yang dilewati kereta diesel listrik itu.

Stasiun yang dilewati Kereta Prameks, di antaranya Stasiun Solo Balapan dan Stasiun Purwosari di Kota Solo; Stasiun Klaten; Stasiun Maguwo -- letaknya dekat Bandara Internasional Adisucipto, Stasiun Lempuyangan, Stasiun Yogyakarta (Tugu), Stasiun Wates; dan Stasiun Jenar dan Stasiun Kutoarjo di Purworejo.

"Pembelian tiket lebih baik jauh-jauh hari, seminggu sebelum keberangkatan agar dapat tempat duduk," kata Syaiful (22), warga Yogyakarta saat ditemui sehabis membeli tiket di Stasiun Purwosari, Senin, 11 Juni 2018, dilansir Antara.

Ia menambahkan, jika tiket kereta dibeli pada hari keberangkatan, biasanya tidak ada kursi yang tersedia. "Bisa beli (tiket) langsung ke loket, cuma tidak dapat tempat duduk," kata Syaiful yang mengaku sudah biasa menggunakan Prameks untuk menyambangi kawannya di Solo.

Reservasi tiket seminggu sebelum keberangkatan dapat dilakukan di stasiun tempat pemberhentian Prameks sejak pukul 09.00-16.00 WIB. Calon penumpang tinggal membawa kartu tanda penduduk dan alat tulis untuk mengisi formulir yang tersedia.

Namun, membeli tiket satu jam sebelum pemberangkatan juga dapat dilakukan. Penumpang langsung datang ke loket khusus yang tersedia, menetapkan jam keberangkatan, dan menunggu hingga setengah jam sebelum kereta datang.

Pasalnya, petugas akan memeriksa jam yang tercetak di tiket sebelum penumpang memasuki ruang tunggu dalam yang berhadapan dengan peron. Di saat kereta datang, penumpang tanpa tempat duduk bebas berdiri di gerbong yang tersedia.

Dibandingkan dengan kereta rel listrik CommuterLine Jabodetabek, Prameks mungkin terkesan jauh tertinggal dari segi fasilitas pendukung dan desain interior gerbong.

Pendingin yang tersedia hanya beberapa kipas angin yang seringkali tak cukup untuk menangkal panas. Untuk mengakalinya, kaca bagian atas di sisi kanan-kiri gerbong sengaja dibuka agar ada angin masuk.

Maklum, KRDE Prameks yang dikelola oleh PT KAI Daerah Operasi VI Yogyakarta, memang hanya menyediakan layanan angkut kelas ekonomi. Walau demikian, angin sepoi-sepoi dalam gerbong dan hijaunya hamparan sawah di sepanjang perjalanan jadi sensasi tersendiri menaiki kereta Prameks.

Kereta Prameks merupakan hasil modifikasi kereta listrik pabrikan BN-Holec Belgien-Nederlands-Bombardier, Holland Electric Ridderkerk. Saat didatangkan, PT INKA mengganti mesin listrik kereta menjadi mesin diesel. Rangkaian hasil modifikasi itu pertama kali diuji coba di Indonesia pada 2006.

Akan tetapi, cikal bakal Prameks telah dimulai dari kereta "Kuda Putih" yang beroperasi sejak 1960-an. "Kuda Putih" merupakan kereta rel diesel pertama yang beroperasi di Indonesia, tetapi akhirnya tidak lagi difungsikan pada 1980-an.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ganti Kereta hingga New Prameks

Demi menambah kualitas layanan, pengelola Prameks, PT KAI Daop VI Yogyakarta berencana mengganti kereta rel diesel elektrik itu dengan kereta rel listrik (KRL).

Rencana penggantian telah digagas oleh pihak Kementerian Perhubungan sejak 2015, dan rencananya tahap konstruksi akan dikerjakan tahun ini. Targetnya, KRL relasi Solo-Yogya dapat mulai beroperasi pada 2020.

Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi (Daop) VI Yogyakarta Eko Budiyanto sempat menjelaskan medio April penggantian kereta disel dengan KRL ditujukan untuk meningkatkan kapasitas muatan penumpang.

Pasalnya, kereta diesel Prameks hanya mampu mengakomodasi 21 trip rute Solo ke Yogyakarta per hari dengan kapasitas sekitar 16 ribu penumpang. Per sekali angkut, satu rangkaian Prameks hanya mampu mengangkut maksimal 500-800 orang, sementara KRL didesain untuk menampung 1.200 penumpang.

"Dengan trip sama, daya angkut akan lebih banyak," kata Eko, beberapa waktu lalu.

 

Di samping rencana penggantian, pihak pengelola juga tengah menyiapkan armada baru Kereta New Prameks untuk rute Solo-Yogyakarta-Kutoarjo. Berbeda dengan model sebelumnya, tempat duduk Kereta New Prameks buatan PT INKA didesain sebagaimana kereta jarak jauh lainnya.

"Tempat duduk dirancang seperti kereta jarak jauh, bukan seperti kereta rel listrik yang seluruh tempat duduknya memanjang di sisi kanan dan kiri kereta," kata Eko di kesempatan berbeda.

Dalam kondisi normal, Eko menambahkan, satu rangkaian kereta didesain untuk 393 penumpang, tetapi dapat dimaksimalkan untuk 492-589 orang. Di samping Prameks tanpa AC, PT KAI Daop VI Yogyakarta juga memiliki KRDE dengan pendingin ruangan (AC) berkapasitas 462 penumpang.

Potensi Prameks tentu tidak sebatas melayani kebutuhan komuter yang ingin berpindah dari Solo-Yogyakarta-Kutoarjo, mengingat ada banyak potensi kereta pariwisata yang dapat dioptimalkan oleh pihak pengelola.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.